Download App
30.3% Satu Lagi(Indonesia Novel) / Chapter 10: Bab .X.Perang, Nafsu dan Budak

Chapter 10: Bab .X.Perang, Nafsu dan Budak

Aku berada pada gelombang yang tiba belakangan , setelah penaklukan pertahanan musuh. Yang kulihat adalah pembantaian dan pelecehan seksual terhadap penduduk wilayah Lord Mugell. Pria muda berusia 14-40 tahun dipenggal. Sedangkan, wanita dan anak gadis diperkosa secara beramai-ramai dan bergantian oleh tentara. Bahkan, suata jeritan terdengar dari korban perkosaan. Mereka menatap tentara kerajaan seolah mereka adalah iblis dalam wujud manusia.

Rumah-rumah dijarah, sementara anak-anak diikat dalam satu untaian tali. Aku merasa jijik dengan kelakuan tentara kerajaan. Entah mengapa, rasanya aku ingin menarik pelatuk senjata di punggungku. Lalu, menembaki dan membunuh iblis-iblis ini. Orang yang tanpa moral, melecehkan pihak yang kalah berperang.

Namun, itu tidak mungkin kulakukan. Jika aku melakukan hal seperti itu, maka ini akan menjadi seperti aku memihak musuh yang kalah. Aku bisa saja digantung, sebagai tuduhan atas kasus pengkhianatan. Jadi, aku hanya memerintahkan pada ketiga pria bawahanku untuk tidak melakukan hal yang sama seperti tentara bajingan ini lakukan. Aku hanya menyuruh keempat bawahanku mengambil barang dan makanan seperlunya.Tanpa melakukan hal seperti memperkosa wanita di wilayah ini. Sepertinya ,mereka setuju juga dengan perintahku. Kupikir, masih ada sedikit moral dalam reguku.

Aku yang berada di atas pelana kuda perang, yang kudapat dari Mayor Vida sebelumnya. Bergegas menuju kediaman Lord Mugell.

Kediamannya adalah salah satu bangunan, yang mirip vila yang saat ini dipenuhi dan di kelilingi oleh tentara kerajaan. Di dalam ruangan yang sedikit mendapat pencahayaan. Dalam gelapnya malam ,hanya dapat terlihat dua mayat tanpa kepala tergeletak di lantai . Sementara Lord Mugel yang kelihatan seperti pria tua kurus, terlihat babak belur dipukul habis-habisan oleh pengawal Kolonel Alan Havey. Sementara tiga wanita di sisi kanan ,tampak dilecehkan dengan tatapan penuh nafsu oleh pria di sekitarnya. Sedangkan, Kolonel Alan Havey hanya melanjutkan penyiksaan terhadap Lord Mugell.

Kupikir , beberapa informasi yang berharga telah didapatkan oleh Kolonel Alan Havey. Jadi, ia tak mau berlama-lama. Sebelum pada akhirnya ia menghunuskan pedang dari pinggangnya. Lalu, menebas leher Lord Mugell ,dengan wajah tanpa ekspresi. Bahkan, darah dari leher Lord Mugell menyiprat dan mengotori seragam army coatnya.

Menyaksikan keluarganya yang dipenggal. Ketiga wanita di samping Alan, makin ketakutan. Ketiga wanita itu memiliki wajah yang sedikit mirip. Ku pikir mereka memiliki tali ikatan darah. Ketakutan mereka bertambah lagi. Sesaat Alan melemparkan mata yang bernafsu, sambil menjilati bibirnya menyaksikan ketiga gadis berambut cokelat itu. Dalam pikirannya, seolah mengatakan dia akan memperkosa wanita-wanita ini sepuas-puasnya.

Ketiga wanita itu, tampaknya memiliki usia yang berbeda. Pertama, berusia sekitar 30 tahun mengenakan daster yang cukup tebal. Namun, entah bagaimana. Bentuk tubuhnya yang tertutupi secara sopan, tak membuat pria di sekitarnya menghentikan tatapan mesum dan jahat mereka.

