Download App
100% My Dream / Chapter 2: Mak Lampir

Chapter 2: Mak Lampir

Raffa melihat seorang guru berusia muda dengan rambut di sanggul modern menuju kelasnya. Ia pun langsung merapikan baju dan rambutnya lalu memasukkan Hoodie miliknya ke dalam tas yang ia kenakan.

"Selamat pagi, Bu! Saya Raffa Kusuma pindahan dari Sekolah Garuda Dua," ucapnya dengan sangat ramah.

"Saya Indah Saraswati, wali kelas XI IPS Tiga. Ayo nak, silahkan masuk!" ucap Bu Indah lalu berjalan memasuki kelas diikuti dengan Raffa.

Begitu tiba di hadapan seluruh siswa-siswi kelas XI IPS Tiga, gadis itu langsung memperkenalkan dirinya tanpa disuruh oleh gurunya tersebut.

"Selamat pagi, anak-anak!" sapa guru itu.

"Selamat pagi, Bu!" jawab siswa-siswi kelas itu dengan serempak.

"Hari ini kita kedatangan murid baru dari SMA  tetangga. Silahkan perkenalkan dirimu, nak!" pinta Bu Indah.

Tanpa rasa canggung Raffa langsung memperkenalkan dirinya. "Saya Raffa Kusuma pindahan dari Sekolah Garuda Dua."

"Oke, ada yang mau bertanya dengan Raffa?" tanya Bu Indah.

"Saya ingin bertanya, Bu," sahut Danu, siswa terbandel di kelas tersebut.

"Silahkan," ucap Bu Indah.

"Raffa suka sama kelas ini?" tanya Danu.

Raffa bergumam lalu mengangguk. "Saya suka sama kelas ini,"

"Oh, gitu. Kalau aku sukanya kamu...," ucap Danu.

"Cieee," sorak seluruh siswa kelas itu.

"Sssttt! Hentikan! Ada murid baru bukannya jaga sikap malah dimodusin!" seru Bu Indah.

"Apa salahnya, Bu? Semua orang berhak untuk modusin Raffa," jawab Danu.

"Berani kau melawan saya? Saya ini seorang guru, punya harga diri tinggi! Push up 50 kali!" seru Bu Indah.

Dengan kekesalan, Danu menuruti perintah Bu Indah. "Argghhh."

"Raffa kamu boleh duduk di bangku kosong belakang Nada." pinta Bu Indah.

Raffa berjalan menuju bangkunya dengan wajah kesal. "Bajingan! Kenapa harus duduk di belakang Mak lampir sih?!" seru batinnya.

Baru saja Raffa duduk, Nada sudah menoleh ke belakang dan menatap Raffa dengan tatapan bak Harimau ingin menerkam mangsanya. "Awas aja lo kalau sampai berani—"

"Bodo amat!" Raffa memotong ocehan Nada.

Mata Nada memicing, menandakan bahwa ia tak ingin kalah dengan Raffa. "Jadi sekarang udah berani bilang 'Bodo amat' ke gue?"

"Siapa sih yang takut sama lo? Murid-murid di Sekolah ini? Jelaslah mereka takut, kelakuan lo aja kayak Mak Lampir," Raffa mencibir.

"Bangsat lo!" Dengus Nada.

"Nada! Apa yang tadi kamu katakan?" Tanya Bu Indah.

Dengan wajah takut Nada menjawab. "Saya manggil Satya, Bu."

"Oh, saya kira kamu bicara kotor," ucap Bu Indah. "Oke langsung saja kita mulai pelajaran hari ini. Silahkan bergabung dengan kelompok yang sudah kalian bentuk. Raffa, kamu boleh bergabung dengan siapa saja yang kamu mau."

Raffa mengangguk."Baik, Bu."

Setelah dua jam pelajaran berlangsung, bel istirahat pun tiba.

"Sekian untuk hari ini, selamat pagi!" ucap Bu Indah lalu meninggalkan kelas itu.

"Selamat Pagi, Bu!" jawab siswa-siswi itu dengan serempak sambil membereskan alat tulisnya masing-masing.

Danu menghampiri Raffa untuk mengajaknya pergi ke kantin. "Hai, Raffa! Kenalin gue Danu " sapanya. "Ayo, ke kantin bareng! Biar kita bisa lebih akrab gitu,"

"Iya, Raff! Tenang aja kita baik kok," ucap Syella, teman sekelasnya. "Gue Syella Alina, panggil aja 'Cilla'." ucap gadis berambut cokelat tersebut.

