Karena Wei Wei sangat ingin pulang kerumah maka pemuda itu pun mengantarkannya pulang ke rumah keluarganya. Pemuda itu hanya bermaksud untuk menyapa mertuanya dan memberikan beberapa oleh-oleh serta menunjukan akta nikahnya dengan Wei Wei. Tetapi dia tidak mengijinkan Wei Wei untuk menginap di rumah keluarganya.
Tiba di rumah Keluarga Lu...
Pemuda itu pun membukakan pintu mobil sambil memegang oleh-oleh ditangannya dan mempersilahkan istrinya untuk turun dari mobil.
"Mengapa kamu membeli dan membawa oleh-oleh sebanyak dan seberharga itu?" tanya Wei Wei yang beranjak turun dari mobil.
"Sayang, kita tidak perlu merendahkan selera kita untuk orang yang tidak berharga." jawab pemuda itu sambil merangkulkan tangannya di pundak istrinya.
Kemudian mereka berdua pun melangkah menuju depan pintu Keluarga Lu.
Tok.. Tok.. Tok.. Suara ketukan pintu terdengar dari dalam rumah.
Pelayan Keluarga Lu pun membukakan pintu dan terkejut melihat nona kedua sudah pulang ke rumah.
"Nona kedua! Akhirnya kamu kembali." ucap pelayan yang terharu melihat nonanya sudah kembali.
"Terima kasih telah membukakan pintunya." ucap Wei Wei sopan.
Wei Wei pun melihat kearah ruang tamu. Dilihatnya Ayah dan Ibu tirinya yang sedang duduk di sofa sambil berbincang itu. Disela perbincangan orang tuanya, Kemudian Wei Wei pun memberanikan diri melangkah masuk dan menyapa mereka.
"Ayah, Ibu, kami pulang." sapa Wei Wei.
Sang Ibu melihat ke arah WeiWei dengan tatapan tajam sambil memegang secangkir teh dan berkata "Heii!! Kakakmu masih di penjara di kantor polisi, dan kamu berani-beraninya untuk membawa lelakimu pulang kerumah!?"
Sedangkan sang Ayah bergegas melangkah menyapa Wei Wei "Jadi, kamu sedang bersama Tuan muda kedua. Kamu seharusnya menelepon ke rumah, Wei Wei. Ayah panik sekali."
"Maaf untuk masalah yang ditelepon (Read Chapter 4)." ucap Lu Qiang Qi sambil berjabat tangan dengan pemuda itu.
"Aku sedang melakukan sesuatu yang penting. Jadi, aku tidak punya waktu untuk mengangkat telepon." jawab pemuda itu sambil berjabat tangan dengan ayah Wei Wei.
"Hehe... Apa yang lebih penting dari Xin Er?" sindir Ibu tiri Wei Wei.
Lu Qiang Qi tidak menanggapi ucapan istrinya. Ia hanya menanggapi ucapannya dengan pemuda itu.
"Eh? Harusnya kamu mengatakannya kepadaku sebelumnya." ucap Lu QiangQi kepada pemuda itu.
"Mari duduk dulu dan Minum teh." lanjutnya.
Setelah minum teh beberapa teguk, tanpa basa-basi lagi pemuda itu langsung menunjukkan akta nikahnya ke Lu Qiang Qi dan berkata "Tadi pagi, Wei Wei dan aku sudah mendaftar untuk nikah. Dia sekarang adalah menantu dari Keluarga Li."
Mendengar ucapan pemuda itu, seketika Lu Qiang Qi bahkan ibu tirinya Gu Mi Er tersentak kaget dan beranjak dari tempat duduknya.
"Apa!? Wei Wei telah menikah dengan Tuan muda Keluarga Li!? Lalu siapa yang akan di jadikan kambing hitam Xin Er!?" gumam Ibu tiri Wei Wei dalam hati dengan mata terbelalak menatap ke arah Wei Wei.
"Kamu wanita hina! Kamu pasti menjebak Xin Er!" bentak ibu tirinya sambil menunjuk kearah Wei Wei.
