Download App
60% Your Reason Is My Life / Chapter 3: Chapter 2: Less Words

Chapter 3: Chapter 2: Less Words

   "Sema ... Sema!"

   "Good Job Sema, thank you."

   "You want a cup of cofee?"

   "Bye Sema, enjoy your time."

   "Sema!!!"

Membuka mata secara panik karena mendapatkan sebuah mimpi. Sema terbangun dengan keringat yang banyak sekali, dia bermimpi tentang misi yang dilakukannya dulu.

Sema beranjak dari tempat tidurnya, mematikan alarm yang berada di smartphone miliknya seraya mencabut chargernya. Sema segera push up 20 kali lalu merapihkan kasur yang telah dipakai tidur.

Dia mengambil air mineral dalam botol plastik lalu meminumnya sampai habis. Dia segera memakai kaos miliknya karena saat tidur dia tidak memakai kaos.

Sema tinggal di sebuah kontrakan dan dibiayai oleh Julia, kontrakan tersebut berjarak 2 km dari sekolahnya, sehingga dia hanya perlu berjalan kaki ke sekolahnya.

   "Julia! Di mana kau?"

Seru Sema seraya mencarinya di mana-mana, dia pun teringat karena Julia kembali ke kantornya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan.

   "Untuk saat ini buat sarapan dulu lalu pergi ke sekolah sebagai murid baru."

Pikir Sema, dia pun mengambil 2 telur ayam dan 2 buah roti tawar dan beberapa selada. meletakkannya di tatakan, menyalakan kompor dan memasang teflon. Kemudian memasukkan sedikit mentega yang tersedia di depannya.

Sema memasak dengan setengah sadar, dia memotong roti tawar dengan memotong bagian tengahnya. Memasukkan roti tawar tersebut ke teflon dan memecahkan telur di atas roti.

Sehingga telur tersebut mengikuti bentuk roti yang telah terpotong. Sema pun segera mengambil air mineral dalam kemasan botol plastik dan menyimpannya di meja makan.

Roti yang dimasaknya matang, dia segera mempersiapkan buku-buku dan memasukkannya pada tas miliknya. Sema memakai jaket abu-abu dan tidak lupa membawa headset di saku jaketnya.

Setelah siap semua, dia pun memakan roti yang dimasaknya. Merapihkan piring yang telah dipakai lalu segera pergi menuju sekolah.

* * * * * *

Diperjalanan ke sekolah di musim kemarau seperti ini, dia tidak mengenal siapapun. Sema memakai headset dengan soundtrack game Eroge.

Dia memakai kacamata yang tidak memiliki lensa, sehingga jika dia melirik ke segala arah tidak terlalu mencurigakan.

Setelah cukup lama berjalan, dia tiba di gerbang depan sekolah. Sema masuk dan melihat sekeliling sekolah secara mendetail.

   "Kondisi sekolah bagus, ada banyak jalan untuk kabur dan para guru pun banyak yang tua."

Sema menganalisis semuanya yang ada di sekolah, dia berjalan dengan santai seraya melirik ke segala arah dengan memperhitungkan semuanya.

Dia pun pergi ke ruang guru, dia membawa selembar kertas tentang data guru tersebut. Sehingga dengan mudahnya dia dapat mengetahui siapa guru yang ia cari.

Wali kelas Sema merupakan seorang perempuan yang terlihat masih muda. Kira-kira usianya sekitar 24 karena ukuran tubuhnya pendek dengan wajah anak SMA, guru tersebut bernama Asami Rena.

   "Permisi ... sensei, apakah sudah waktunya untuk masuk kelas?"

Tanya Sema di samping kanannya, guru tersebut sedang menulis sesuatu di meja kerjanya. Dia menoleh ke arah Sema karena pertanyaannya.

   "Ngg ... kau kan murid baru itu, baiklah ... ayo kita pergi ke kelasmu."

Ucap guru tersebut, lalu dia berdiri dan mengambil beberapa buku. Guru tersebut menyuruh Sema agar mengikutinya.

   "Baiklah ... Sema Dharmawan ya, kau akan ditempatkan di sebuah kelas yang cukup rumit menurutku."

Ucap guru tersebut seraya melihat data tentang Sema, Sema pun diam saja dan terus mengikutinya. Mereka berdua sampai di sebuah kelas yang berada di lantai dua.

   "Kita sampai di kelasmu, kelas 11-Z, mari kita masuk."

