Sema dan Julia pergi ke sebuah sekolah yang letaknya ada di Indonesia. Tetapi, Sema kembali ke rumah keluarganya terlebih dahulu yang telah lama menunggunya.
*Knock-knock
Julia mengetuk pintu, dia membawa sebuah koper hitam besar yang terdapat roda. Sema membawa beban pada pundaknya yang merupakan kantong kebutuhannya.
*Ckleck
Mata Ibu Sema tertuju pada Sema yang sedang berdiri di belakang Julia. Ibu Sema pun segera memeluknya karena dia sudah lama tidak berjumpa dengannya.
"Selamat datang kembali, Sem ..."
"Ya ... aku pulang setelah 3 tahun lamanya."
Julia melihat sebuah kehangatan keluarga, dia pun tersenyum kecil.
"Ngomong-ngomong anda siapa ya? Tetapi anda juga bukan Selina."
Tanya Ibu Sema, Ibunya memakai sebuah pakaian biasa yang merupakan kaos biru dan celana hitam panjang, dia tengah menyapu lantai rumah.
"Kenalkan bu, dia adalah temannya Selina, dan juga saat ini dia sedang merawatku. Namanya Julia Oudet."
Sema memperkenalkan Julia kepada Ibunya lalu Julia bersalaman dengan Ibu Sema. Saat ini usia Ibu Sema telah mencapai kepala 5. Sehingga, terlihat ubun-ubun dari rambutnya. Ibu Sema menutupi ubunnya dengan mengecat rambutnya dengan warna merah.
"Jadi ... apakah kalian akan pergi lagi?"
Tanya Ibu Sema, Sema pun menggelengkan kepala, namun sebelum itu ... Ibu Sema menyuruh Julia masuk untuk beristirahat.
Sema segera menuju kamarnya, rumah ini tidak begitu banyak berubah. Hanya saja terdapat retakan pada tembok karena akhir-akhir ini terdapat gempa.
Lalu ... Sema kembali ke ruangan keluarga, dia melihat Ibu Sema dan Julia berbicara seraya tersenyum.
Dia baru menyadari, bahwa tindakannya dulu ... membuat keluarganya sedih karena hilang tiba-tiba. Tanpa ada kabar apapun darinya selama 1 tahun.
"Bu ... mulai kelas 2 SMA, aku akan sekolah ... meskipun aku sudah mengambil sekolah paket."
Sema tidak sekolah selama 6 tahun, dia mendapatkan siksaan yang sangat berat selama 6 tahun ini. Dimulai dengan pertemuannya dengan gurunya dan kejadian lainnya.
"Akh ... begitu ya, ngomong-ngomong sekolah mana yang akan kau kunjungi?"
Tanya Ibu Sema, Sema pun menggelengkan kepala karena tidak tahu apapun. Julia pun mengambil sebuah kertas dari kopernya yang terdapat deskripsi sekolah umum dan memberikannya pada Ibu Sema.
"Wah ... sekolah ini bagus untukmu, Sem ... aku harap kau lulus dalam tesnya."
Mendengar itu, Sema langsung berdiri tegak dan melakukan hormat.
"Siap! aku akan melakukan yang terbaik."
Julia memandang wajah Sema dengan wajah kecut karena Sema tidak bisa menghilangkan kebiasaanya.
* * * * * *
Fery Dharmawan ... itulah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya. Sema adalah nama pemberian dari Selina, memiliki 2 keluarga bukanlah hal yang buruk.
Sema mendapatkan pertemuan yang mengubah seluruh hidupnya. Dimulai ketika dia tersesat dihutan, lalu dia bertemu dengan seorang wanita yang sedang merokok di atas sebuah batu besar.
"Ngg ... bocah? Apakah kau tersesat?"
Wanita tersebut melihat smartphone miliknya, waktu menunjukkan jam 23.41. Dia terkaget karena ada bocah yang tersesat larut malam seperti ini.
"Baiklah ... bocah, apakah kau tersesat dan tidak tahu arah jalan pulang?"
Sema kecil mengangguk, tetapi dalam hati sebetulnya dia kabur dari rumah karena sebuah alasan yang sepele.
Tanpa pikir panjang, wanita tersebut mengajak Sema untuk pulang bersamanya karena merasa kasihan.
* * * * * *
"Baiklah ... tidur di mana saja, mau itu di kamar, sofa, maupun di lantai ..."
Sema kecil pun mengangguk, lalu dia duduk di sofa. Sema memandang ke segala penjuru ruangan yang terbuat dari kayu.
Wanita tersebut pergi ke dapur, dia membuka kulkas dan membawa 1 kaleng bir bint*ng, dan membawa 1 kotak Ultr*milk. Dia memberikan sekotak susu pada Sema dengan senyuman tipis ketika memberikannya.