Wei Wei tersentak kaget, ia tidak mau berdebat dengan ibu tirinya. Ia pun hanya menundukan kepalanya.
"Bagaimana bisa kamu sejahat itu terhadap kakakmu!" lanjut ibu tirinya.
Pemuda itu beranjak dari sofanya karena tidak tahan dengan sikap ibu tiri Wei Wei. Ia pun berkata dengan nada marah "Nyonya Lu, jaga sikapmu! Kalau tidak, aku bisa menuntutmu karena memfitnah istriku!"
Ibu tirinya Wei Wei pun tidak memperdulikan lagi ucapan pemuda itu. Dengn lagaknya ia berkata "Huh.. Lu Wei Wei, Apakah kamu berpikir, kamu bisa berubah dari burung gagak ke phoenix? Bermimpi kamu!"
Lu Qiang Qi dengan paniknya menyela pembicaraan dan berkata "Santailah... Jangan tersinggung Tuan muda kedua. Istriku hanya terlalu gugup dan panik karena kehilangan Xin Er. Dia tidak bermaksud seperti itu. Ya, kan WeiWe? Ibumu tidak bermaksud berkata kasar kepadamu kok."
Wei Wei tidak dapat menahan lagi emosinya. Emosinya bercampur aduk. Rasa amarah yang terpendam cukup lama itu pun akhirnya meluap.
"Ayah, dia menganiayaku." ucap Wei Wei yang perlahan bangkit dari tempat duduknya.
"Dan aku harus membuat alasan untuknya? Itu menggelikan!" lanjut WeiWei.
"Beraninya kamu menjawab balik! Dia adalah ibumu." bentak sang ayah.
Mendengar ucapan ayahnya, Wei Wei pun mengigit bibirnya. Emosinya sudah meledak-ledak.
Lalu ia membalas perkataan ayahnya dengan nada membentak "Aku... aku hanya memiliki seorang ibu! Dia bukan ibuku!"
Pemuda itu memandang wajah istrinya yang menahan tangisan itu. Ia tahu bahwa istrinya sakit hati atas perlakuan ayahnya itu. Seketika itu lah, pemuda itu pun memberikan pelukan hangat kepada Weiwei sambil menepuk pundak istrinya dengan perlahan.
Wei Wei tidak dapat lagi menahan tagisan itu. Air matanya pun jatuh dan membasahi baju pemuda itu.
"Tidak usah bersedih. Pergi berkemaslah. Kita akan pulang ke rumah." bisik pemuda itu.
"Baik." jawab Wei Wei menurut.
Pemuda itu pun merangkulkan tangannya di pundak Wei Wei, sambil membawa istrinya melangkah menyusuri Loteng.
Pada saat ingin menaiki tangga, Lu Qiang Qi segera menahan mereka dan berkata "Tuan muda kedua! Sekarang kan Xin Er adalah kakak iparmu. Dia masih dikantor polisi. Kalau boleh... "
Belum sempat Lu Qiang Qi menyelesaikan perkataannya. Pemuda itu menyela "Sebagai lelaki yang sudah menikah, aku hanya perlu mengurusi istriku."
Kemudian mereka pun melanjutkan langkahnya. Sedangkan Lu Qiang Qi tertegun dan hanya menatap mereka menaiki tangga.
Tiba di kamar Wei Wei...
Krieekk.. (Suara pintu kamar terbuka)
"Ini adalah kamarku, masuklah. Maaf, Kamar ini sedikit kecil." ucap WeiWei sambil mempersilahkan pemuda itu masuk.
Pemuda itu pun memandangi kamar kecil itu dengan cukup lama. Kemudian ia melangkah ke arah jendela dan melihat ke arah langit.
Ia memandangi bulan. Bulan itu bersinar terang. Sinarnya memberikan kehangatan tersendiri dan terdapat bintang-bintang kecil yang bertebaran di langit yang membuat malam ini menjadi sangat indah.