Guru tersebut membuka pintu dengan cara menggesernya lalu masuk terlebih dahulu kemudian menutupnya lagi. Dia berjalan menuju depan kelas dan menyapa anak-anak kelas.

   "Selamat pagi semuanya, mari kita mulai pembelajarannya sekarang. Namun sebelum itu, Sensei akan memperkenalkan kepada kalian murid baru."

Asami menyuruh Sema untuk masuk, Sema pun membuka pintu lalu mengangguk dan melangkahkan kaki. Dia menutup pintunya lagi lalu pergi ke samping kiri Asami.

   "Perkenalkan, namaku Sema Dharmawan, Hobi tidak ada dan keterampilan tidak ada. Salam kenal semuanya, kuharap kita menjalin hubungan yang baik."

Ucap Sema dengan wajah datar, dia pun melihat ke sekeliling kelas. Terdapat banyak kursi dan meja berjejer rapih. Namun ada suatu masalah, murid di kelas ini berisikan 5 gadis dan 7 laki-laki, ditambah Sema menjadi 8.

   "Hoi-hoi yang benar saja, kelas macam apa ini?"

Pikir Sema, lalu Asami mempersilahkan Sema untuk duduk dimanapun. Dia memilih di barisan kesatu dan kursi ke empat dekat jendela karena kelas ini berada di lantai atas.

   "Yah ... wajar saja, lagipula aku juga seseorang yang rumit, makanya diriku dimasukkan di kelas yang isinya anak-anak rumit."

Pikir Sema, dia pun meletakkan tasnya di atas meja. Kemudian melonggarkan dasinya yang membuat lehernya sedikit sesak untuk bernapas.

Terdapat suatu benda yang menggelinding ke arahnya, benda tersebut berwarna hijau dengan ukuran kepalan tangan. Benda tersebut merupakan granat tangan buatan pabrik.

Sema tidak terlalu panik karena pemicunya masih ada, dia pun mengambilnya dan dia mengetahui bahwa granat itu asli.

   "Hoi, siapa pemilik granat ini?"

Tanya Sema seraya berdiri, lalu semua anak di kelas menoleh ke arahnya. Salah seorang perempuan berambut hitam panjang dan lurus mengacungkan tangannya.

   "Itu punyaku, maafkan aku karena kecerobohanku."

Ucap perempuan tersebut, dan anehnya ... banyak yang menanggapi dengan sikap yang masa bodoh.

  *Brakk

Terdapat suatu benda yang jatuh dari kolong bangku seorang laki-laki di sisi samping kanan Sema. Benda tersebut merupakan senjata jenis pistol magazine dengan sebuah peredam yang terpasang.

Sema pun baru menyadari, di kelas ini, setiap siswa memiliki senjata yang dapat membunuh.

   "Sepertinya aku salah masuk kelas ..."

* * * * * *

Pembelajaran seperti pelajaran biasa, Sema merasa aneh karena dirinya sendiri yang tidak membawa senjata. Hanya sarung tangan anti pedang yang ia bawa.

Lalu istirahat pertama tiba, Sema pun segera merapihkan buku-buku yang berada di mejanya.

   "Sema, mau makan siang bareng?"

Tanya laki-laki yang duduk di samping Sema, lalu Sema pun menganggukkan kepala.

   "Sip, kalau begitu kita beli makan dulu di kantin, yang lain pun sama."

Ucap laki-laki tersebut seraya menunjuk ke belakang melalui pundak, teman-temannya sedang menunggunya.

Laki-laki ini memiliki rambut hitam yang sedikit pendek, berwarna hitam dan tingginya sama dengan Sema, wajahnya seperti anak SMA biasa dengan kulit berwarna putih sedikit hitam.

Sema pun pergi bersama teman barunya ke kantin, lalu mereka membeli makanan. Setelah membelinya mereka pergi ke bagian belakang sekolah.

* * * * * *

   "Hei, kenapa ada banyak senjata di kelas?"

Tanya Sema seraya memakan roti panggang yang isinya terdapat selai stroberi, minumnya adalah susu kotak.

Para laki-laki makan sambil jongkok dengan bentuk melingkar, tetapi ada satu orang yang sedang pergi ke toilet.

   "Ekh? Kau tidak tahu? Kelas Z itu berbeda dengan kelas lainnya. Kami telah terbiasa dengan memegang pisau atau senjata contohnya Matsushima."

