"Meeting you was a fate, become your friend was a choice, but falling in love with you was beyond my control."
***
Seira pun berjalan menyusuri koridor sekolah dan bergumam seorang diri.
Pria berambut merah memang sedikit merepotkan. Tapi peta yang diberikannya memang sangat berguna. Kau hari ini dia tidak kepo.....
Belum beberapa lama Seira bergumam seorang diri, seorang gadis memakai bendo datang menghampirinya dan berkata "Hei! Kamu bukannya setan yang melukai orang kami!?"
"Orangmu?" tanya Seira heran.
"Waktu itu kamu sudah mencari masalah dengan komisaris disiplin jurusan sihir angin. Kalau kamu minta maaf aku akan melupakan kejadian waktu itu. Kalau sampai terdengar ketua jurusan sihir air, YinChe. Lihat saja apa yang akan terjadi padamu!" bentak gadis memakai bendo itu.
"Saya sudah dengar dari YiCheng (gadis yang berambut ungu). Jangan kira dilindungi ketua jurusan sihir api, kamu jadi merasa hebat!" bentak gadis memakai bendo itu lagi.
Seira pun menghela nafasnya dan berkata "Maaf, waktu itu tindakan saya terlalu gegabah. Tapi, kamu sungguh tidak sopan. Demi menjaga nama kerajaan sihir, saya berkewajiban memberi kamu pelajaran." ucap Seira sambil mengeluarkan tongkat sihirnya dan membacakan sebuah mantra spiritual.
"Kerajaan sihir apaan!? Saya tidak tahu apa yang kamu bicarakan! Kalau kamu ketahuan ketua jurusan air YinChe, melanggar aturan disiplin....
Belum sempat gadis berbendo itu menyelesaikan perkataannya, ia tidak bisa bergerak karena mantra yang dikeluarkan Seira itu.
Tiba-tiba muncul serangan sihir angin yang mengarah kearah Seira dan wusss..Seira berhasil menghindar dan menatap tajam ke arah keluarnya sihir tersebut tapi paparan mantra spiritual yang dikeluarkannya tadi lenyap.
Tak lama kemudian seorang pemuda berambut biru dan berkamata itu datang.
"Kakak YinChe!" sapa gadis berbendo itu.
"Murid sihir jurusan angin memang suka ikut campur." kata pemuda berambut biru dan berkacamata itu kepada pemuda berambut hijau.
"Jing Li, kamu pergi dulu." kata pemuda berambut biru kepada gadis berbendo itu.
"Tapi.... Kakak YinChe! Uhhh... baiklah." kata gadis berbendo itu sambil melangkah mundur ke belakang.
"YinChe, tidak perlu perhitungan begitu, kan? Bagaimana pun tujuan kita sama." kata pemuda berambut hijau itu.
"Feng LingYue, kamu jangan ikut campur." kata YinChe dengan nada datar.
"Banyak hal... Ya... Walaupun sangat merepotkan, tapi harus tetap ada yang mengurusnyakan, YinChe?" tanya pemuda berambut hijau itu kepada YinChe.
"Maka itu, di Glasir di bentuklah komisaris peraturan sihir. Kamu tidak berhak ikut campur urusan peraturan sihir." Ucap YinChe dengan nada datar.
"Urusan peraturan sihir? Belum tentu." ucap pemuda berambut hijau itu.
Seira pun memotong pembicaraan mereka dan berkata kepada pemuda berambut biru dan berkacamata itu "Kamu datang mencari saya juga karena teman kalian yang terluka?"
Lalu pemuda berambut biru itu menjawab "Masalah itu tidak ada hubungannya dengan saya. Saya datang mencarimu karena moodku sedang tidak baik. Moodku tidak baik karena kamu melanggar peraturan sihir di Glasir."
Pemuda berambut hijau itu hanya berguman dalam hati "Sungguh...si biru ini mencintai sekolahnya sampai tingkat paranoid."
"Peraturan umum sekolah yang kedua yaitu murid hanya boleh belajar 1 jurusan sihir. Kalau kamu mau belajar sihir lain sekaligus, sewaktu masuk Akademi harus minum Air Sungai Neraka terlebih dahulu. Barusan tadi kamu menggunakan sihir lain untuk melawan JingLi. Benarkan? Murid baru dari jurusan sihir api." Ucap YinChe.
"Tadi itu gulungan ajaib, kan?" tanya pemuda berambut hijau itu kepada Seira.
"Gulungan ajaib tidak perlu diucapkan." ucap pemuda berambut biru itu.
"Saya pernah mempelajarinya. Ada beberapa sihir level tinggi yang bisa dipakai menggunakan bahasa spiritual untuk membukanya. Konon katanya, demi mencegah sihir destruktif dibocorkan sembarangan. Gulungan ajaib ini begini jarang ditemukan. Tapi tadi, saya beruntung dapat melihatnya." ucap pemuda berambut hijau itu.
"Orang jurusan sihir api emang kepo memperlihatkan sihirnya." ucap YinChe sambil berjalan meninggalkan mereka.
"Kenapa kamu membantu saya?" tanya Seira kepada pemuda berambut hijau itu.
"Mungkin karena saya hanya tidak mau koridor ini hancur. Karena kamu sudah memakai seragam jurusan sihir api, janganlah lagi menggunakan sihir yang lain. Terutama dihadapan si biru itu." Kata LingYue.
"Huh... Beneran alasan yang membosankan." Ucap Seira.
"Waktu itu di gerbang sekolah, terima kasih sudah melepaskannku." kata LingYue kepada Seira.
"Oh ya, kamu seharusnya membutuhkan ini. Lain kali kalau membutuhkan sesuatu boleh datang ke asrama sihir angin mencariku." ucap LingYue sambil memberikan gulungan peta yang terjatuh di lantai tadi kepada Seira.
Seketika wajah Seira pun merona dan menerima gulungan peta itu.
Setelah LingYue pergi, Seira pergi mencari tempat duduk yang ada dilorong koridor sambil membaca gulungan peta itu dan bergumam seorang diri.
"Hmm.. Api dan angin... Mereka sangat kepo. Tapi benar juga orangnya lumayan." Kata Seira dalam hati dengan wajah merona.
Dibalik tembok koridor itu Seira tidak sadar bahwa ada seorang pemuda berambut kuning yang sedang mengintipnya.
"Aiya... Kelihatannya sudah didahului oleh orang lain. Sekarang kesana kelihatannya kurang tepat. Sepertinya aku lebih baik datang lain kali." kata pemuda berambut kuning itu sambil berjalan meninggalkan koridor.
***