"Waktu aku masih kecil, aku suka melihat bintang disini." ucap Wei Wei sambil mengemaskan pakaiannya yang digantung di lemari.
Pemuda itu pun menoleh dan memperhatikan Wei Wei yang sedang duduk di lantai sambil mengemas pakaiannya di dalam koper itu. Tak tega pemuda itu melihat istrinya bersedih lagi. Ia menatap Wei Wei dengan lembut dan berkata "Wei Wei, itu hanya akan mengingatkanmu pada ingatan yang buruk. Tinggalkanlah memori itu."
"Kenapa? Pakaian ini tidak melakukan kesalahan." jawab Wei Wei sambil melipat dan meletakkan pakaiannya di dalam koper.
Di sela-sela lemari yang digantungi baju itu, Wei Wei melihat secarik foto. Karena rasa penasarannya itu, Wei Wei pun mengambil foto itu dan rupanya itu adalah fotonya waktu kecil dengan ibunya.
Wei Wei pun menatap foto itu cukup lama. Ia membayangkan masa-masa dimana ibunya masih hidup dan masa-masa dimana ia masih memiliki kasih sayang orang tuanya.
Setelah memandangi foto itu cukup lama kemudian Wei Wei pun meletakan foto itu di dalam koper bersamaan dengan pakaiannya.
Pemuda itu pun membungkukan sedikit badannya dan berkata "Sini, aku akan membantumu."
"Baiklah, terima kasih." ucap Wei Wei.
Wei Wei pun menoleh kearah pemuda itu dan berkata "Jangan membelikaku barang-barang mewah. Aku tidak menyukainya."
"Bagaimana kamu tahu aku akan membelikannya?" tanya pemuda itu heran.
"Karena kamu sangat mencintaiku." jawab Wei Wei sambil tersenyum manis.
Seketika suasana menjadi canggung. Pemuda itu hanya menatap Wei Wei tanpa berkata apa-apa. Sedangkan Wei Wei merasa malu dan wajahnya menjadi merah seketika (blush..). Ia menundukkan kepalanya sedikit lalu bergumam dalam hati "Ahhh, apa yang baru saja kukatakan!?"
Wei Wei tersentak kaget, tiba-tiba saja pemuda itu mengelus kepalanya.
"Aku adalah orang yang akan menghabiskan hidup bersamamu. Tidak perlu malu." ucap pemuda itu sambil mengelus-elus kepala istrinya.
Wei Wei memandangi wajah pemuda itu. Ia teringat dengan masa lalunya.
"Dulu ada juga seorang pria yang memperlakukanku dengan berharga. Aku percaya kepadanya, tapi dia..... " gumam Wei Wei dalam hati sambil memandang wajah pemuda itu.
"Li Zhi Yang, aku sudah tua untuk mendengarkan kata-kata manis." ucap Wei Wei.
"Lupakan hal itu semua!" bentak pemuda itu.
"Apa!?" tanya Wei Wei kaget.
"Lupakan kata-kata manis yang kamu dengar dulu! Kamu hanya boleh mendengar kata-kata manis itu dariku!" lanjut pemuda itu.
"Li Zhi Yang, kamu bertingkah seperti anak kecil. Pfff... Imut sekali." ucap Wei Wei sambil tersenyum.
Mendengar ucapan istrinya, pemuda itu kesal. Ia menarik tubuh istrinya dengan perlahan dan mendekat kearahnya. Kemudian tangan satunya lagi ia letakan di dagu istrinya. Perlahan dagu Wei Wei pun di dekatkannya ke wajahnya.
"Kalau begitu, ayo kita lakukan sesuatu yang dewasa." ucap pemuda itu.
***
Bersambung....
Chapter Sebelumnya...
Angin pun bertiup masuk melalui jendela. Meskipun ruangan tersebut menjadi dingin karena hembusan angin luar, tapi tetap hangat karena rasa yang berdebar-debar mendetakkan jantung itu.
"Kalau begitu, ayo kita lakukan sesuatu yang dewasa." ucap pemuda itu.