Dua orang lagi, memiliki wajah yang kembar. Ku pikir mereka berdua adalah saudara kembar. Usianya kira-kira dipertengahan lima belas-tujuh belas tahun. Keduanya mengenakan pita berwarna putih di rambutnya, dan mengenakan gaun tidur.

Aku tiba hanya memandang iba, pada ketiga wanita. Kupikir, mereka bertiga adalah bagian dari keluarga pemberontak ini . Mereka menatapku dengan ketakutan. Saat menatap mata wanita-wanita itu. Aku seperti memiliki perasaan yang sama, saat melihat adik perempuanku yang sekarang tidak bisa kulindungi, Helena.

Setelah aku menyadari kedatanganku. Aku mendapat tatapan dan sambutan hangat dari Kolonel Alan Havey.

"Aku menyambutmu, Letnan Dua Peter. Strategimu benar-benar efektif!"kata Alan. Ia merentangkan tangannya, menyambutku . Aku hanya memberi hormat ringan.

Sementara Kapten Wilp, Kapten Razza masih menatap wanita-wanita ini dengan nafsu tergambar dimata mereka. Berpikiran untuk pergi, Alan malah bersuara dan memberikan sebuah reward aneh untukku.

"Letnan Dua Peter…Tidak , Letnan Satu Peter. Aku akan membiarkanmu memilih salah satu dari isteri dan keturunan pemberontak ini…"tawarnya. Lalu, dia membungkuk. Kemudian mengendus bau dari rambut panjang, salah satu wanita yang berusia lima belas-tujuh belas tahun.

Aku hanya terdiam, menyadari Kolonel bodoh ini juga merupakan Kolonel sadis dan bernafsu tampaknya. Ia bahkan menodongkan pedang, pada leher salah satu wanita yang kelihatannya menjadi isteri Lord Mugell saat dia mengendus rambutnya.

Sementara mendengar itu, Milp dan Razza memberikan tatapan iri dan kesal padaku. Mereka hampir dipastikan membayangkan melakukan hal-hal tak beradab pada wanita-wanita ini.

"Jika Anda berkata demikian, kupikir tidak ada salahnya…" Aku hanya menyetujui tawaran Alan tanpa berpikir seperti dua bawahannya yang lain.

Alan tersenyum. Ia menepuk pundakku. Kemudian, kembali lagi pada ketiga wanita lainnya.

"Lalu, tunjuk mana yang kau inginkan! Apakah Rofina isteri Mugell, atau salah satu dari dua puteri kembarnya ini?"

Dalam pikiranku, sebenarnya aku berniat untuk membawa dan menyelamatkan ketiga orang ini. Ini akan sedikit rumit, menyelamatkan salah satu dalam satu keluarga yang sama.

"Tidak bisakah Kolonel memberiku ketiga wanita ini?"tanyaku ragu.

Mata Alan langsung tajam dan melotot kearahku.

Lalu, dia berkata,"Apakah kau begitu bernafsunya, Letnan Satu Peter?"

Matanya menatap tajam dan gelap padaku. Itu mata yang sama seperti mata psiko miliki.

Mendengar perkataan Alan, aku hanya menggelengkan kepala. Tentu saja itu tidak mungkin. Aku adalah orang bermoral. Meski, ini dalam kondisi perang sekalipun.

Setelah tahu , itu tidak mungkin.

Aku hanya berkata, "Lalu... jika Anda tidak keberatan , maka saya akan membawa gadis ini.."

Kemudian, menunjuk pada gadis di sudut yang paling dekat dengan Alan. Alan hanya tersenyum ringan atas keputusanku. Lalu, menoleh pada gadis yang kutunjuk. Sebelum pada akhirnya melambaikan tangan pada salah satu prajurit lain di ruangan itu.

"Lalu, Prajurit. Bawakan wanita ini ke dalam salah satu kamar!"

