Download App
15.42% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 33: Chapter 32; Case 2: Perdagangan organ bagian 20

Chapter 33: Chapter 32; Case 2: Perdagangan organ bagian 20

Mendengar perkataan Aileen kedua temannya itu tampak tertawa. Bagaimana bisa laki-laki itu bisa sangat percaya diri? Lagipula tidak mungkin Aileen menyukai Mahesa!! Aileen masih menyayangi Rendi, tidak mungkin dia mau bersama Mahesa!! Banyak laki-laki yang lebih baik dari Mahesa mencoba mendekatinya tapi tidak ada satupun dari mereka yang berhasil. Apa yang membuat Mahesa berpikir kalau ia bisa menarik perhatian Aileen ketika yang lebih baik darinya saja tidak bisa? Mikha dan Reyna sangat heran dari mana laki-laki itu bisa sangat percaya diri. Keduanya lama kelamaan karena lelah keduanyapun menghentikan tawa mereka.

"Gila, GR banget dia, waktu kamu nolak dia banyak yang liat gak?"

Mengingat kejadian tadi Aileen menghela nafasnya lagi dan berkata.

"Banyak lah, gak satu dua orang lagi. Itu kan di lorong jadi yang liat udah pasti banyak. Tanya tuh ke yang lain. Mereka juga liat."

Ujar Aileen sambil menatap orang di sekitarnya, Reyna dan Mikha menatap sekelilingnya. Mereka baru sadar kalau teman sekelas mereka tampak tertawa membicarakan kebodohan Mahesa. Melihat hampir semua orang membicarakan hal ini yang melihat kejadian tadi sudah pasti tidak sedikit.

Tiba-tiba Mikha jadi ingat kejadian yang terjadi sekitar lima hari lalu kepadanya. Ia sangat ingat Mahesa rasanya pernah mengajaknya untuk makan bersama juga. Hari itu dia sibuk jadi dia menolak, lagi pula untuk apa juga dia kencan dengan orang yang tidak dia sukai?

Ia tidak merasa tertarik sama sekali pada Mahesa, dari dulu sampai sekarang tidak ada satupun laki-laki yang mampu menaklukan hati Mikha. Setiap kali ada laki-laki yang mengutarakan perasaan mereka kepadanya dia selalu menolak mereka semua dengan sangat tegas seperti Aileen dan Reyna. Mikha sendiri tidak punya tipe laki-laki tertentu yang mungkin akan dia sukai.

"Kalau di inget-inget lagi rasanya aku juga pernah di ajak sama dia, tapi aku gak mau karena ku sibuk ngurus skripsi. Eh dia malah maksa ya aku banting dia."

Ujar Mikha dengan santainya sambil menyenderkan tubuhnya ke kursinya. Aileen geleng-geleng kepala mendengar perkataan salah satu sahabatnya itu. Ia tidak merasa heran dengan kelakuan Mikha yang satu ini. Meski perempuan dia ini sebenarnya mantan ketua geng motor saat masih SMA. Tidak ada yang tidak tahu dengan nama Mikha di daerah ini dan waktu SMA dia terkenal sebagai perempuan yang sering buat onar dan sering masuk BK karena berkelahi atau terlibat tawuran. Tapi lama kelamaan dia berhenti setelah mengenal Aileen dan Reyna dan memutuskan lengser dari posisinya sebagai ketua. Tapi meski begitu pengaruh Mikha masih sangat kuat bahkan sampai sekarang. Meski senang berkelahi geng motor yang Mikha pimpin hampir tidak pernah membuat onar dan justru menghentikan pertikaian antar sesama geng atau antar sekolah membuat keberadaan mereka meski di takuti namun juga di segani. Dia sering kali mendapatkan bonus makanan dari pedagang yang mengenalinya setiap kali dia membeli makanan karena pernah menjaga mereka sebelumya. Hal ini membuat Mikha punya banyak koneksi juga dengan para pedagang di jalanan jadi jika ada masalah mereka akan langsung menghubungi Mikha untuk mengamankan keadaan. Tapi hal itu sudah berlalu, geng motor yang dulu Mikha pimpin juga masih ada namun sudah berganti kepemimpinan. Mikhapun beralih menatap Reyna dan berkata.

"Kalo kamu gimana Reyna?."

Reyna mengangguk dan berkata.

"Aku juga pernah. Tapi aku nolak dengan halus, aku kan udah tunangan sama Rui."

Jelasnya sambil tersenyum ceria. Reyna dan Rui benar-benar manis saat bersama-sama. Rui adalah sahabat Rendi sat SMA, dia dulu sangat mengagumi Reyna dan melamarnya saat kelulusan di depan semua adik kelas dan para guru. Reyna tampak makin sering tersenyum sejak saat itu. Mereka bahagia meski keduanya saat ini sedang dalam masa LDR dan hampir tidak pernah ada masalah di antara mereka. Reyna tetap menunggu Rui dengan setia, mereka benar-benar pasangan yang harmonis.

"Cie yang kangen sama Rui, telpon dong~"

Goda Mikha sambil tersenyum jahil melihat wajah Reyna tampak memerah karena malu.

"Gak mau ah, nanti aja takut ngeganggu."

