Suara tapak kaki itu semakin dekat. Genggaman Angele pada pedangnya semakin kuat, dan ia berusaha tidak terlihat oleh musuhnya. Seketika setelah suara tapak kaki itu berhenti, Angele melompat keluar dan menaikkan pedangnya ke atas kepalanya untuk menangkis. Bayangan hitam muncul di atasnya, dan suara logam yang saling berbenturan bergema di udara.
TANG!
Angele menangkis rantai tersebut dengan pedangnya, dan seketika ia langsung melompat ke belakang. Wajahnya memerah, namun dia melihat pria di depannya dengan ekspresi tenang. Pria itu menghentikan serangannya dan menarik rantainya kembali.
"Angele Rio, aku dengar kau hanya seorang playboy bodoh yang tak berbakat sama sekali. Aku tidak menyangka kau bisa menangani seranganku. Sepertinya, tidak selamanya desas-desus bisa dipercaya…" Pria itu melepaskan topengnya. Wajahnya terlihat seperti pria paruh baya biasa, namun ada bekas luka yang sangat besar di wajahnya itu. Sepertinya, wajahnya pernah digigit sejenis hewan liar.
"Siapa kau? Apakah kau dari Dark Emblem?" Angele tetap waspada.
"Kau tahu tentang Dark Emblem? Ha." Pria itu tertawa. "Namaku Dice." Dia memegang rantainya di tangan kirinya.
"Yah, itu hanya nama samaran. Sudah pasti aku tidak bisa memberitahumu nama asliku. Kukira hanya kebetulan saja panahmu mengenaiku beberapa waktu lalu. Kalau dilihat dari performa-mu, mungkin itu bukan sekedar kebetulan semata." kata Dice.
"Ya?" Angele bertanya sembari melihat sekelilingnya dan mendengarkan Dice. Saat ini, mereka sedang berada di atas parit. Lumpur di parit itu basah dan lembek, dan baunya sangat menjijikkan.
"Apakah kau ingin mencoba kabur?" Dice tertawa. "Sayangnya, kali ini kau tidak bisa kabur dariku."
Setelah selesai berbicara, dia melompat ke arah Angele.
TANG!
Angele menyayat tangan Dice, namun sarung tangan logamnya yang berwarna hitam melindungi tangannya.
'Fungsi bantuan diaktifkan. Lompat ke belakang dan langsung sayat ke depan.' Zero berkata di dalam pikiran Angele.
Angele melompat sedikit ke belakang dan langsung menyayat ke depan.
"Sialan!" Dice tidak siap, karena itulah dia harus menghindari serangan itu. Dia mulai berkeringat, hampir saja serangan itu mengenai dadanya. Dice menarik pedangnya keluar setelah menghindar serangan Angele.
"Berandalan kecil, kau sudah membuatku ma…" Dice tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.
Angele berusaha menyerang dengan sayatan ke bawah, diikuti dengan sayatan ke atas. Namun, semua serangannya ditangkis oleh Dice. Walaupun begitu, dia masih bisa mencegah Dice agar tidak menyerang.
Serang di kanan atas, ubah posisi, kiri atas, dan ubah posisi lagi. Gerakan Angele sangat sempurna seperti seorang penari di hutan. Ketika serangannya ditangkis, dia akan mengubah posisinya dan mulai menyerang lagi. Saat ini, dia sedang mencoba menyerang titik lemah Dice yang lain. Dengan bantuan chip-nya, Angele dapat menunjukkan kemampuannya dengan cepat dan tepat.
Angele memanfaatkan kecepatannya dengan baik. Walaupun tingkat kekuatannya masih lebih rendah ketimbang Dice, dia masih bisa memaksa lawannya untuk bertahan untuk beberapa lama. Sementara itu, lawannya hanya bisa berusaha menyamai kecepatannya. Gerakannya menjadi semakin cepat hingga dia tidak lagi membutuhkan bantuan chip-nya. Walaupun serangannya ditangkis, dia akan menemukan cara untuk menyerang titik lemah Dice lainnya.
TANGTANGTANGTANGTANG!
Suara pedang yang saling bertabrakan terdengar semakin keras. Angele menyerang dari berbagai sudut sembari memanfaatkan kekuatan serangan Dice untuk menyerang balik. Akhirnya, wajah Dice memerah juga. Dia tidak menyangka jika Angele akan mendominasinya. Walaupun dia adalah pembunuh bayaran berpengalaman, kecepatannya terlalu lambat untuk mengikuti kecepatan Angele.
Pertarungan jarak dekat tidak menguntungkan bagi Dice. Dia sama sekali tidak ingin terkena pedang Angele yang berwarna kebiru-biruan aneh itu, karena itulah dia tidak mau membuang-buang waktu untuk berbicara.
"Sialan!" Dice menjadi benar-benar marah. Seketika, dia melompat ke belakang, mengambil lima pisau berwarna perak, dan melemparkan semuanya kepada Angele. Dua pisau itu menarget dada Angele, sementara tiga sisanya menarget kepala Angele.
Angele yang tidak siap dengan kemunculan pisau-pisau itu tidak punya waktu untuk menghindar. Dia berguling ke kiri dan menangkis ke arah depan dengan pedangnya. Dua pisau itu berhasil ia tangkis, namun dua pisau menggores kedua bahunya, dan yang terakhir menusuk lengan kirinya. Bahu Angele mulai berdarah.
