15 Desember 1259 AG - 02:30 Pm
Ruang rapat Grall del Stauven
—————
"Kelemahan fatal mereka ada di ekonomi. Saya yakin keuangan New Age Order bergantung dari upeti para bangsawan dan raja-raja. Kalau kita bisa menguasai jalur perdagangan, kita sudah menang satu angka." Solidi bicara sambil membaca coretannya.
"Jenius," jawab Tonos antusias diikuti wajah cerah seluruh anggota rapat.
"Anda punya rencana untuk itu, Tuan Tonos?" Solidi bertanya lagi
Dan Tonos pun menjawab, "Kami berencana membangun kota di pulau Ignitia. Tapi kami butuh energi besar agar gerbang itu bisa mengirim benda-benda yang kami butuhkan dari dunia kami. Saya yakin anda belum tahu energi itu apa. Intinya, kami butuh sumberdaya dan sumberdaya itu butuh uang. Tuan Solidi punya peran penting di sini."
"Penawaran anda?"
"Alih teknologi di sektor perdagangan. Kerjasama pemasaran untuk barang-barang produksi kami. Anda sudah melihat sampelnya, bukan?"
Solidi tersenyum. Dia menyodorkan selembar kertas ke Tonos dan berkata, "Kontrak eksklusif untuk Kota Tigris selama15 tahun kedepan. Tanda tangani ini, saya tidak akan bicara lagi."
"Deal!"
Grall sedikit tercengang dengan secepat itu seorang pebisnis mengambil keputusan. Dia semakin optimis ketika Tonos berganti memandang Barlux dan bertanya, "Kau sudah mempelajari ideologi, Nak?"
"Iya, Ayah. Setelah kita punya uang, menyebarkan ideologi bukan hal mustahil lagi!"
Grall melihat gelagat Barlux seperti anak kecil mendapat mainan. Meskipun duke itu tidak memiliki kekerabatan dekat dengan Tonos, tapi Barlux mengangap pak tua itu seperti ayah kandungnya. Pria 25 tahun itu seperti anjing kelaparan setiap kali Tonos memberinya parchment yang berisi ide-ide aneh dari masa depan.
Mungkin Barlux adalah satu-satunya manusia di dunia ini yang tahu ideologi itu apa. Seperti yang Tonos jelaskan, duke itu adalah kunci melawan Celeste yang sudah mencuci otak rakyat. Dia lah ujung tombak melawan New Age Order di perang pengaruh.
"Apa lagi tugasku, Ayah?" kata Barlux, semakin antusias karena pujian.
"Benahi administratrasi wilayah kekuasanmu dulu. Bersihkan sisa-sisa oposisi yang bisa kalian habisi. Untuk sementara kau dan kakakmu harus totaliter."
Barlux mengangguk.
"Ada pengetahuan dari dunia ayah yang bisa aku pelajari?"
"Pasti. Aku juga akan memberimu buku-buku teknologi tata pemerintahan, bidang kesehatan, pendidikan, perekonomian dan apapun yang kamu butuhkan sebagai birokrat."
Mata si kutu buku itu semakin berbinar-binar.
Seperti yang Grall pahami dari penjelasan Tonos selanjutnya, kinerja Solidi dan Barlux adalah tahap pertama untuk mengamankan posisi Tigris dari berbagai intervensi. Keduanya akan saling mendukung untuk memperkaya Tigris selama 10 tahun. Uang adalah segalanya. Jika Tigris berhasil menjadi tulang punggung ekonomi Kerajaan Arcadia, maka atasan Grall di istana tidak akan bisa banyak bicara. Selain itu, uang bisa meraup dukungan rakyat dengan cara mensejahterakan mereka.
Setelah meraih itu semua langkah selanjutnya adalah ketertiban umum. Sampai di fase itu adalah tugas Geraldine sebagai Guildmaster Petualang. Bukan Grall yang notabene komandan militer.
