Setelah itu kami menjadi saling bertukar pesan sekedar konsultasi online tentang kesehatan pribadi ku. Kami tidak berteman, tapi aku merasakan ketulusan dari setiap pesannya. Juga saat aku mengunjunginya, dia tidak pernah berkata sesuatu yang buruk. Tapi, dia selalu tersenyum kepada ku, kadang juga memeluk ku dan selalu berkata bahawa aku tidak sendirian.
Aku mengenalnya, tapi entah dari mana dia menebaknya. Apa karena aku selalu menunggu sendirian, atau memang rasa kesepian selalu berputar di aura ku. Aku menolah di kasihani, tapi dengannya aku merasa runtuh. Dia lebih tua 6 tahun dari ku. Memanggilku dengan sebutan dek Rina, dan meminta ku untuk memanggilnya dengan sebutan kakak. Namanya Elynor, seperti namanya dia cantik, dan dia orang pertama yang aku percaya setelah ibu ku.