Raffa mengangguk. "Oke deh! Gue ikut kalian ke kantin."

🌷🌷🌷

"Kalian mau pesan apa? Biar gue yang pesankan," ucap Danu dengan wajah sok kalem.

"Gue bakso sama es teh. Lo mau apa, Raff?" tanya Syella.

"Gue bakso sama air mineral aja deh," ucap Raffa.

"Oke, Gue pesan dulu, ya!" ucap Danu.

"Eh tadi lo sama Nada kenapa berantem? Kalian udah saling kenal?" tanya Syella.

"Enggak! Gue gak kenal Nada, gue kenalnya Mak Lampir!" ketus Raffa.

"Mak Lampir? Siapa?" tanya Syella sambil mengerutkan keningnya.

"Itu si Nada! Gue benci banget ngeliat mukanya!" ketus Raffa.

"Memangnya lo sama dia ada masalah apaan sih? Sampe benci banget sama Nada?" tanya Syella heran.

"Sakit kalau diceritain," ucap Raffa dengan wajah kesal.

Syella menggaruk kepalanya. "Gue kok jadi kepo gini sih?"

Raffa mengangkat kedua alisnya dan menekuk bibirnya. "Nanti lo bakal tau sendiri."

"Lagi pada ngerumpi apaan sih? Serius amat," sahut Danu.

"Lo gak usah kepo deh. Awas aja kalau Lo sampai gangguin Raffa!"

"Iya Syella sayang," ucap Danu sambil mencubit pipi Syella.

"Oh... Kalian pacaran?" tebak Raffa.

"Eh! Enggak kita gak pacaran!" ucap Danu dan Syella serempak.

"Tuh kan! Ngomong aja sampai barengan gitu," ucap Raffa.

"Sumpah deh! Kita itu sahabat dari kita masih jadi sperma!" ceplos Danu.

"Anjir! Sampai spermanya juga disebut!" seru Syella.

"Tapi ini fakta kan? Bokap lo temenan sama bokap gue udah dari SD kan?" tegas Danu.

"Iya juga sih." Syella mengangguk. "Raffa maaf ya, omongan kita memang begini, kotor."

"Santai aja kali," ucap Syella.

"Mas Danu, ini pesanannya sudah datang," ucap penjual bakso tersebut yang akrab disapa Bi Endut.

"Terimakasih Bi Endut," ucapnya lalu tersenyum manis.

"Sama-sama Mas Danu.... Eh ini siapa? Cantik sekali anak ini," ceplos Bi Endut.

"Saya Raffa, murid baru, Bi," jawab Raffa.

"Raffa cantik banget sih! Jadi menantu saya mau ya?!" ceplos Bi Endut.

"Anaknya yang mana, Bi?" tanya Raffa lalu melihat wajah kedua temannya yang tersenyum masam.

"Itu yang lagi nyapu," ucap Bu Endut sambil menunjuk pria berbadan kurus dan berambut ikal yang sedang menyapu. "Dia baru cerai sama istrinya."

Raffa tersenyum masam. "Saya sudah punya pacar, Bi."

"Yah..., padahal kan mau saya jodohin," lirih Bi Endut.

"Memang si Raffa mau sama anaknya?!" ketus Danu.

"Pasti mau dong!" seru Bi Endut.

"Kepedean amat sih, Bi!" gerutu Danu.

"Gak usah diladeni, Bi," ucap Raffa.

"Ya sudah kalau begitu," ucap Bi Endut lalu kembali bekerja.

"Btw, yang duduk disana itu siapa sih?" tanya Raffa.

"Itu Elif Brianna, satu-satunya kakak kelas paling sangar, " ucap Syella sambil mengaduk minumannya. "Biasanya sih, sering gaduh sama si Nada."

"Dari tadi dia ngeliat ke arah gue, kayak ada yang mau diomogin," ucap Raffa sambil menyuap baksonya.

"Lo harus hati-hati sama dia," lirih Syella.

"Hati-hati?" tanya Raffa sambil mengernyitkan dahinya.

"Brianna itu sadis, dia gak kenal kata 'kasian'," ucap Syella. "Denger-denger sih dia anak Broken Home."

Wajah Raffa seketika terlihat lesu ketika mendengar kata Broken Home. "Senasib sama gue."


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login