Grall memang seorang jenderal. Tapi dia tetap bawahan seorang Constable. Grall tidak menjamin atasannya tidak mengintervensi langkah yang seharusnya mulus. Karena ketebatasan itu, Grall hanya bisa memerintah 12 peleton dari 12.000 pasukan yang dia miliki sebagai prajurit pribadi. 300 prajurit itu jelas tidak cukup untuk menjamin keamanan Tigris. Sebagai jalan keluarnya, Grall bekerjasama dengan para petualang karena mereka tidak tunduk pada titah kerajaan. Untuk itulah dia menjadikan Guildmaster Petualang itu sebagai salah satu tangan kanannya.
Namun ternyata, Tonos memiliki rencana yang lebih besar. Grall semakin tercengang ketika ayah angkat sekaligus mantan ayah mertuanya itu menjabarkan ide yang sama sekali belum pernah dia pikirkan. Grall tak mampu berkata-kata ketika Tonos menyampaikan gagasan itu kepada Geraldine.
"Berapa rata-rata jumlah petualang di setiap propinsi, Tuan Geraldine?"
Geraldine belasan tahun lebih tua dari Tonos. Tapi Guildmaster itu adalah orang terkuat nomor dua se-Kerajaan Arcadia. Pak tua itu adalah petualang kawakan yang namanya disegani para petarung seluruh kerajaan. Dengan penuh wibawa Geraldine menjawab pertanyaan Tonos.
"Ada 1.000 sampai 2.000 petualang, Tuan Tonos. Jumlah itu selalu berubah karena petualang tidak menetap. Peraturan dari asosiasi juga meleluaskan para petualang pindah domisili."
"Intinya para petualang tidak dibatasi teritori kerajaan, bukan?"
"Iya, Tuan. Mereka hanya tunduk di bawah asosiasi petualang seluruh dunia."
Tonos berganti memandang Grall dan memberikan senyum kemenangan.
"Kamu dengar sendiri? Kalau kau bisa merangkul asosiasi petualang seluruh Benua Meropis, kamu punya jumlah pasukan yang hampir setara pasukan gereja."
Grall langsung berhitung. Matanya terbelalak ketika mengetahui berapa jumlah pasukan yang bisa dia kerahkan jika melibatkan para petualang. Dia langsung menyesal karena telah memandang sebelah mata potensi kekuatan yang ada di sekitarnya.
Grall menatap ayah mertuanya dan bertanya, "Bagaimana cara merangkul mereka?"
Tonos sejenak terbahak.
"Kamu ini orang militer. Kamu tahu sendiri sejarah permusuhan antara militer kerajaan dengan para petualang. Perbaiki itu dulu. Jadikan Propinsi Tigris sebagai satu-satunya tempat di dunia di mana militer dan petualangnya bisa akur. Setelah itu ..."
"Setelah itu apa?" Grall bertanya tidak sabaran karena Tonos memberi jeda. "Kenapa ayah diam?"
"Karena kita akan kedatangan tamu kecil sebentar lagi."
Seperti yang Tonos katakan, sesosok mahluk kecil tiba-tiba nyelonong masuk beberapa saat kemudian. Mascara datang terburu ke ruangan itu Setelah menendang pintu.
"Ayah! Simian dianiaya lagi!"
Grall sekilas terpana dengan anak berumur 10 tahun itu. Di hadapannya berdiri sesosok anak lusuh berambut hitam dan bergigi ompong. Grall langsung menggendongnya dan menatap bintik-bintik hitam di pipi Mascara. Gadis itu datang membawa pedang kayu. Grall tahu anak gadisnya menemuinya untuk meminta izin menghajar beberapa anak lain. Marquis itu mencium kening si gadis tomboy dan bertanya, "Apa kamu pria Stauven yang gagah?"
Mascara memgangguk. Dia mengangkat pedang kayunya dan menjawab, "Iya!"
"Buktikan itu. Buktikan bahwa kamu laki-laki sejati. Jangan kembali ke mansion ini sebelum kau patahkan lengan mereka satu persatu."