"Aku?" Hao Ren terlihat bingung saat dia menunjuk dirinya.
Su Han mengangguk.
"Wow … " Kerumunan orang itu terkejut dan teriakan-teriakan bermunculan seperti banjir.
Melihat dosen yang luar biasa cantik ini meminta seorang mahasiswa pergi ke kantornya adalah hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Oleh karena itu, mendapatkan perhatian setiap orang, Hao Ren kembali didorong menjadi pusat perhatian publik . Ia berjalan menuju ke depan ruang kelas sementara semua pandangan terkejut, iri dan cemburu dari semua lelaki di dalam ruang kelas mendarat padanya.
Su Han mengangguk kepada Hao Ren tanpa mengatakan apa pun lagi. Kemudian dia menyambar buku perkuliahannya dan berjalan keluar dari ruangan kelas.
Hao Ren mengikutinya, tanpa punya ide tentang apa yang Su Han akan lakukan.
Berjalan melalui lorong-lorong dan melewati jembatan diantara gedung-gedung akademik, Hao Ren berjalan menuju kantor Su Han sementara kerumunan mahasiswa melihatnya dengan penasaran.
Su Han, yang baru satu tahun di universitas, terkenal karena tidak saja menjadi selebriti di Departemen Teknik Mekatronik, tapi juga di seluruh universitas ini. Semua orang tahu ada seorang guru yang memiliki kecantikan seorang selebriti di universitas tapi masih lajang.
Su Han mengeluarkan sebuah kunci dan membuka pintu kantor.
Aroma yang menyegarkan bertiup ke wajah-wajah mereka.
Ada enam atau tujuh pot tanaman di pinggir jendela. Meja-meja dan kursi-kursi kayu yang seperti antik itu jauh berbeda dari yang disediakan universitas. Kelihatannya, Su Han membelinya sendiri.
Dekorasi dari seluruh kantor ini sangat elegan dan anggun, membuatnya terlihat seperti dunia kecilnya sendiri.
Memiliki kantornya sendiri pada saat sebagian besar guru harus berbagi dengan yang lain telah jelas membuktikan status Su Han di sini tidak normal.
Semua kursi-kursi dan lemari-lemari kayu itu cukup mahal meski pun bukan benar-benar antik. "Sepertinya keluarga Su Han cukup kaya." pikir Hao Ren saat mengamati kantor itu.
Su Han menutup pintu dan meletakkan catatan-catatan perkuliahan ke atas meja. Kemudian ia menarik sebuah kursi kayu sonokeling dan duduk dengan anggun. Ia melihat Hao Ren dan bertanya, "Dari mana asalmu?"
"Teknik Mekatronik," jawab Hao Ren.
Hao Ren melihat sekeliling kantor itu dan berpikir ia mungkin mahasiswa pertama yang cukup beruntung bisa masuk ke dalam kantor Su Han.
"Jangan berusaha menghindar intinya," Su Han menatap Hao Ren dan berkata.
"Eh?" Hao Ren sangat bingung. Ia seorang pelajar dari Jurusan Teknik Mekatronik dari Universitas Lautan Timur. Dari mana lagi asalnya?
Su Han terlihat menjadi kesal. Meski saat ini wajahnya berkerut, kecantikannya masih sangat luar biasa.
Setiap tindakan dan gerakannya sangat klasik dan elegan sehingga tidak akan pernah dapat ditiru wanita cantik lainnya. Itulah juga mengapa pria yang tergila-gila kepadanya tak terhitung jumlahnya..
Su Han menjulurkan tangan rampingnya dan merenggut pergelangan tangan .Hao Ren. Tindakannya tidak cepat, tetapi Hao Ren tidak dapat menghindarinya.
"Seperti yang aku kira Elemen Air. Beri tahu kepadaku dari mana kau berasal, Sungai, Uap, Danau atau Lautan?" tanya Su Han dengan santai.
Entah berapa banyak laki-laki yang akan berteriak seperti seorang gadis karena cemburu jika mereka melihat adegan ini.
"Kau … " Hao Ren melihat padanya dengan kebingungan yang semakin besar.
Jika kau tidak menjawabku, aku punya alasan yang cukup untuk membunuhmu." Seraut ekspresi dingin tiba-tiba muncul di mata Su Han membuat seluruh tubuh Hao Ren gemetar.
"Bagaimana itu terjadi? Tubuh manusia normal sepertimu mengeluarkan sensasi seekor naga. Dari mana kau mendapatkan teknik kultivasi?" Menatap Hao Ren, Su Han berhenti sejenak setelah setiap kata ia ucapkan.
