Volume ketiga: Kota di Langit.
Cahaya matahari yang menyilaukan, lingkungan yang agak lembab, bau amis ikan samar di udara, bangunan tua tapi elegan, kota yang ramai—itu adalah kesan pertama Lucien pada kota pesisir terbesar di Holm, Kota Patray.
Beberapa kereta kuda melintasi jalanan Patray, yang di dalamnya terdapat Lucien, para murid, dan penyihir yang menjemput mereka—Lazar.
"Apa kau menyukai Holm, Tuan Evans? Tidak buruk, 'kan?" Lazar masih tersenyum lebar.
"Panggil saja aku Evans, Lazar. Ya, para perempuannya memang cantik," jawab Lucien bercanda tapi santai. "Gaya berpakaian di sini cukup berbeda, ya. Beberapa gaun yang dipakai para perempuan sangat bagus, dan beberapa desainnya sederhana. Beberapa warnanya cerah, dan beberapa coraknya bagus. Satu-satunya yang mengecewakanku adalah para wanita di sini semuanya berpakaian dengan gaya kuno, haha."