Mendengar perintah Alan, salah satu bawahan Alan yang lebih rendah pangkatnya dariku bergegas membawa wanita yang kutunjuk tadi ke dalam salah satu kamar di lantai dua.

"Sekarang kamu bisa beristirahat dan bersenang-senang malam ini, Letnan satu Peter…" kata Alan sambil melemparkan senyum mesum padaku.

Aku hanya mengangguk. Aku tidak tahu nasib dari dua wanita lainnya. Namun, dalam peperangan mereka akan digilir sesuai pangkat mulai dari tertinggi sampai terendah selama beberapa hari. Sampai mereka akan menjadi gila, dan memutuskan untuk bunuh diri.

Ini mungkin baik atau mungkin juga buruk. Yang pasti kekalahan perang adalah nasib buruk bagi para wanita.

Aku melangkah lesu pada salah satu kamar tempat prajurit menempatkan wanita itu. Begitu aku menutup pintu kamar yang cukup luas. Yang kudapati, wanita jarahan yang telah diserahkan padaku, seperti orang gila menyerang dengan menggunakan pangkal dudukan lilin padaku.

Aku hanya mendesah ringan, memaklumi tindakan wanita ini. Itu cukup wajar sebagai tindakan pertahanan diri.

Namun, ayolah menggunakan dudukan lilin tidak akan bisa membunuhku?

Ketika aku masuk, wanita itu secara tiba-tiba berlari dan melompat ke arahku. Serangannya, bahkan hampir mengenai salah satu bola mataku. Aku bersyukur dapat menghindar. Hanya saja, bagian tepi wajahku. Yang dekat bola mata, tergores oleh serangan wanita itu.

Aku yang dalam kondisi lesu. Ditindih olehnya , dia menggunakan tenaga yang kupikir sedikit agak lemah sebenarnya. Namun, aku tidak berusaha menahannya. Walau hanya itu menggunakan tenaga sedikitpun.

Sambil masih menindihku, dia berteriak,"Kubunuh kau!!"

Dia bahkan bersuara serak. Diikuti dengan suara yang terisak dari mulutnya. Pupil matanya yang bewarna kecokelatan, agak memerah pada bagiannya yang putih.

"Lalu... setelah Anda membunuhku . Akankah Anda membunuh orang yang berada dalam kediaman ini, dengan dudukan lilin itu?" Tanyaku pelan dengan nafas berat dan dada yang masih ditekan oleh wanita malang ini.

"Kalian tidak beradab! Kalian membunuh Ayah. Memperkosa Evelin, membunuh Theo dan Isacc!!" Ia mengisak sambil terus mengacungkan dudukan lilin dari perunggu, yang dijadikannya senjata.

"Lupakan soal itu, Anda bisa mati dengan pikiran itu…"gumamku.

Mendengar grasak-grusuk dari kamar. Prajurit yang berdiri di depan pintu kamar ini, kupikir ia penasaran dan memastikan keadaanku.

"Pak ,apakah Anda tidak apa-apa?" Tanya nya dari balik pintu.

"Jangan pedulikan aku. Wanita ini hanya sedikit agresif dari wanita biasanya!"jawabku.

Di balik pintu si Prajurit meneteskan air liur sambil membayangkan situasi mesum dipikirannya.

Aku yang berusaha bangkit, kemudian mendorong wanita itu ke sudut lain ruangan. Tak dapat melawan , wanita itu hanya pasrah. Matanya seperti orang kehilangan jiwa.

"Lepaskan pakaianmu!" titahku.

Mungkin orang-orang akan berpikir, aku akan melakukan hal yang sama seperti kebanyakan prajurit lain, mengambil rampasan perang. Hanya saja, aku sangat berbeda dengan kumpulan biadab itu.

Wanita itu dengan masih mengisak dan mengeluarkan air mata. Dengan mata yang ketakutan dan tak memiliki jiwa. Ia melepas gaun tidur yang dikenakanya. Ia melepas dan melucuti pakaiannya satu persatu. Hingga, tersisa tubuhnya yang gemulai, dan ditutupi dengan dalaman yang menggoda mata.

