Download App
34.57% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 74: Chapter 73; Case 2: Perdagangan organ bagian 55

Chapter 74: Chapter 73; Case 2: Perdagangan organ bagian 55

Aileen dan Adnan terdiam di tempat melihat pemandangan di hadapan mereka sementara Mikha wajahnya tampak memerah seketika merasakan bibir Daniel yang menempel pada bibirnya dan merasakan lidah Daniel di yang bergulat dengan lidahnya. Setelah beberapa menit keduanya kehabisan nafas dan menjauhkan wajah mereka masing-masing. Mikha tidak menyangka kalau Daniel akan melakukan hal sejauh itu untuk membungkamnya.

"Jangan macem-macem lagi ngerti?"

Mikha hanya mengangguk dengan wajah yang masih memerah hingga ke leher dan telinganya. Adnan menatap Daniel dengan tatapan kesal. Hei setidaknya lakukan hal seperti itu saat dia dan Aileen tidak melihat!! Dia sengaja ya?!!

'Jangan mesra-mesraan di depan jomblo bego!!'

Pikir Adnan sambil menatap mereka. Ia mulai berfikir untuk membanting Daniel nanti. Sementara itu Aileen hanya tampak diam dan memikirkan berbagai macam cara untuk menghajar Daniel yang dengan seenaknya mencium Mikha.

Daniel yang merasakan aura membunuh dari Adnan tidak memperdulikannya namun kemudian dia merasakan hal yang sama dari Aileen. Ia hanya berharap Aileen tidak akan mencoba membunuhnya nanti.

Tidak lama kemudian Rei datang sambil menggendong Riku di lengannya dan anak itu tampak tersenyum dan langsung memanggil Aileen.

"Mama~"

Mendengar suara yang dia kenal aura membunuh Aileen langsung hilang seketika, ia langsung menghampiri Riku yang masih di gendong oleh Rei. Anak itu dengan wajah polos langsung pindah ke gendongan Aileen. Adnan terkejut melihat wajah anak kecil yang memanggil Aileen mama itu memiliki wajah yang mirip dengan Rei bahkan warna matanyapun sama-sama merah. Ia mulai melirik Rei tapi laki-laki itu tampak tidak memperdulikannya yang ingin minta penjelasan darinya dan malah memperhatikan Aileen dan anak itu dengan tatapan lembut.

Entah kenapa Adnan merasakan perasaan aneh saat melihat mereka bersama. Seharusnya ia senang melihat Aileen yang takut dengan laki-laki bisa dekat dengan laki-laki lain dengan normal tapi entah kenapa melihat Aileen bersama Rei sambil menggendong anak yang wajahnya jelas mirip dengan Rei membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi kenapa?. Adnan mulai mempertanyakan perasaan anehnya itu di dalam otaknya.

"Daniel gimana keadaan kamu?"

Tanya Rei sambil menatap Daniel yang posisinya masih sangat dekat dengan Mikha. Rei tahu apa yang baru dia lakukan kepada Mikha dan dia juga tahu Aileen marah jadi ia minta Riku untuk memanggil Aileen barusan agar Aileen melupakan kemarahannya.

"Pusing sedikit gara-gara obat bius selebihnya gak kerasa apa-apa buat sekarang."

Jawabnya dengan tenang namun dalam hati dia bersyukur Rei dan Riku mengalihkan perhatian Aileen agar dia lupa.

"Gak ada yang aneh kalo gitu, Adnan bisa kamu bawa Daniel ke mobil ku sekarang?"

"Sama kak Mikha juga? Apa gak apa-apa?"

"Aksa bilang gak masalah. Dia juga pingin nanya-nanya sama Mikha mengingat dia satu-satunya korban yang selamat dari Mahesa selain Aileen."

Adnan hanya mengangguk mengerti. Iapun menggendong Daniel seakan dia adalah kantung beras dan keluar begitu saja dari dalam ruangan. Mikha, Aileen dan Riku menatap kejadian aneh itu dengan wajah yang seakan tidak percaya. Adnan yang tubuhnya kecil tanpa otot yang terlihat di tubuhnya bisa mengangkat Daniel seperti itu. Benar-benar aneh bin ajaib.

"Rei sekuat apa Adnan?"

Tanya Aileen sambil menatap pintu di mana Adnan keluar tadi. Rei hanya tersenyum dan berkata.