Chapter 9
Wei Wei pun panik, wajahnya merah. Ia segera mengalihkan perhatian pemuda itu dan berkata "Zhi Yang, aku... aku.... belum siap. Lagi pula, ini kan di rumah orangtuaku. Jadi..."
Melihat ekspresi istrinya yang panik itu, Pemuda itu tersenyum dan berkata "Pfff... Sayang, apa yang kamu pikirkan? Kamu tidak berpikir aku akan melakukan 'itu' padamu sekarang bukan?"
"Ehh....?" gumam Wei Wei heran.
"Tenanglah sayang, aku tidak akan memaksamu melakukan hal itu kecuali kamu juga menginginkannya." ucap pemuda itu sambil mengelus-ngelus kepala Wei Wei.
"Sini, aku yang bawa kopermu." lanjut pemuda itu sambil membawakan koper Wei Wei.
Setelah meninggalkan kamar, mereka pun menyusuri tangga dan turun ke lantai dasar. Ketika sampai di lantai dasar (ruang tamu), Wei Wei hendak berpamitan kepada orang tuanya. Tapi, pemuda itu segera menarik tangan Wei Wei dan melangkah menuju ke pintu keluar.
Sesampainya di depan rumah Keluarga Lu, Pemuda itu pun memasukan koper istrinya kedalam bagasi mobil, kemudian membukakan pintu mobil dan mempersilahkan istrinya masuk ke dalam mobil sambil berkata "Jangan dipikirkan lagi, ayo kita pulang, sayang."
Wei Wei tampak berat meninggalkan rumahnya. Tapi, mau tak mau nantinya juga dia akan menjadi istri orang.
Disisi lain...
Prank..... Suara gelas pecah pun terdengar.
"Apa Tuan muda kedua buta?! Bagaimana bisa dia menyukai wanita hina itu?!" bentak ibu tiri Wei Wei karena kesal.
"Beraninya kamu bicara seperti itu!" bentak Lu Qiang Qi.
"Baiklah! Bahkan, sekarangpun kamu membentaku?! Aku sudah tidak tahan lagi!" lanjut Ibu tiri Wei Wei.
"Kamu!" lanjut Lu Qiang Qi.
Gu Mi Er pun tidak memperdulikan lagi ucapan Lu Qiang Qi. Ia melanglah dengan hentakan kaki yang sangat keras. Ia kesal dan marah sehingga ia pergi meninggalkan Lu Qiang Qi dan pergi lantai atas.
Sedangkan Lu Qiang Qi, ayah Wei Wei berubah drastis. Dulu ia tidak memandang WeiWei berharga dimatanya. Pandangan nya berubah seketika, karena ia haus akan kedudukan dan harta. Wei Wei yang sekarang adalah menantu kedua Keluarga Li. Tentu saja, nantinya anak dari mereka akan menjadi pewaris tahta, maka dari itu maksud baik dari ayah WeiWei adalah palsu. Yang ia inginkan hanyalah harta dan kedudukan.
"Coba kulihat dulu oleh-oleh apa yang di bawa oleh Tuan muda kedua." ucap Lu Qiang Qi sambil melihat oleh-oleh yang ada di sampingnya.
"Siapa yang tahu kalau ternyata Wei Wei dapat menikah dengan Keluarga Li." gumam Lu Qiang Qi.
***
Sesampainya di Apartemen Zhi Yang....
Pemuda itu pun mengambil koper Wei Wei yang masih ada di bagasi mobil itu kemudian membukakan pintu mobil dan mempersilahkan istrinya turun.
Tangan kiri pemuda itu memegang koper sedangkan tangan satunya lagi memegang tangan Wei Wei. Mereka pun berjalan menuju pintu masuk.
Di dalam Apartemen Zhi Yang...
"Sayang, kita sudah sampai di rumah sekarang." ucap Zhi Yang sambil membukakan pintu.
Pemuda itu pun berjalan menuju ke kamarnya sambil membawa koper itu. Wei Wei pun mengikuti pemuda itu dari belakang.
Di kamar....
Krieek... Suara pintu terbuka.
