Nita menghampiri sosok axel yg tengah belajar di kamarnya, dia sangat Merindukannya setelah satu minggu kemarin axel di tempat ibunya.
Nita duduk disamping axel dan berkata
"Kamu senang bertemu ibu? "
"Ya"axel hanya menjawab satu kata
Ada keanehan di jawaban axel, tidak biasanya dia seperti itu
"Ada apa? "nita mencoba bertanya dengan nada yg tidak memaksakan"bubu sedih, kalau axel seperti ini"
Untuk waktu yg lama axel hanya terdiam dan tiba-tiba sosok kecil itu memeluknya erat
"Aku sangat benci ibuku, jadi aku mohon jangan paksa aku tinggal bersama ibu. Aku janji akan menurut,dan jadi anak baik"
Nita tersenyum dan mengusap pundak kecilnya, dia tidak tahu kenapa axel begitu besar menyimpan kebenciannya itu.
Dan alasan dia mengurung diri dikamar sepulang dari tempat ibunya adalah karena dia marah padaku, karena kemarin aku yg memaksa ikut dengan ibunya.
"Baiklah"nita memegang kedua pipi kecilnya yg halus seperti bola-bola kapas"bubu minta maap karena kemarin sudah memaksa axel,mulai sekarang bubu janji akan selalu bertanya lebih dulu apa kamu mau atau tidak"
"terima kasih"axel memeluknya dan terlihat senang"tapi..apa bubu tidak mau bertanya kenapa aku membenci ibu? "
"biasanya kan orang dewasa itu suka kepo"
"kepo? "nita tertawa kecil
Anak jaman sekarang memang sudah lebih mutakhir, mereka lebih berani mengungkapkan perasaannya. Lebih kritis dan semua yg berjalan tidak sesuai dengan yg dipelajarinya harus selalu ada keterangannya.
Berbeda dengan kehidupannya sewaktu kecil dulu, mengungkapkan perasaan benci pada orang tua itu adalah tidak sopan. Dan dia harus menyimpan kesedihannya ketika melihat kedua orang tuanya yg setiap hari selalu ribut. Baginya dulu itu, kehidupan yg harus dipikirkannya hanyalah fokus sekolah dan bermain. Urusan orang dewasa biarlah mereka yg mengurusnya.
Nita kembali menatap axel"tidak usah cerita kalo kamu gak mau menceritakan kenapa kamu benci ibumu,dan kalau dengan menceritakan itu kamu jadi gak bisa move on lebih baik ceritanya nanti saja"
Tiba-tiba axel tertawa"wah,bubu gaul juga bisa bilang move on"
Nita tersenyum senang melihatnya tertawa, karena dia memang sengaja menggunakan kata-kata itu. Dengan tujuan dapat mengimbangi axel dan menjadi temannya yg bisa dipercaya, karena dia tahu anak itu labil dan membutuhkan seseorang untuk dia percaya.
"biar sudah tua,teman-teman bubu ditempat kerja banyak yg masih muda dan bicara mereka juga keren"
"bubu cantik, kok.sama sekali tidak terlihat tua"
"wahh, aku jadi malu"nita memeluknya"apa cita-cita axel? "
"aku mau jadi programer komputer seperti yg ada di acara berita-berita "
Bahkan dia tidak ingin seperti ayahnya yg menjadi dokter yg hebat, tapi cita-cita itu selalu berubah seiring waktu.
"kalo gitu, kamu masuk saja ekstrakulikuler komputer di sekolah. Itu juga kalo axel tidak cape"
"Bolehkah? "suara axel terkaget"apa ayah akan setuju? "
Nita pura-pura berpikir dan berkata"nanti bubu yg minta ijin sama ayah"
"Tapi ekskulnya memakan waktu sampai sore, jadi bubu harus nunggu lama di sekolah"
"tidak usah pikirkan itu"nita memencet hidung axel"kamu cuma perlu fokus belajar saja, yg lainnya serahkan padaku"
Axel memeluknya dan luapan kesenangannya itu sangat terlihat di wajahnya.
Sekarang hanya perlu berpikir bagaimana membujuk yoga supaya mengijinkan axel mengikuti ekskul itu. Sedikit harapannya, supaya axel bisa melupakan kebenciannya dengan kesibukan yg disukainya.
"Bubu bilang juga sama ayah untuk membelikan aku tablet terbaru yg bisa membuat game sendiri"
"wah, itu pasti mahal sekali.. "nita bicara pelan, bahkan jika di kalkulasikan itu sama dengan 5 tahun gajinya.
"gimana kalo kita bikin permainan, sebelum kamu dapat tabletnya"
"Permainan? "axel kebingungan
"Sebelum kamu bisa membuat game sendiri dengan tablet canggih itu. Kamu harus berusaha sendiri mendapatkan tabletnya tanpa bantuan ayah sedikitpun"
"caranya? "
"kamu menyimpan uang jajan setiap hari, dan kita kumpulkan semua seperti harta karun sampai cukup membeli tabletnya. Jadi mau tidak mau kamu harus bawa bekal makanan dari rumah,supaya uang jajannya utuh"
Axel berpikir cukup lama, karena itu bukanlah hal yg mudah baginya.
Jika dulu saat nita seusianya selalu diajarkan seperti itu jika menginginkan sesuatu,dan tidak meminta begitu saja pada neneknya.
"Baiklah"axel menyetujuinya.
"Oke, sekarang tidurlah ini sudah malam,besok kita harus daftar untuk kegiatan ekskulnya"nita menuntunnya ke tempat tidur dan menyelimutinya.
Ternyata,berbicara dengan anak kecil itu lebih sulit dari yg dipikirkannya. Dia sampai kelelahan karena harus memutar-mutar otaknya untuk memikirkan cara yg disukai anak-anak. Untunglah dulu sewaktu kuliah dia sedikit belajar tentang psikologi.
Karena axel itu seperti kupu-kupu, dia tidak boleh memegangnya erat karena akan merusak sayapnya. Karena kupu-kupu itu terlihat indah jika dia terbang, maka cukup dengan melihatnya dan mengawasinya saja dia akan baik-baik saja.
Ternyata tanpa disadari nita, sejak awal dia bicara dengan axel.Yoga berdiri begitu lama dibalik pintu dan mendengarkan pembicaraan mereka. Kali ini dia mengagumi sosok wanita yg tengah berada dikamar putra yg sangat dia sayangi.