"Minumlah bocah ... akh, aku lupa menanyakan namamu. Namaku Selina, aku tidak memberitahu nama belakangku karena kita baru saja bertemu, jadi ... namamu siapa?"
Saat ini, Sema hanya seorang anak berusia 9 tahun, dia ingin memberitahukan namanya namun dia diam saja.
Sema yang sejak kecil jarang berekspresi, saat kecil dia hanya terkurung dalam dunianya sendiri. Karena itu ... saat ini dia layaknya seorang bocah tanpa ekspresi.
"Kau diam saja ... kalau begitu ..."
Selina melihat seluruh tubuh Sema dari rambut sampai bawah kaki, dia menyadari bahwa pakaian Sema kotor karena tersesat.
Selina teringat dengan namanya, yaitu Selina Mayu, lalu dia mendapatkan sebuah nama.
"Bagaimana dengan Sema, Se dari Selina dan Ma dari Mayu, bukankah bagus?"
Selina menanyakannya seraya berjongkok di depan Sema, Sema yang tidak terlalu tahu dia pun mengangguk.
"Baguslah ... untuk sekarang ini, minumlah susu itu. Kemudian mandi dan segera tidur setelahnya."
Sema pun mengangguk, Selina berdiri lalu menyiapkan kamar mandi untuk Sema. Kamar mandi ini merupakan air gunung yang dingin dan memakai gayung.
Setelah Sema meminumnya, Selina memanggil Sema untuk segera pergi mandi. Sema menyuruh Selina keluar dari kamar mandi karena dia malu.
"Kalau sudah selesai bilang saja, aku ada di ruangan tadi."
Sema pun mengangguk, lalu menutup pintu kamar mandi. Dia menguncinya dan segera mandi dengan tenang.
* * * * * *
Sema keluar kamar mandi dengan rambut yang sedikit basah. Tetapi, dia memakai pakaian yang tadi dan sebuah handuk yang berada di rambutnya.
Selina yang melihat Sema memakai pakaian tadi, segera pergi menuju kamarnya. Lalu kembali dengan membawa sebuah kemeja putih ukuran bajunya dan celana pendek yang pernah Selina pakai dulu.
"Sema, gantilah pakaianmu dengan pakaian ini."
Sema pun mengangguk, dia mengambil celana dan kemeja tersebut. Dia kembali ke kamar mandi lalu memakainya di kamar mandi.
Beberapa menit kemudian, Sema keluar dengan kemeja yang longgar dan celana pendek yang cukup pas.
"Hmm ... tidak buruk dan kau seperti kurcaci ..."
Sema mendekati Selina yang sedang duduk di sofa, lalu Selina menggulung kemeja bagian tangan yang terlalu panjang untuk Sema.
"Baiklah ... untuk saat ini kita tidur ..."
Selina melirik ke arah jam dinding yang berada di depan. Jam itu tergantung di dinding lalu jam menunjukkan pukul 01.14.
Selina meraih tangan Sema, Sema yang sudah pusing dan menguap terus segera mengikuti Selina menuju kamarnya.
Selina menempatkan Sema di sisi kanan kasur, kasur ini cukup untuk dua orang. Selina memiliki sebuah kebiasaan pada saat tidur, dia hanya memakai sebuah kemeja dan celana dalam.
* * * * * *
Sema tertidur dengan sesak, dia dijadikan bantal guling oleh Selina kemudian alarm pagi berbunyi.
"Ngg ... What!"
Selina terkaget dengan situasinya sekarang ini, dia segera beranjak dari tempat tidurnya tapi dengan pelan-pelan agar Sema tidak terbangun.
Setelah dia beranjak dari tempat tidurnya, Selina segera mematikan alarm yang menyala pada smartphone miliknya.
"Untuk sekarang ... apa yang harus aku lakukan pada anak ini."
Pikir Selina yang sedang memandang wajah tidur Sema. Dia menyadari sebuah bekas luka pada tangannya, dan dia dapat memperkirakannya yaitu sebuah besi yang dipanaskan lalu ditempelkan pada kulit.
"Apakah ... kehidupan anak ini tidak berjalan dengan lancar."
Ucap Selina dalam hati, dia merasakan sebuah perasaan kasih sayang pada Sema. Lalu Selina memiliki sebuah pemikiran. Yaitu, dia berniat untuk merawat Sema.
Selina membangunkan Sema dengan memegang pipinya menggunakan tangan kanan, tangan Selina yang terasa dingin membuat Sema terbangun.
"Selamat pagi, Sema ..."
* * * * * *
Waktu sudah menunjukkan 08.21 pagi, Selina mendapatkan sebuah telepon dari seseorang. Dia ditelpon oleh seorang bawahan Selina dari angkatan laut.