"Nah, sayang. Ini kamarku. Dan untuk seterusnya akan menjadi kamar kita." ucap pemuda itu sambil mempersilahkan istrinya masuk.
Kamar tersebut sangat besar. Bukan hanya itu saja, kamar itu juga sangat rapi dan bersih. Melihat perilaku pemuda itu yang sangat baik kepadanya, Wei Wei menjadi sangat terharu. Sangking terharunya, ia pun meneteskan air matanya dan berkata "Li Zhi Yang, aku sudah tidak punya rumah sekarang... "
Belum sempat Wei Wei menyelesaikan perkataannya, pemuda itu langsung memeluknya dan berkata "Omong kosong! Dimanapun ada aku disitulah rumahmu."
Mendengar perkataan pemuda itu, Wei Wei pun membalas pelukannya sampai-sampai ia tidak sadar bahwa tangisannya sudah membasahi baju pemuda itu.
"Sudah jangan sedih lagi, ayo mulai bongkar barangmu dulu." ucap pemuda itu sambil menghapus air mata istrinya.
"Hmm... Ok." jawab Wei Wei singkat.
Mereka pun bersama merapikan barang-barang bawaan yang ada di dalam koper itu ke dalam lemari pakaian.
"Pakaian kita ada disini, mengerti?" ucap pemuda itu sambil menggantungkan pakaian Wei Wei.
"Oke.. " jawab Wei Wei singkat.
Didalam koper itu, pemuda itu melihat pakaian dalam (bh dan celana dalam) istrinya. Ada yang bergambar bola-bola, ada yang bergambar stoberi dan ada juga yang bergaris-garis serta berenda.
"Karena kita sudah menikah, pakaian dalam taruh di tempat yang sama juga tidak apa-apa." ucap pemuda itu sambil meletakkan bh dan celana dalam Wei Wei di dalam laci.
Wei Wei menundukkan kepalanya. Wajah dan telinganya sangat merah. Ia sangat malu karena pemuda itu memegang pakaian dalamnya.
"Tunggu aku akan membawa pakaian tidur untukmu." ucap pemuda itu sambil mencari baju tidur untuk Wei Wei.
Wei Wei menatap wajah pemuda itu dengan sangat serius karena malu.
Pemuda itu mengira Wei Wei akan berpikir macam-macam. Lalu secepatnya ia berkata "Jangan terlalu banyak berpikir yang aneh-aneh, siap-siaplah untuk tidur."
"Nih, hanya ada baju tidurku disini, jadi pakai ini saja dulu." ucap pemuda itu sambil memberikan baju tidurnya ke Wei Wei.
Wei Wei pun mengambil baju tidur itu. Dengan pikiran yang mesum, ia pun membayangkan bagaimana nanti nasibnya di tempat tidur. Apakah pemuda itu nantinya akan melakukan 'itu' di ranjang?
"Kenapa mukamu merah? Aku nanti juga akan bisa melihat seluruh tubuhmu." ucap pemuda itu sambil tersenyum.
"Kamu!!! Brengsek!!!" bentak Wei Wei sambil menginjak kaki pemuda itu.
"Ahh! Sakit!" teriak pemuda itu.
"Huh, rasain. Makanya jangan mesum jadi orang." ucap Wei Wei sambil berlari keluar kamar meninggalkan pemuda itu.
Kring.. Kring... Suara bunyi telepon.
"Ternyata ayah yang menelepon. Ada apa?" tanya pemuda itu.
"Siapa yang memberimu izin untuk mendaftar pernikahan itu?!" bentak Li Zhi Tian.
"Aku... aku takut Wei Wei akan di bawa pergi kalau aku tidak melakukan sesuatu secepatnya!" bentak pemuda itu di telepon.
"Huh! Setidaknya seleramu masih bagus." ucap Li Zhi Tian.
"Hah?" ucap pemuda itu heran.
"Ya bagus, Dia kan anak yang baik dan cantik. Bukan hanya itu saja, dia juga mempunyai latar belakang yang bagus." lanjut Li Zhi Tian.
