"Nita, masuklah"kak ismi menyambut nita dengan senyuman ketika sampai dirumahnya. Setelah sebelumnya yoga memberitahunya perihal undangan makan siang di rumah kakak iparnya.Nita Segera pergi begitu selesai pelayanan di poliklinik.
"Apa kabar kak? "seraya memeluknya
"Baik, ayo masuk. sepertinya kamu semakin kurus"
Nita tertawa kecil"bukannya sedang tren sekarang ini ya kak, badan kurus"
kak ismi ikut tertawa"jangan terlalu kurus,nanti kamu susah hamil"
"Baiklah, kak"nita teraneh, seharusnya kak ismi tidak perlu khawatir toh adiknya kan seorang dokter kandungan jika memang nita akan sulit hamil seperti yg disebutkannya.
"Makan siang disini ya"ajak nya"tadi kakak telpon yoga, katanya dia usahakan datang makan ikut siang juga"
Nita menganggukan kepalanya,dan duduk disamping kak ismi.
"Wildan juga nanti datang makan siang sama-sama, sekalian perkenalan dengan calon istrinya"
Nita tersenyum dan pikirannya tidak menginstruksikan untuk mengeluarkan kata-kata.
Tidak lama mereka mengobrol, sosok wildan muncul bersama sosok wanita cantik, tinggi, berkulit putih, berambut panjang.Bernama delia.
Nita tentu saja merasakan sesuatu yg membahagiakan hatinya, akhirnya wildan sudah menemukan teman hidupnya.
"Dimana paman? "tanya wildan,ketika mempunyai kesempatan mendekati nita.
Delia dan ibunya tampak sedang serius membicarakan sesuatu.
"Mungkin masih ada operasi,dia bilang akan mengusahakan untuk datang"
Seketika suasana begitu hening, mereka memilih berdiam diri.
"Nita, aku.. "
"Sebaiknya kamu panggil aku bibi,disini ada calon istri dan ibumu. lagipula aku adalah istri dari pamanmu, jadi sebaiknya kita tidak boleh membuat mereka curiga"
"Benar juga"wildan menyetujuinya
Dan kali ini pembicaraan mereka benar-benar terputus,oleh kedatangan yoga.
Yoga yg duduk disamping nita menatapnya begitu lekat"kamu baik-baik saja? "
"Kenapa bertanya seperti itu? "dahinya berkerut keanehan
Yoga kemudian tersenyum dan berbicara pelan"bukannya melihat mantan pacar mau menikah itu paling menyakitkan? "
Perkataan yoga itu membuat nita kikuk, dan membulatkan matanya. Dia hanya membalasnya dengan cubitan kecil di perut yoga.
Di sudut lain,mata wildan yg tidak pernah melepaskan pandangannya dari nita dan yoga. Meskipun delia calon istrinya berada di sampingnya. Dia terfokus melihat kebahagiaan antara nita dan yoga. Dua orang yg sama pentingnya di hidupnya.
Setelah beberapa lama.
Yoga memutuskan untuk pulang bersama nita begitu acara makan siang berakhir, dia beralasan masih ada pekerjaan di rumah sakit. Nita yg mengetahui kebohongan itu hanya mengikuti saja.
"Katanya masih ada operasi"nita berkata dengan sindiran "kenapa pulang kerumah? "
Yoga tersenyum"aku kan cuma menolong kamu, supaya kamu tidak terlalu lama bersedih melihat wildan yg membawa calon istrinya"
Sekarang yoga berani meledeknya dengan menggunakan wildan sebagai tameng
"Kamu itu"yoga memencet hidung nita"seharusnya mengerti dengan istilah buanglah mantan pada tempatnya! "
"Sampah"nita mengkoreksi ucapan yoga dan tertawa kecil
Yoga ikut tertawa"kamu sedih? "
"Kenapa? "nita balik bertanya
"Bukannya dia pacar pertama kamu, kalian putus karena pernikahan kita, dan sekarang dia memperkenalkan calon istrinya"
"nggak lah"nita tersenyum"bukankah ini menandakan bahwa hati seseorang bisa berubah seiring waktu, begitu dia menemukan seseorang yg ternyata lebih baik dari mantannya"
Yoga tersenyum memaklumi perkataan nita yg menutupi kesedihannya, dan berpura-pura baik-baik saja di hadapannya. Dia tahu nita tidak ingin membuatnya kecewa karena harus bertemu kembali dengan keponakannya itu.
"Sekarang kenapa wajahmu berubah sedih? "tanya yoga
Nita ingin sekali menjawabnya:aku sedih karena kamu masih berpikir aku masih menyimpan cinta pada wildan, setelah apa yg aku lakukan selama ini begitu berat untuk mendapatkan cintamu!
Tapi sepertinya percuma dia menjelaskannya,yoga sudah bersugesti seperti itu pada nita.
"Sepertinya ada yg marah"yoga memeluk nita dan menciumi pipinya.
"Baiklah, hentikan! "nita menghindar karena merasa geli melihat tingkah yoga yg semakin lama seperti anak kecil ketika mereka sedang berdua.
"Aku tidak merasa sedih sedikitpun tentang wildan, jika dibandingkan dengan ucapan kak ismi. Dia bilang aku akan sulit hamil karena badanku kurus"
Yoga tertawa kecil"kamu menganggapnya terlalu serius. Jangan pikirkan itu,sepertinya mood kamu sedang tidak bagus"
"Kamu tahu"yoga berkata kembali"tadi itu, aku tidak bisa berhenti memikirkan sesuatu ketika tahu kamu akan kembali bertemu dengan wildan"
Dia ternyata cemburu, guman nita dalam hatinya. Aku selalu suka dengan sikap cemburunya itu. Nita tersenyum dan berkata
"Senangnya di cemburuin kamu! "
Yoga dibuatnya tertawa dengan perkataannya itu.
Dia mulai mendekati nita dan mencium bibirnya.
Seperkian detik berlalu, yoga pun tidak menghiraukan handphone nya yg berbunyi berkali-kali.
Nita mendorongnya perlahan"telponmu berbunyi dari tadi, mungkin ada hal penting"
Wajahnya begitu kecewa, tapi akhirnya yoga mengangkat telponnya dan berbicara begitu serius, dan pembicaraannya di telpon begiti singkat.
"Ada masalahkah? "
"Sepertinya aku harus ke rumah sakit sekarang, tadi petugas IBS menelpon,dia bilang elsa pingsan setelah selesai operasi"
Nita terkejut mendengar ucapan yoga, dia melihat yoga yg bersiap-siap hendak pergi.
"Yoga"panggil nita"Beritahu kondisinya sesampainya di rumah sakit, kamu harus menjaganya"
Yoga tersenyum seraya menganggukan kepalanya, dia bergegas meninggalkan nita menuju rumah sakit.
Di tengah perjalanan dia memikirkan sikap nita tadi, dia begitu berlapang dada menyimpan rasa sakitnya dalam-dalam dan membiarkanku pergi menolong elsa yg sedang kesakitan.
Sifat nita yg seperti itu yg selalu membuatnya selalu menjadi yg utama di hati yoga.