"Kamu harus liat sendiri, kalo kamu gak liat sendiri kamu gak mungkin percaya sama yang aku bilang nanti."

Setelah itu Rei kembali menggendong Riku sementara Aileen membantu Mikha untuk berjalan dan menyusul Adnan dan Daniel yang sudah masuk kedalam mobil Rei tepat di kursi penumpang dan Mikha masuk setelahnya. Mikha yang masih malu dengan apa yang Daniel lakukan padanya tadi memalingkan wajahnya dan menatap jalan di luar mobil sementara Daniel yang tahu Mikha marah padanya tidak bilang apa-apa sepanjang jalan. Aileen duduk di samping Rei seperti biasa dengan Riku yang duduk di pangkuannya sambil membaca buku tebal di tangannya sementara Adnan hanya diam memikirkan perasaan aneh yang di rasakannya tadi.

***

Sesampainya di apartemen Riku dibiarkan main berdua dengan Luna sementara Aileen membantu Mikha untuk berjalan begitu pula dengan Daniel yang di angkat oleh Adnan. Setelah mereka sampai Daniel di biarkan istirahat dalam ruang rawat Aileen sementara Mikha menggunakan ruangan dimana Lily saat ini di rawat. Mikha yang diam saja sepanjang jalan karena perlakuan Daniel kepadanya tadi agak heran ketika Aileen membawanya ke ruangan lain.

"Aileen, aku kan bisa tidur di kamar kamu kok kamu bawa aku ke ruangan lain?"

"Aku gak ada tempat tidur cadangan, lagian meski tempat tidurku gede aku gak mau tanpa sengaja ngelukain kamu. Lagian aku juga butuh sedikit bantuan."

"Bantuan apa?"

Aileen tidak menjawab dan Rei membukakan pintu di sebelah kamarnya. Begitu masuk Mikha langsung mengerti apa yang Aileen maksud. Di dalam ruangan itu Lily tampak terbaring dan kedua matanya dengan selang makan, selang infus, dan ventilator. Melihat perempuan yang terbaring itu ia bertanya.

"Dia siapa Aileen?"

Aileen mendudukkan Mikha di sofa dan berkata.

"Namanya Lily, mungkin kamu udah tahu tentang dia."

Mendengar nama itu ingatan Mikha kembali kepada laki-laki berambut kuning yang sebelumnya ia tolong mencari pria paruh baya yang ternyata menjual keponakannya sendiri kepada dokter gila. Jadi dia yang di sebut Lily? Perempuan itu tampak agak kurus karena tidak makan secara langsung dan hanya makan lewat selang yang di pasang di pergelangan tangannya. Meski begitu hal ini tidak mengurangi kecantikannya.

Mikhapun memperhatikan Lily dengan seksama dan menemukan ada beberapa bekas jahitan yang masih baru di tubuhnya. Ia bisa melihatnya karena Lily hanya menggunakan gaun tidur pendek. Dokter gila itu... apa yang dia lakukan kepadanya? Mikha ingin tahu namun ia tidak bisa bertanya sebelum kemudian Rei yang dari tadi diam menatap Aileen yang menyuntik obat bius di kaki Mikha berkata.

"Mikha yang kamu ketahui ini rahasia besar, kalau kamu mau bergabung kami bakal ceritain semuanya tapi kalau kamu gak mau ingatan kamu bakal di hilangin dan kamu bisa kembali hidup dengan normal."

Mendengar perkataan Rei Aileen dan Mikha terkejut.

"Rei apa maksud kamu? Mikha gak mungkin buka mulut tentang T.I.M. Lagian kenapa ingatan Mikha harus di ilangin?"

"Aku tahu tapi ini aturan, T.I.M harus terus menjadi rahasia. Kita gak akan pernah tahu kalau seseorang yang gak suka dengan T.I.M nangkap dia dan buat dia buka mulut soal keberadaan apartemen ini. Kalau dia mau nyoba ngikutin tes yang sama kayak kamu dia bisa bergabung dan nyimpen semua ingatan tentang apa yang terjadi beberapa hari ini dengan jadi anggota tapi kalau gak atau dia nolak ingatannya tentang T.I.M bakalan di hapus."

"Dihapus?..."