"Itu … dari Lu Qing. ' Hao Ren sejenak ragu dan berkata.
"Oh? Kau dari Lautan Timur?" Su Han mengerutkan dahinya karena ia sedikit terkejut.
Hao Ren merasa lebih bingung.
"Itu aneh, bagaimana orang normal bisa bergaul dengan Klan Naga Lautan Timur … " Ia bergumam pada dirinya dan kemudian bertanya lagi, "Apa hubunganmu dengan Lu Qing?"
Hao Ren mengangkat tangannya dan menjawab, "Aku tidak yakin tentang itu. Siapa kau?"
Hao Ren tidak dapat memahami hal-hal yang terjadi kepadanya hari-hari ini. Ia merasa kepalanya akan meledak.
"Aku seorang 'Inspektur', kelihatannya kau tidak tahu apa-apa." Mengusap kepala cantiknya, Su Han terlihat bingung juga. Ia melambai kepada Hao Ren dan berkata, "Kau sekarang bisa pergi, aku akan berbicara pada Lu Qing."
Caranya bertindak terlihat seperti ia memiliki posisi yang lebih tinggi dari Lu Qing. Meski pun begitu Lu Qing adalah seorang wakil kepala sekolah sedangkan ia hanyalah seorang dosen universitas ….
Hao Ren benar-benar bingung.
"Tetapi aku harus mengingatkanmu bahwa aku punya banyak alasan untuk membunuhmu jika kau berani membuka rahasia apa pun." tambah Su Han saat Hao Ren berjalan keluar dari kantor.
Wuuush … Hao Ren menghela napas panjang saat ia meninggalkan kantor.
Ia kembali ke asramanya dengan cemas dan takut. Kemudian tujuh sampai delapan pria segera membanjirinya.
"Apa yang Su Han minta darimu?"
"Kenapa dia mencarimu?"
"Apa kau pergi ke kantornya?"
"Jangan coba-coba menyimpan apa pun dari kami, teman, apa kamu melakukan sesuatu yang menarik perhatiannya?"
Hao Ren dikepung ketat oleh mereka, tapi ia tidak membocorkan informasi apapun karena ia tidak melupakan peringatan Su Han.
Sadar mereka tidak mendapatkan apa-apa dari Hao Ren, para lelaki tersebut memutuskan mengganti target dan bertanya pada Zhao Jiayi dan teman-temannya karena mereka yang paling dekat dengan Hao Ren.
Meski demikian, Zhao Jiayi dan yang lain tidak tahu apa yang baru-baru ini Hao Ren lakukan untuk menangkap perhatian Su Han. Keempatnya selalu bersama saat mereka di universitas, tetapi mereka tidak melihat apa yang Hao Ren lakukan yang dapat menarik Su Han.
Akibatnya, kepergian Hao Ren ke kantor Su Han telah menjadi misteri di antara mereka. Hao Ren telah memberi mereka terlalu banyak gosip dan kejutan-kejutan hari-hari ini. Berangsur-angsur orang mulai berpikir Hao Ren adalah seorang yang spesial.
Akan tetapi, sebagai orang yang terlibat, Hao Ren tidak bergabung dalam percakapanitu bersama yang lain. Ia bertanya-tanya apa yang akan mereka pikirkan jika mereka menemukan ia masih memiliki kartu nama wakil kepala sekolah.
Akhirnya sudah malam setelah Hao Ren berusaha menghindari pertanyaan yang tidak henti-hentinya dari semua temannya. Keempat temannya terlihat terlalu bersemangat untuk tidur.
Terutama Zhou Liren, yang terus bertanya pada Hao Ren ada apa dengan Su Han.
Masalah ini dapat diselesaikan dengan mudah, tetapi hal ini memicu rasa penasaran orang banyak karena Hao Ren menolak mengatakan apa pun tentangnya. Hao Ren dapat membuat alasan untuk mengecoh orang lain, tetapi ia pikir lebih aman jika ia tetap diam saat memikirkan temperamen misterius yang Su Han miliki.
"Semua tamu telah pergi, dan kita teman dekat. Hao Ren, bisakah kau memberi tahu kami apa yang Su Han minta darimu?" Zhou Liren menjulurkan tangannya ke jendela Hao Ren dan bertanya.
Cao Ronghua dan Zhao Jiayi yang tidur di ranjang bagian bawah menajamkan pendengaran mereka berharap Hao Ren dapat mengungkapkan beberapa informasi.