Karena pisau terakhir yang menancap lengan kiri Angele, lengan kirinya terasa sakit sekali dan mengeluarkan banyak darah. Wajah Angele menjadi pucat, dan dia menarik pisau itu keluar dari lengannya, Kemudian, dia berguling ke kiri untuk menghindari serangan rantai Dice, lalu dia berlari ke arah hutan.
"Mau pergi kemana kau?!" teriak Dice seraya mengejar Angele.
Dice tidak bisa menyamai kecepatan Angele. Sementara Angele menghindari serangan rantai itu dengan bantuan chip-nya, Dice memperlambat gerakannya sambil mencoba menyerang.
"Ahhhhhhhhhhhh!" teriak Dice dengan marah, sebelum akhirnya dia berhenti mengejar Angele.
Angele tidak lagi terlihat di dekatnya, dan nafasnya juga sudah terengah-engah. Dia tidak memiliki cukup stamina untuk mengejarnya.
"Seharusnya kuracuni pisauku." Dice menyesal. Sebenarnya dia tidak suka meracuni senjatanya. Dia tidak tahu bagaimana Angele bisa memprediksi serangannya dan jauh lebih cepat darinya. Namun, dia sudah menemukan kelemahan Angele.
"Yah, tidak akan kuberi kau kesempatan untuk membaca seranganku walau kau bisa…" Dice tersenyum, mengelap keringat di mukanya, dan mulai berjalan kembali.
Tiba-tiba, suara angin terdengar dari belakang Dice. Dia berhenti berjalan dan melemparkan rantainya ke belakang. Tetapi, dia sudah terlambat. Sebuah pisau kecil biru yang berkilau menusuk bahu kanannya. Dia berputar dan melihat Angele yang wajahnya terlihat pucat. Dia benar-benar mengira jika Angele sudah kabur. Ia tidak bisa mencium wangi pelacaknya karena tertutupi amis darah.
Dice mengenakan baju pelindung dari kulit, namun pisau itu berhasil menembusnya, dan menusuk kulitnya. Dia menjadi cemas karena tahu bahwa dia telah terkena racun.
"Tamatlah kau…" kata Angele sambil tersenyum.
BAM!
Dice meninju Angele tepat di dadanya. Angele tidak sempat menghindar, dan akhirnya terlempar ke semak-semak. Darah terpercik ke mana-mana. Ada darah di pohon, di rumput, di atas lumpur hitam itu, dan di tubuh Dice sendiri.
Dice cepat-cepat mengambil sebuah kantong kertas kecil, dan menelan semua bubuk yang ada di dalamnya. Namun, ia masih merasa sesuatu bergerak di dalam tubuhnya. Racun yang digunakan Angele bereaksi dengan sangat cepat.
"Aku harus pergi." kata Dice sesaat setelah merasakan bahaya.
Angele bangkit berdiri. Dia terluka parah setelah terkena pukulan itu, hingga penglihatannya berkunang-kunang.
'Periksa kondisi tubuhku.' perintah Angele.
'Beberapa tulang rusuk patah dan ada pendarahan di daerah perut. Anda telah kehilangan 5% dari total darah Anda.' jawab Zero.
'Bukan masalah besar.' Angele merasa lega. Dia berdiri dengan menggunakan pedangnya sebagai tongkat dan melihat ke arah Dice. Si pembunuh bayaran dari Dark Emblem itu terlihat sangat buruk saat ini, hingga wajahnya membiru. Angele mencampur racun ular dengan berbagai macam racun lainnya untuk membuat racun khusus yang dilumurkan di pedangnya, dan sudah pasti tidak ada penawar untuk racun itu.
Dia telah mencoba racun itu pada ayam, dan ayam itu mati dalam tiga menit. Dia tidak yakin seberapa efektif racun itu pada manusia, namun jika melihat kondisi Dice, racun itu sepertinya sangat efektif. Dice merasa seakan tubuhnya menjadi lumpuh, dan dia memutuskan untuk mundur dan menyembuhkan dirinya dulu. Saat ini, ia tidak yakin apa yang terjadi pada tubuhnya.
Teknik langkah bayangan dan serangan jarak jauhnya sama sekali tidak bekerja. Kekuatan serangan jarak dekatnya juga tidak berguna karena teknik berpedang Angele sangat tepat dan cepat. Dice juga terkena racun yang tidak bisa disembuhkan dengan obat terbaiknya. Dia sangat marah karena tidak punya cara untuk melawan Angele.
"Kau mau lari?" Angele bertanya saat dia menyadari rencana Dice.
"Sebelum aku pergi, aku ada satu pertanyaan. Bagaimana bisa kamu menemukan di mana aku?" Dice bertanya dengan suara berat.
"Aku langsung tahu. Ha." Angele tertawa dan melompat ke arah Dice.
TANG!
Lagi-lagi, kedua pedang mereka kembali berbenturan. Dice tidak bisa menahan kekuatan Angele, dan untuk pertama kalinya, dia terdorong mundur.
"AH!" Dice berteriak dan menyayat Angele dengan seluruh sisa kekuatannya. Dia sama sekali tidak mencoba menangkis pedang yang menyerang wajahnya. Sekarang, dia hanya ingin menukar nyawanya untuk nyawa Angele.
Kedua pedang mereka menyerang satu sama lain pada saat yang bersamaan. Darah mulai mengucur keluar dari luka tersebut dan membasahi pakaian mereka. Angele dan Dice saling memegang bahu satu sama lain agar mereka tetap bisa berdiri.