Qiu Yun menatap dingin pada tetua yang keringatnya menetes seperti hujan, saat kilatan berbahaya melintas di matanya.
"Jadi apa yang kau katakan adalah bahwa kami, elit dari Dunia Atas tidak sebanding dengan orang-orang dari Rezim Malam?" Nada suara Qiu Yun sangat dingin.
Tetua itu dengan cepat menjawab dalam pembelaan, "Bawahanmu tidak bermaksud begitu! Bawahanmu …."
Bahkan sebelum tetua itu bisa menyelesaikan kata-katanya, sosok Qiu Yun menghilang dari singasana tanpa jejak. Cahaya dingin menerobos aula dan dalam sekejap, tetua itu terbaring di genangan darah bahkan sebelum dia bisa membuat suara. Tenggorokannya telah dipotong oleh pisau tajam dan kepalanya terlepas dan jatuh. Lantai marmer yang dipoles langsung ternoda dengan darah merah segar.