"Berhenti menyebutkannya dan istirahatlah" Hao Ren menghela napas dan merasa sangat tak berdaya.
"Kau sangat tak bersahabat." Zhou Liren sangat kecewa.
"Teman, kau penuh rahasia akhir-akhir ini." Zhao Jiayi menendang rangka tempat tidur atas dari bawah.
Hao Ren tidak bisa membantu situasi ini. Ia biasanya mampu membicarakan segala hal dengan teman-temannya, tetapi dalam hal ini, tidak ada yang dapat ia lakukan.
"Tapi kelihatannya kau memiliki keberuntungan bagus dalam cinta hari-hari ini." kata Cao Ronghua tiba-tiba.
Lampu-lampu dimatikan saat ini; keempat laki-laki ini berbicara dalam gelap bersemangat dan tidak merasa lelah.
"Yeah, Aku pikir Ketua Kelas Xie Yujia tertarik denganmu juga." Zhou Liren mengikuti.
"Bagaimana …" Hao Ren berteriak. Pada akhirnya ia tidak perlu tetap diam karena ada topik yang ia bisa bicarakan.
"Ia terus melihat ke arahmu belakangan ini. Jangan katakan kau tidak tahu hal itu," kata Zhao Jiayi.
"Bertindaklah jika kau menyukainya. Untuk apa ragu-ragu?" Cao Ronghua menyarankan.
"Jangan main-main. Aku pikir ia hanya memperhatikan teman sekelasnya." Hao Ren merasa sedikit panik. Ia tidak benar-benar tidak terlalu memedulikan hal-hal seperti ini.
Ia merasa ia telah terlibat dalam sesuatu yang tidak seharusnya. Sekarang ia tidak bisa melepaskan diri darinya dan akan ada bahaya yang menunggunya setiap saat.
"Apa kamu tidak suka si Lin Li? Gadis yang paling populer di sekolah?" tanya Zhou Liren.
"Itu kamu, kan? Aku tidak pernah suka padanya." Hao Ren mengangkat bahu.
"Tetapi ia benar-benar cantik. Zhao Jiayi menyukainya juga, kan?"
"Pergilah, jangan menyebutku, jelas itu kamu!"
" Zhao Jiayi punya begitu banyak pacar … "
Mereka terus bercakap-cakap sampai pagi, menghilangkan kesempatan Hao Ren untuk keluar dan melakukan kultivasi di tengah malam. Meski demikian, ia sebenarnya suka menghabiskan malam bercakap-cakap dengan mereka.
Tidak lama hari berganti, Jumat lainnya yang sangat dekat dengan akhir pekan. Permintaan Su Han kepada Hao Ren untuk datang ke kantornya jelas topik terpanas hari itu.
Bahkan Xie Yujia yang tidak pernah berbicara di kelas sedang berdiskusi dengan suara pelan bersama gadis-gadis di sekelilingnya dari waktu-ke waktu. Hao Ren bisa mengatakan ia membicarakan Hao Ren dari pandangan yang Xie Yujia lemparkan kepadanya.
Sang dosen tidak dapat konsentrasi mengajar pada saat para mahasiswa terus berdiskusi. Meski ia telah memperingatkan mereka beberapa kali, hal itu tidak mendinginkan semangat mereka.
"Em, kemungkinan akan selesai akhir pekan ini. Aku kira mereka hanya terlalu bosan. Terakhir kali adalah saat seorang laki-laki tampan dari tahun keempat menunjukkan kekagumannya pada Lin Li, semuanya membicarakan hal itu dengan ketertarikan yang besar. Meski demikian, mereka mengganti ketertarikan mereka ke topik panas lainnya setelah dua atau tiga hari … " Memutar pulpennya, Hao Ren berharap dengan tak berdaya.
Duk duk duk ….
Pintu ruangan kelas diketuk seseorang dari luar.
Dosen yang marah itu, yang baru saja akan memberikan perkuliahan, pergi untuk membuka pintu. Ia marah karena tidak ada yang memperhatikan kelasnya, dan ia menganggap yang mengetuk itu seorang mahasiswa yang terlambat. Ia hendak melepaskan kemarahannya pada sang "pengacau' Akan tetapi ia menemukan orang yang berdiri di luar adalah wakil kepala sekolah.
"Wakil kepala sekolah …" Sang dosen berbicara dengan pelan dan dengan tidak sadar mengambil setengah langkah ke belakang.