Namun, Selina saat ini sudah keluar dari angkatan laut. Dulu dia berpangkat dan memiliki banyak bawahan.
Dia berbicara menggunakan bahasa inggris, Sema tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan. Sema berdiri terdiam melihat Selina yang kadang-kadang tersenyum.
Beberapa menit kemudian, Selina selesai menelpon. Dia berbalik badan dan melihat Sema yang sedang memandangnya.
"Ada apa Sema? Apakah kau sudah lapar?"
Sema menggelengkan kepalanya dengan polos, Selina segera berjalan ke arahnya lalu jongkok di hadapannya.
"Selina ... bukan ... guru."
Mata Selina terbuka lebar dengan apa yang dikatakan Sema. Dia pun mengusap rambut Sema dan mengacak-acaknya karena sedikit rapih menurutnya tidak keren.
"Thank you Sema, untuk saat ini kita sarapan dulu."
Sema mendapatkan sebuah perasaan kasih sayang, lalu ... dia dirawat oleh Selina dan mendapatkan pelatihan tiap harinya.
Beberapa bulan kemudian, Sema menyadari bahwa berekspresi dapat dilakukannya saat ini. Dia meminta Selina untuk dibelikan sebuah buku.
Mendengar hal itu, Selina segera menelpon seseorang. Lalu sati minggu kemudian, orang itu datang.
*Knock-knock
Selina segera menghampiri pintu rumah, dia membukanya dan membawa seseorang ke dalam rumah.
Seorang tamu yang Selina bawa merupakan wanita dewasa dan berambut pirang. Sema sudah tahu bahwa orang itu merupakan orang asing.
"What! Ada bocah di sini!?
Teman Selina terkaget dengan kehadiran Sema, dia membawa sebuah kantong plastik hitam dan putih. Di kantong plastik hitam terdapat minuman kaleng dan kantong plastik putih terdapat beberapa buku pelajaran ataupun sebuah filosofi.
"Sema, kenalkan ... dia adalah temanku, namanya Julia Oudet."
"Salam kenal."
Sema membungkuk, lalu berjalan menuju Julia dan melihat-lihat buku yang sudah dikeluarkan dari kresek.
"Ngomong-ngomong Selina, apakah kau yang membawa bocah ini?"
"Hehehe ... aku tidak sengaja memungutnya, dan itu sudah lama."
"Hoi ... apakah orang tuanya tidak mencarinya?
Selina menggaruk rambut bagian belakangnya, lalu mengeluarkan sebagian lidahnya.
"Hehe ... sudah kok, aku meminta bantuan pada bawahanku meskipun aku sudah keluar. Aku memintanya agar dapat membuat sebuah alasan. Dan akhirnya ... Sema tidak sekolah dan aku melatihnya bela diri, wajib militer dan yang lainnya.
"What!? Dia ini masih bocah, kau tidak kasihan padanya?"
"Aku kasihan padanya, karena itu aku melakukan hal ini agar aku tidak khawatir padanya."
Julia memejamkan matanya lalu menghela napas, dia pun duduk di sofa lalu meletakkan kopernya di sebelah sofa. Julia mengambil sekaleng bir dan Selina pun mengambil sekotak susu di kulkas lalu memberikannya pada Sema.
Saat dia akan memberikannya, Sema membaca sebuah buku yang berisikan teknik bela diri, muay thai, tae kwon do. Lalu menunjuk sebuah gambar di buku tersebut, Selina mendekatinya dan gambar yang ditunjuknya adalah sebuah pistol dengan tipe Desert Eagle.
"Hei ... jangan memberikan barang berbahaya pada anak kecil, itu akan melanggar undang-undang."
Julia pun menengguk habis bir kaleng yang dipegang olehnya kemudian dia bersandar pada sofa.
"It's all right, aku tidak akan melakukannya pada Sema..."
Lalu ... Sema mendapatkan banyak kenangan pahit dan manis. Dia mendapatkan banyak pembelajaran oleh Selina, beberapa bulan kemudian Sema bersekolah paket dan lulus SMP pada usia 15.
Dia menyembunyikan tubuhnya yang terdapat banyak bekas luka. Semaa dapat bersosialisasi dengan baik sehingga Selina tidak khawatir. Lalu, kejadian tidak terduga datang, Selina mengidap sebuah penyakit yang tubuhnya kian hari kian melemah.
Pada usia 16 tahun, Selina meninggal dengan meninggalkan senyumannya. Sema menangis histeris ketika mengetahuinya karena dia baru saja pulang dari misi yang diberikan oleh Selina yaitu bertahan hidup selama seminggu di hutan.
To Be Continue.....