Download App
14.01% T.I.M (treasure in murder) / Chapter 30: Chapter 29; Case 2: Perdagangan organ bagian 17

Chapter 30: Chapter 29; Case 2: Perdagangan organ bagian 17

Beberapa jam kemudian setelah Aileen selesai memeriksa Rei laki-laki itu mengantar Aileen menuju universitasnya seperti kemarin. Ia turun dari kursi pengemudinya dan membukakan pintu untuk Aileen. Aileenpun mengambil tasnya dan keluar dari tempat duduknya. Setelah Aileen keluar dari tempat duduknya Rei menutup pintu mobilnya kembali dan berkata.

"Aileen, aku bakal ngawasin kamu dari cafe deket parkiran lewat mini cam yang di pasang di sini semalem dan udah ke hubung sama laptop aku, kamu harus hati-hati. Masih ada kemungkinan Mahesa adalah pelakunya."

Ujar Rei, Rei tahu Aileen lebih dari mampu untuk menjaga dirinya sendiri namun ia tetap mengkhawatirkn Aileen. Mau bagaimanapun ia masih menyayangi Aileen meski ia tidak bisa menunjukkannya secara langsung, lagipula pasti akan benar-benar terasa canggung kalau ia tiba-tiba memberi Aileen perhatian lebih. Aileen yang tahu Rei agak khawatir padanyapun mengangguk dan berkata.

"Aku ngerti, jangan khawatir aku gak akan apa-apa."

Perkataan Aileen yang terdengar sangat datar membuat Rei kaget wajahnya tampak memerah dan dia mulai gelagapan.

"A-aku gak khawatir sama kamu a-aku cuma-ah udahlah!!"

Diam-diam Aileen tertawa kecil sambil melirik ke arah Rei yang tampak masuk kembali ke dalam mobil untuk mengambil laptopnya. Sekilas Rei bisa mendengar suara tawa Aileen, meski kecil dia senang bisa membuat Aileen tertawa. Jika ditanya apa dirinya khawatir atau tidak tentu saja ia khawatir. Aileen adalah orang yang berharga untuknya, hanya dia yang berada di hati Rei meski empat tahun sudah berlalu saat ia meninggalkannya sendiri. Perasaan Aileen kepadanya tidak pernah berubah begitu pula perasaan Rei kepadanya. Mengetahui itu semua Rei sudah puas, mungkin terdengar egois mengingat Aileen sudah cukup menderita setelah ia tinggalkan tapi meski ia lakukan itu dan menginginkan Aileen menemukan kebahagiaannya dengan orang lain sekarang ia sama sekali tidak bisa membayangkan bagaimana kalau seandinya suatu saat nanti ia berpapasan dengan Aileen di jalan sambil menggandeng tangan laki-laki lain. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana kalau hal itu terjadi.

Ia mungkin akanterdiam dan tidak tahu harus melakukan apa, tapi kalau Aileen meninggalkannya ia harus terima. Dia yang pergi duluan meninggalkan Aileen sendiri jadi apapun keputusan yang akan Aileen ambil setelah ia mengetahui segalanya ia harus terima meski tidak akan mungkin merasa rela.

Rei kembali menutup mobilnya setelah mengambil tas laptopnya dan menatap Aileen dengan tatapan serius.

"Inget kalau ada apa-apa-"

Tahu apa yang akan Rei katakan Aileen langsung menyelanya.

"Aku harus langsung hubungin kamu, aku ngerti sayang~"

Ujar Aileen yang suaranya terengar di buat semanis mungkin, Rei menghela nafas meendengar perkataan Aileen. Iapun berjalan menuju cafe dan membuka laptopnya di sudut ruangan sementara Aileen berjalan ke arah lain untuk pergi ke ruang kelasnya. Ketika seorang laki-laki berambut pirang berpapasan dengannya. Rei yang sedang beerada di cafe juga melihat kejadian itu lewat laptopnya lewat laptopnya. Itu adalah laki-laki yang ada dalam rekaman semalam yaitu Mahesa.

Mahesa tampak tersenyum kepada Aileen tapi Aileen menatapnya dengan tatapan datar tidak tertarik sama sekali utuk bicara dengannya.

"Aileen kamu baru dateng?"

Aileen menatapnya dengan tatapan aneh entah kenapa kata-kata laki-laki itu terdengar seakan dia memang sedang menunggunya. Untuk apa? Dia sendiri tidak tahu. Dia malas berurusan dengan orang ini apa lagi setelah mengetahui kalau pelaku dari kematian Samantha mungkin adalah dia. Hari ini tubuh Samantha sudah berada di rumahnya untuk di dandani dan di perlihatkan kepada para pelayat selama beberapa hari sebelum kemudian dikubur. Bukankah ia seharusnya berada di sana? Kenapa Mahesa ada di sini?

"Iya, emang kenapa?"

Tanyanya dengan nada datar. Rei yang mendengarkan percakapan mereka lewat radio kecil yang dia pasang pada jas Aileen tanpa izin tampak menatap layar laptopnya dengan serius.

"Bukan apa-apa, aku denger ada restoran yang baru buka di dekat sini. Gimana kalau kita ke sana berdua sepulang dari kampus?"

Aileen menatapnya dengan tatapan malas, serius. Apa orang ini tidak punya ie lain untuk membujuknya ikut dengannya?