Oh sial…air liurku hampir menetes.

Namun, aku berusaha tersadar secepatnya. Aku berusaha untuk berpikir jernih. Jika aku menyerang wanita ini, kemudian memperkosanya sepuas-puasnya. Aku tidak akan dihukum. Hanya ini, bukanlah hal yang biasa dilakukan oleh orang dari pendidikan moral dan rohani asalku. Jadi, aku berbalik badan, kemudian bersuara serak.

Lalu berkata, "Tidurlah di sana. Aku tidak akan menyentuhmu bahkan seujung jaripun. Gunakan selimut ini!"

Aku meraih salah satu selimut yang terletak di meja di sampingku kemudian melemparkannya pada sisi wanita itu. Dengan wajah ketakutan, wanita itu melaksanakan apa yang kuperintahkan. Dia tergolek tanpa tenaga. Lalu, menutupi tubuhnya dengan selimut yang kuberikan.

"Jangan berpikir untuk kabur… aku tidak dapat menjamin Anda aman dari terkaman pasukan di luar jangkauan mataku." ancamku ringan, tanpa menoleh pada wanita itu.

"Selamat malam…" Kataku.

Lalu, mengembangkan salah satu permadani dari kulit hewan yang terletak di bawah kasur, kemudian melemparkan tubuhku ke sana.

Alasanku menyuruh wanita ini melepas pakaiannya, adalah untuk mengantisipasi apabila perwira tinggi semacam Milp dan Razza mendobrak masuk. Lalu, menginginkan wanita ini untuk tidur dengan mereka . Ini adalah hanya tebakanku, jika aku melihat wajah dan ketidakpuasan mereka padaku.

Jadi, apabila tebakanku benar. Aku bisa memberikan alasan, pada mereka. Bahwa aku, belum cukup untuk bersenang-senang dengan gadis ini.

Tiga hari berlalu setelah kami menaklukkan wilayah Lord Mugell. Dari markas besar sudah diterima perintah untuk menarik mundur sebagian pasukan dari wilayah yang diduduki. Jadi, ku pikir kami tidak akan berlama-lama lagi di wilayah yang akan diekploitasi oleh tentara kerajaan saat ini.

Setidaknya ,orang-orang yang menjadi penduduk wilayah ini akan dijadikan budak oleh tentara. Mereka bisa dikirim ke rumah bordil jika mereka wanita, dan tambang bagi pria dan anak-anak.

Aku mendengar , ibu dan saudara kembar dari wanita yang tidur selama tiga hari denganku akan mendapat perlakuan yang sama. Setidaknya mereka memilih untuk hidup, meski sudah diperkosa berkali-kali oleh pria dari tentara kerajaan.

Sedangkan, untuk wanita yang bersamaku. Aku telah memutuskan untuk membawanya ke ibukota. Yang menjadi tempatku ditugaskan, di markas besar. Jadi, dengan ijin dari komandan battalion, Kolonel Alan Havey. Aku telah meminta untuk menjadikan wanita itu menjadi budakku. Dengan alasan, menjadikannya sebagai pemuas nafsu birahiku . Meski, aku sama sekali tidak pernah berpikiran untuk menyentuhnya.

Aku hanya meminta Virche , membersihkan dan memberikan pakaian pada wanita malang ini. Namun, setidaknya ku pikir wanita ini memiliki nasib yang lebih baik ketimbang ibu dan saudara kembarnya. Inilah yang terjadi dalam peperangan saat yang kalah akan benar-benar tidak seperti manusia. Dan juga, sang pemenang akan kehilangan kemanusiaannya.

Ngomong-ngomong soal wanita itu namanya adalah Sarah Mugell. Dia menuruti saranku dijadikan sebagai budak, sambil meninggalkan saudara dan ibunya dengan hati. Yang kupikir, benar-benar hancur.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login