Mikha tidak percaya mendengar ini semua. Kalau ingatannya di hapus itu berarti dia akan melupakan segalanya. Semua hal yang melibatkan Mahesa termasuk Daniel yang selama ini menolongnya. Dia tidak mau melupakan Daniel. Mereka sudah menjadi teman dekat dan ia tidak mau kehilangan Daniel. Apa yang akan terjadi kepada Daniel kalau ia melupakannya? Ia tidak mau melihat Daniel kesepian lagi.

"Kamu gak perlu jawab sekarang. Aku kasih waktu sampai besok, kasih aku jawaban. Kalian bakal di tes bersamaan nanti."

"Itu berarti tesku bakal di undur sampai Mikha sembuh?"

Tanya Aileen sambil menjahit luka di kaki Mikha yang cukup dalam karena pisau bedah Mahesa. Mikha hanya menatap Aileen yang menjahit lukanya karena ia tidak merasakan kesakitan sedikitpun.

"Lebih tepatnya setelah jahitan di kaki Mikha lepas tesnya di mulai."

Mikha menghela nafasnya. Kenapa dia tidak bisa menunggu sampai ia sembuh terlebih dahulu?. Ia dan Aileen sama-sama terluka tapi Luka Aileen lebih parah darinya jadi di antara mereka sebenarnya tidak ada yang benar-benar di untungkan. Lukanya mungkin setengah sembuh minggu depan. Ia hanya bisa berharap ia bisa berlari dengan normal minggu depan.

"Tesnya apa?"

Tanya Mikha yang Rei balas dengan senyuman misterius.

"Tes fisik, senjata api, strategi, kerjasama, reaksi, dan situasi."

Aileen dan Mikha saling berpandangan mendengar perkataan Rei. Kalau tes fisik, senjata api, strategi dan kerjasama tim mereka mengerti tapi apa tes reaksi dan situasi?

"Tes reaksi di mana kalian akan menghadapi hologram para penjahat paling keji dalam sejarah. Cara menghadapi dan cepat kalian mengambil keputusan adalah yang dinilai. Tes situasi adalah tes di mana kalian akan menghadapi musuh yang diperankan robot-robot kesayanganku dalam situasi dan tempat yang di pilih secara acak."

Kedua mata Aileen dan Mikha membulat mendengar perkataan Rei. Sepertinya dua hal ini yang membuat orang lain kesulitan untuk bergabung kedalam T.I.M tapi sesulit apa hingga hanya sedikit yang berhasil?

"Sebentar... tempat secara acak, jangan-jangan... pake simulasi virtual?."

Rei mengernyitkan dahinya mendengar perkataan Aileen seakan dia tidak suka.

"Aileen tolong jangan remehin aku, virtual reality itu udah kuno. Buatanku lebih nyata. Kalian bakalan masuk kedalem ruangan yang tema tempatnya aku sama Aksa pilih. Misalnya di hutan, kalian bukan cuma bisa denger dan atau ngerasain angin tapi kalian juga bisa sentuh semua hologramnya seakan itu semua nyata. Pohon, air, hewan semuanya bakalan terasa nyata buat kalian."

Keduanya makin kaget mendengar hal itu. Bagaimana bisa hologram yang harusnya tidak bisa pegang bisa di pegang?!! Kapasitas otak orang ini sebenarnya bagaimana?!! Dan dari mana juga dia mendapatkan ide itu?!!

"Hah?!! Rei kok kamu bisa bikin yang begituan sih?!!"

Pertanyaan Mikha di balas senyuman sombong oleh Rei yang membuat Aileen memutar kedua bola matanya malas.

"Mau gimana lagi aku terlalu jenius."

Aileen geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rei, iapun mengambil perban dan menutup luka Mikha dengan perban tersebut setelah membersihkan darahnya. Ia sama sekali tidak ingin mengomentari Rei karena ia tahu laki-laki itu hanya akan makin besar kepala dan penyakit narsisnya kumat lagi.

Sementara Mikha diam memikirkan baik-baik keputusan yang harus dia ambil. Kalau ia memilih untuk mengikuti tes dan lulus dia tidak akan menjadi orang biasa lagi. Dia akan kembali berurusan dengan dunia gelap yang dulu dia kenali. Ia tidak mau terlibat lagi dengan dunia gelap tapi dia tidak mau melupakan Daniel. Apa yang harus dia lakukan?


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C74
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login