"Oh ya, ngomong-ngomong semalam, saudara WeiWei kabur setelah menabrak orang saat mengemudi dan Lu Qiang Qi malah membawa Wei Wei ke kantor polisi. " ucap pemuda itu.
"Oke.. Aku akan memberi mereka pelajaran karena telah menyakiti menantuku tersayang." ucap Li Zhi Tian.
"Maaf, Yah.. Aku ada urusan. Aku tutup teleponnya dulu." ucap pemuda itu lalu mematikan handphone.
Setelah pembicaraan pemuda itu dengan ayahnya selesai, Wei Wei pun masuk ke dalam kamar dan berkata "Aku... aku sudah selesai."
Pemuda itu tersentak kaget. Dilihatnya istrinya yang sudah mengenakan pakaian tidurnya itu. Baju itu kelongaran sehingga membentuk belahan dada yang cukup lebar dan menampakan gumpalan danging yang tersumbal sebagian.
"Ini.. terlalu besar buatku." ucap Wei Wei tebatah-batah karena tersipu malu.
Pemuda itu pun melangkah maju mendekati Wei Wei. Tangannya mulai meraba rambut WeiWei yang panjang dan lembut itu. Aroma tubuh Wei Wei yang sudah mandi itu sangat harum dan sangat menyegarkan hidung. Perlahan ia pun mendekatkan wajahnya dan berbisik di telinganya "Sekarang giliranku untuk mandi, tunggu aku."
"Mmmm... " gumam Wei Wei.
Pemuda itu pun mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi.
"Ahhhh... Apakah kita akan tidur di ranjang yang sama malam ini? Apakah dia akan melakukan 'itu' padaku? Ahhh aku belum siap." pikir Wei Wei dengan mesumnya.
Beberapa menit kemudian...
Kriekk... Suara pintu pun terbuka
Pemuda itu datang. Ia tidak mengenakan pakaian sehingga menampakkan bidangnya yang tegap dan kekar itu. Pemuda itu hanya menggunakan celana dalam pendek ketat sehingga ada sesuatu yang terlihat menonjol di tegahnya.
"Aku sudah selesai." ucap oemuda itu.
Pemuda itu melihat istrinya yang sedang terbaring di ranjangnya dengan sehelai selimut yang menutup tubuhnya.
"Hmm.. Istriku terbaring di atas ranjangku. Aku tidur atau nggak ya?" gumam pemuda itu dalam hati.
"Jangan lakukan apapun ya!" ujar Wei Wei teelebih dahulu.
"Oke.. oke geser dikit." jawab pemuda itu sambil beranjak ke tempat tidur.
Wei Wei pun menggeser sedikit untuknya. Tapi dalam hatinya tidak tenang. Ia sangat gelisah. Bagaimana jika dia melakukan sesuatu terhadapku? Apa yang harus ku lakukan?
Pemuda itu memejamkan matanya sambil memeluk tubuh istrinya dari belakang.
Wei Wei tersentak kaget. Ia menoleh ke belakang. Dilihatnya pemuda itu sudah tertidur dengan pulas.
"Apa dia tertidur seperti ini? Lampunya masih menyala. Ya sudahlah aku tidur saja." gumam Wei Wei.
Wei Wei pun memandangi wajah pemuda itu sejenak dan bergumam dalam hati "Tapi kalau dilihat-lihat wajahnya sangat tampan, hidungnya mancung dan alis matanya tebal. Bahkan cara tidurnya juga mengemaskan. Trus bibirnya..... Ahhh.. Apa yang kubayangkan. Sudahlah lupakan saja. Lebih baik aku tidur sekarang."
Wei Wei memejamkan matanya dan tidur berhadapan dengan pemuda itu.
Malam yang dingin ini menjadi hangat seketika dengan orang yang spesial.
Bersambung....
***
Paragraph comment
Paragraph comment feature is now on the Web! Move mouse over any paragraph and click the icon to add your comment.
Also, you can always turn it off/on in Settings.
GOT IT