Mendengar suara tangisan anaknya. Wei Su segera menghentikan aktifitas mereka dan menggunakan jubah seadanya.
"Pakailah jubahmu terlebih dahulu." Wei Su berkata dengan tenang.
Wei Su dengan sigap menggendong anak mereka. Ekpresi dingin di wajah Wei Su telah luntur berganti dengan kedamaian.
Wei Su akhirnya sadar cintanya untuk Xing Xing memang harus ia simpan sendiri. Setidaknya dia dapat menjaganya selama ia dapat di sampingnya. Cintanya untuk Xing Xing harus dikendalikan oleh logikanya.
Ia sudah memiliki putri sekarang. Putrinya adalah tanggung jawabnya.
Menggendong putrinya membuat dia sadar terluka tapi bukan berarti hidup akan berhenti berjalan.
Ling Xue yang sudah mengenakan jubah yang sedikit terbuka. Mengambil dari gendongan Wei Su dalam mulai menyusuinya. Anak ini minum dengan lahapnya hingga Wei Su heran.
Putrinya benar benar mirip dengannya. Putrinya memiliki sepasang mata yang biru. Struktur wajah yang tegas dan hidung yang mancung. Bahkan caranya meminum susu ibunyapun sama sepertinya.
Wei Su akhirnya sadar dan ingin mengakhiri cinta sepihaknya dan berdamai dengan dirinya.
Wei Su mendekatkan diri dan mengelus kepala putrinya yang sedang lahap di susui oleh ibunya.
"Cepatlah dewasa Wei Ping! Kau harus sering sering bermain dengan ayah."
"Wei Ping? Apakah itu nama putri kita?"
"Ya." jawab Wei Su Singkat
Sesuai dengan namanya, Wei Su berharap putrinya akan berlaku adil dengan keputusan yang dia pilih.
Hubungan Wei Su dengan Xing Xingpun berangsur membaik. Namun, berbanding terbalik dengan hubungan Xing Xing dengan Jiang Ming setelah kejadian itu.
"Paduka Ratu, berikan saya waktu. Saya ingin bicara atau perlukan saya bicara di hadapan semua orang?" kata Jiang Ming menghentikan Xing Xing.
"Pergilah dulu semuanya! Saya ingin bicara dengannya."
Wajah Jiang Ming begitu pucat pasi. Jiang Ming hampir menyerah. Sudah sebulan lamanya Xing Xing menghindarinya.
"Menikahlah denganku." suara Jiang Ming lirih.
"Aku tidak bisa menikah denganmu. Malam itu adalah kesalahan."
"Tapi .." lanjut Jiang Ming bimbang
"Hentikan pembicaraan ini dan sebaiknya jalankan tugasmu dengan baik."
Xing Xing menghabiskan waktunya untuk mengasah kemampuannya dan mengatur negaranya. Wei Su sedikit menjaga jarak tapi tetap menyertainya.
Jendral Su menggendong putrinya di taman. Jendral Su memberikan asupan matahari untuk putrinya. Istrinya senantiasa menyertai mereka dan dengan telaten dia menyuapi putrinya.
"Bolehkah saya bicara denganmu, Jendral?
Wei Su melihat ke arah suara. Suara itu berasal dari seorang pria yang wajahnya melambangkan kepasarahan.
Jendral Su menyerahkan putrinya pada istrinya dan berdiri. Mereka beridri berhadap hadapan dengan pandangan tajam Wei Su terhadap pria itu.