"Aku gak bisa, ada orang yang udah nungguin aku di cafe setelah kuliah"

"Oh kalau gitu gimana kalau besok?"

Tanyanya lagi masih dengan senyum di wajahnya dan tampak sedikit memaksa. Namun Aileen tampak tidak mempedulikannya dan berjalan melewatinya begitu saja, laki-laki itu tampak tidak menyerah dan berjalan di samping Aileen mengikuti langkah kakinya. Sadar laki-laki itu tidak mau menyerah Aileen menghentikan langkahnya, laki-laki itu juga tampak berhenti melangkah seperti Aileen.

"Kenapa kamu ngikutin aku?"

"Aku gak ngikutin kok, gedung kita kan sama Aileen, kamu ke GR ran. Jangan-jangan kamu suka lagi sama aku. Kalau gitu pas banget kan aku ngajak kamu kencan kan?"

Ailen mendeliknya dengan tatapan tajam, apa yang di katakan Mahesa terdengar seperti penghinaan untuknya. Dengan seenaknya dia berkata seperti itu ketika ia bahkan tidak bisa memberikan perasaannya kepada orang lain. Seseorang seperti ini di sebut pangeran? Pangeran dari mana? Tanpa sadar tangan Aileen bergerak sendiri menapar pipi laki-laki itu. Tamparan Aileen tampaknya cukup keras hingga semua orang yang ada di lorong bisa mendengar suaranya.

Mahesa melihat Aileen sangat marah, selama ini ia tidak pernah melihat Aileen semarah itu. Dia yang membuat Samantha berpisah dengannya jadi ia mengira Aileen mungkin menyukainya namun dari sorot matanya saja ia sudah tahu kalau perkiraannya itu salah. Aileen tidak menyukainya, dia bahkan mungkin membencinya. Tidak, bahkan mungkin lebih dari itu. Aileen tidak ingin melihat wajahnya.

"Enak banget kamu bisa ngomong kayak gitu seakan-akan tahu isi pikiran aku. Eh, asal kamu tahu ya, aku ini bukan cewek murahan yang sekali kamu tunjuk di apain sama kamu aja mau. Lagian bukannya ini bener-bener ironis? Bukannya kamu marah banget waktu aku bikin hubungan kamu sama Samantha selesai? Masih sayang dong berarti kamu sama dia. Dia di bunuh lho kemarin dan kamu malah nyoba deketin aku hari ini bukannya ngelayat ke rumahnya. Itu otak kamu simpen di mana sih? IQ kamu bagus tapi EQ kamu kayaknya rendah ya?"

Perkataan Aileen yang terdengar menusuk membuat Mahesa terdiam. Lorong juga menjadi hening. Hal ini tampak menarik perhatian beberapa siswa dan siswi yang ada di sekitarnya dan menjadikan 'drama kecil' diantara keduanya sebagai tontonan.

"Jangan pikir aku misahin kamu sama Samantha gara-gara aku suka sama kamu, perasaan aku ini udah ada yang punya dan gak ada ruang bagi orang lain buat masuk kedalamnya. Kamu kira kamu bisa?Emang kamu kira kamu ini siapa? Temen aja bukan! Masih untung cuma aku tampar kamu. Sekali lagi kamu ngasumsiin hal yang aneh-aneh aku banting tau rasa."

Rei yang melihat kejadian ini dari mini camnya mengangguk setuju dengan apaa yang Aileen lakukan. Seperti dugaannya kesetiaan pacarnya itu benar-benar tidak bisa di ganggu gugat. Di sendiri juga akan lakukan hal yang sama kepda perempuan lain yang mencoba mendekatinya. Kalau mereka terus mencoba menggodanya membunuh merekapun bukan masalah besar untuknya. Ia sangat lihai tentang bunuh membunuh saat masih menjadi ketua La chiave del cielo dan sampai sekarang tidak ada satupun mayat yang di bunuhnya di temukan.Toh kalaupun di temukan tubuh mereka sudah tidak berbentuk lagi. Ia jadi ingin membunuh Mahesa, seenaknya sekali orang ini mendekati Aileen dan melakukan oenghinaan kepadanya seperti itu. Kalau dia benar pelaku dari kematian Samantha, oh dia akan sangat menikmati saat-saat untuk menyiksanya secara perlahan-lahan. Membayangkannya saja membuat senyuman muncul di bibirnya. Hal ini membuat para perempuan di cafe itu salah fokus dan menjadikan Rei sebagai bahan tontonan, ingin tahu apa yang sedang di pikirkan olehnya hingga ia tersenyum seperti itu.

"Ya mana aku tahu kalau kamu bener-bener gak suka sama aku, apa yang kamu lakuin keliatan kayak sebaliknya."

Aileen tampak makin naik darah, apa yang di lakukannya hingga dia berasumsi seperti itu?!! Apa dia buta?!!. Tapi Aileen berusaha untuk menahan emosinya dan menatapnya dengan tatapan dingin.

"Kalau gitu sekarang aku tanya, emang aku ngelakuin apa sampai kamu ngira aku suka sama kamu?"


CREATORS' THOUGHTS
LynKuromuno707 LynKuromuno707

Beri, vote coment dan review kalau kalian suka cerita ini dan kalau ada kekurangan tolong beri tahu juga, kalau ada yang mau ngasih gift juga juga boleh. Makasih buat semua dukungan kalian dalam bentuk apapun itu see you :)

Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C30
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login