Ucap laki-laki tadi, dia pun menunjuk ke sampingnya yang bernama Matsushima. Wajahnya sedikit tertutupi oleh rambut miliknya sehingga Sema sedikit penasaran dengan bentuk wajahnya.

   "Matsushima, salam kenal Sema."

Sapa Matsushima, Sema pun menyapa balik.

   "Matsushima ahli dalam senjata laras panjang dan riffle, meskipun dia wibu. Tetapi, dia tipe wibu yang langka. Wibu yang ahli olahraga dan bertahan hidup, yah ... pokoknya dia top."

   "Hoo ... jadi kelas kita yang berbeda ya, aku baru tahu tentang hal itu."

Ucap Sema, salah seorang laki-laki yang dari toilet kembali dengan membawa sebuah roti dan teh kotak. Namun dia berdiri di tengah-tengah para lelaki yang sedang makan melingkar.

   "Akbar, apa yang kau lakukan berdiri di tengah-tengah kami?"

Tanya Matsushima, lalu Akbar memeragakan sebuah pose. Dia meletakkan tangan kanannya di mulut meskipun terdapat teh kotak.

   "Fufufu~ aku suka yang sempit-sempit."

Ucap Akbar, lalu Sema menunjukkan ekspresi kecut pada Akbar.

   "Minggat sana, lu gak guna bangs*t! Lempar pisau aja letoy, dasar bocah!"

Seru Matshusima dengan marah, lalu laki-laki yang duduk di samping Sema menjelaskan alasannya. Akbar dan Matsushima pernah satu kelompok saat praktek.

Namun pada akhirnya, mereka menjadi akur dan makan bersama sambil jongkok.

   "Ngomong-ngomong, apakah ada alasan khusus kalian berada di kelas ini?"

Tanya Sema kepada semuanya, lalu mereka pun melamunkan pertanyaan Sema.

   "Entahlah, lagipula aku dari panti asuhan. Aku tidak terlalu peduli dengan hal itu."

Ucap Matsushima, namun setelah itu. Mereka semua saling memperkenalkan diri kepada Sema.

Orang yang duduk di samping Sema adalah Reon Roy yang tadi mengajaknya lalu Matsushima Ren, Akbar Lucas, Maeno Zaki, Miyazaki Len, Delyo Anzaren, lalu Zen Rien.

Akbar merupakan orang yang narsis dan memiliki selera humor yang selaras dengan yang lainnya. Wajah yang ganteng, rambut hitam sedikit coklat dan orangnya lebay.

Maeno merupakan orang yang fisiknya besar dari yang lainnya, memiliki fisik kuat dengan tinggi di atas rata-rata, meski begitu ... hatinya Hello Kitty.

Orangnya sedikit hitam dan rambut yang pendek, dan dia sangat perhatian ke lingkungan sekitarnya.

Miyazaki terlihat aneh di mata Sema, dia memakai Syal berwarna abu. Di dalam celananya terdapat pisau belati yang dapat dilipat.

Dia menceritakan sedikit kisahnya, dia memiliki darah dari para ninja yang mengalir di nadinya. Memiliki keahlian dalam menyusup dan menyerang secara diam-diam.

Rambutnya yang lumayan panjang dan hitam, terlihat keren karena penampilannya dan hawa keberadan yang tipis.

Delyo merupakan teman baik Roy, Delyo memiliki keahlian khusus dalam membantu menyelesaikan misi, dia pun merupakan support terbaik.

Dengan penampilan yang biasa saja, mata sedikit sipit, rambutnya pendek berwarna hitam. Roy ahli dalan beladiri Muay Thai, tingginya sedikit pendek dari Delyo.

Lalu Zen, dia merupakan petarung jarak dekat dengan menggunakan segala cara agar dapat menumbangkan musuhnya. Dia memiliki rambut pirang dan memakai kacamata, Rambutnya memakai gaya bergelombang. Dia terlihat seperti berandalan, meskipun pecinta kucing.

  *Teng-Teng

Jam istirahat usai, mereka segera kembali ke kelas dengan meloncati pohon dan melompat ke lantai dua yaitu kelas mereka karena jendela kelas terbuka.

Maeno menjadi pijakan mereka karena jarak pohon sedikit jauh, setelah semuanya masuk. Maeno segera kembali ke kelas melalui tangga sekolah.

Reaksi para gadis biasa saja dengan kedatangan laki-laki, lalu mereka semua segera duduk di bangku masing-masing.

To Be Continue....


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login