"Nana, Rui justru bakal seneng kamu nelpon dia. Percaya sama aku Na. Dia itu sayang banget sama kamu dia gak mungkin marah karena kamu nelpon dia tiba-tiba."

"Aku tahu Aileen, tapi..."

"Gak ada tapi Na. Telpon dia, kasih dia perhatian selama kamu bisa. Kamu gak akan pernah tahu apa yang bakalan terjadi nantinya."

"Oke aku telpon dia sekarang, aku keluar sebentar ya?"

Baru saja Reyna mau memencet nomor handphone Rui dan berdiri untuk menelpon di luar kelas laki-laki itu malah menelpon Reyna duluan. Reyna menatap kedua temannya namun keduanya cuma tersenyum dan menyuruh Reyna pergi ke tempat lain agar bisa mendapatkan privasi. Melihat hal itu Reyna mengangguk dan pergi ke luar kelas meninggalkan Aileen bersama Mikha.

"Liat, apa ku bilang? Pikiran sama hati mereka aja udah kayak yang nyambung gitu."

"Bener, lucu banget mereka!!"

"Iya kan? Aku harap Rui cepet pulang. Kasian Reyna di tinggal di sini."

Mikha tersenyum mendengar perkataan Aileen. Kadang ia bertanya-tanya bagaimana rasanya jatuh cinta. Dia tidak pernah merasakan hal itu sebelumnya. Tiba-tiba wajah seorang laki-laki muncul di kepalanya. Ia jadi kepikiran dengan laki-laki yang di temuinya semalam. Ia yakin di sekolah mereka tidak ada jurusan teknik informatika karena sekolah mereka memiliki jurusan yang berkaitan dengan kedokteran lalu kenapa laki-laki itu berbohong? Apa itu berarti dia bukan salah satu mahasiswa? Kalau begitu kenapa dia ada di sekolah? Benar-benar misterius.

"Hei Mikha kamu melamun."

Suara Aileen membuatnya tersadar dari lamunannya.

"Bukan apa-apa kok, Aileen di kampus kita gak ada jurusan teknik informatika kan?"

Aileen menatapnya dengan tatapan bingung sementara Rei yang mendengar pembicaraan mereka meruntuki Daniel yang tidak bisa berbohong kemarin.

"Kamu ini, sejak kapan di sini ada jurusan teknik informatika? Ada-ada aja."

Ujar Aileen dengan wajah yang tampak tenang.

"Iya aku tahu, semalem aku ketemu laki-laki pake jaket item waktu pulang dari kampus. Dia bilang dia anak jurusan teknik informatika tapi itu gak mungkin kan? Lagian di sini kan adanya jurusan Teknik Farmasi."

Aileen tiba-tiba terdiam, apa terjadi sesuatu di antara mereka?

"Mungkin kamu salah denger Mikha."

Perkataan Aileen membuat dia berfikir ulang dengan apa yang dikatakan laki-laki itu semalam namun ia sangat yakin kalau ia tidak salah dengar.

"Masa sih? Rasanya gak mungkin deh."

Ujarnya tidak yakin sambil menggaruk pipinya yang tidak gatal. Tidak lama kemudian Reyna kembali dengan senyuman di wajahnya dan setelahnya seorang dosen masuk kedalam kelas.

***

Pukul lima sore, setelah jam pelajaran selesai dan dosen keluar dari kelas Aileen membereskan barang-barangnya dan memasukannya kedalam tasnya.

"Mikha, Reyna aku duluan. Rei udah nungguin di cafe."

Mikha dan Reyna menghentikan obrolan mereka dan mengangguk.

"Sebentar Aileen."

Aileen yang agak bingung di buat duduk kembali oleh Mikha, Aileen melihat Mikha mengeluarkan eye shadow, bedak, highlighter, lip tint, eye liner dan bb cream dari dalam tasnya. Aileen menatap peralatan makeup itu dengan tatapan horor.

"Mikha kamu mau ngapain?"

Aileen paling benci make up kecuali lip tint atau lip balm dan bedak yang selalu dia pakai. Dia benci yang lain.

"Dandanin kamu lah apa lagi?"

Ujarnya sambil tersenyum misterius sementara itu Reyna memegangi Aileen supaya dia tidak bisa kabur. Pada akhirnya Aileen hanya bisa pasrah di dandani oleh Mikha. Mikha tidak memberi Aileen riasan yang berlebihan, dia membersihkan bedak yang di pakai Aileen dan membedakinya ulang, memasang eye liner, eye shadow warna coklat, dan memakaikan ulang lip tint nya karena dia tahu Aileen tidak nyaman dengan make up dan lebih suka yang ringan. Setelah selesai Mikha tersenyum puas.

"Nah sudah selesai, sekarang kamu boleh pergi."

Reyna melepaskan pegangannya membiarkan Aileen berdiri dan pergi ke arah cafe dengan para laki-laki yang memperhatikan Aileen sepanjang jalan. Karena inilah gadis itu malas pakai make-up semua orang selalu memperhatikannya dan dia benar-benar tidak suka menjadi pusat perhatian. Ia melirik jam tangannya ini sudah pukul tiga malah setengah empat ia tidak punya waktu untuk membersihkan wajahnya, ia hanya bisa pasrah dan kembali berjalan ke arah cafe di mana Rei berada.


CREATORS' THOUGHTS
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C33
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login