Lu Qing mempertahankan muka datarnya dan berjalan masuk. Ia melihat sang dosen dan kemudian pada para pelajar sebelum bertanya. "Mengapa di sini sangat tidak tertib?"
Melihat sang wakil kepala sekolah itu sendiri, semua mahasiswa menjadi diam karena takut. Tidak ada seorang pun mengira wakil kepala sekolah itu akan tertarik mendatangi kelas ini sendiri. Kebetulan kelas ini sangat ramai saat ia melangkah masuk.
Mata Lu Qing menyapu seluruh mahasiswa di kelas. Pada saat ia membuat kontak mata dengan Hao Ren, Hao Ren mau tidak mau gemetar, merasa tubuh membeku untuk beberapa saat.
"Kendalikan kelas Anda dan mengajarlah dengan baik." Lu Qing memberi pesan pada dosen itu dan meninggalkan ruangan kelas.
Para mahasiswa saling berpandangan satu dengan yang lain tidak mampu berkata-kata dan tidak seorang pun berani berbicara lagi. Sang dosen merasa sangat lega dan mengangguk dengan puas saat melihat semua muridnya akhirnya diam. Akhirnya ia bisa melanjutkan kuliahnya
Hao Ren juga merasa lega. Ia merasa Lu Qing sengaja datang ke sini untuknya karena ia merasa ditahan saat mata Lu Qing melewatinya.
Semangat para mahasiswa untuk bercakap-cakap dihentikan oleh kemunculan sang wakil kepala sekolah yang sepertinya membuat istirahat makan siang datang lebih cepat.
Tidak ada kelas di Jumat sore, sehingga siapa pun yang tinggal di Kota Lautan Timur dapat pulang ke rumah di sore hari.
Rumah Hao Ren terletak di sebelah lautan dan tidak dekat dari universitas. Jadi ia tidak kembali ke rumah setiap akhir minggu. Cao Ronghua bahkan tinggal lebih jauh lagi, sehingga ia hampir tidak pernah pulang ke rumah. Sedangkan Zhou Liren dan Zhao Jiayi, mereka terbiasa dengan kehidupan yang bebas di universitas, sehingga mereka tidak bersedia pulang ke rumah jika tidak perlu.
Mereka saling merangkulkan tangan mereka ke pundak yang lain dan hendak menyeberangi gerbang selatan kampus untuk kembali ke asrama untuk bermain kartu, tapi mereka melihat ada sebuah Limosin Lincoln Stretch hitam sedang parkir di gerbang area asrama. Mobil itu terlihat luar biasa berkilau dan mewah di bawah sinar matahari.
"Siapa yang begitu sombong, dijemput dengan mobil yang seperti itu?" Menatap mobil mewah itu, Zhou Liren berteriak.
Mereka pernah mendengar beberapa anak kaya di universitas yang dijemput pada akhir pekan menggunakan BMW, tetapi ini pertama kalinya bagi mereka melihat seseorang dijemput dengan sebuah mobil dengan tingkat kemewahan seperti ini
Tidak hanya mereka berempat, tetapi semua mahasiswa lain yang tinggal di area asrama tidak pernah melihat pemandangan seperti itu.
Siapa pun yang berjalan-jalan melewati gerbang, sengaja atau tidak sengaja, berjalan pelan untuk melihat siapa yang akan dijemput dengan mobil itu.
"Apakah ada yang berusaha pamer dengan dijemput menggunakan mobil yang seperti ini?" Meletakkan tangannya pada Hao Ren, Zhao Jiayi berkata dengan jijik saat mereka berjalan melewati mobil itu.
"Yeah, kelihatan jelas mereka pamer. Terlalu memamerkan diri akan merusak keberuntungan mereka." kata Hao Ren dengan sedikit cemburu karena ia membenci sikap yang seperti ini.
Tidak ada salahnya tampil sederhana.
Saat mereka berjalan melewati mobil tersebut dan menunjukkan rasa jijik mereka sambil masih meletakkan tangan mereka di bahu yang lain, pintu mobil tiba-tiba terbuka. Dua laki-laki yang sangat besar berpakaian hitam dan seorang pria tua keluar dari mobil.
Melihat lelaki pendek tua itu, Hao Ren menjadi sangat kecewa - karena ia pernah melihat lelaki tua ini di kantor ayah Zhao Yanzi.
Lelaki tua ini adalah Tetua Sun, lelaki 'tua dan tidak hormat' yang sangat Zhao Yanzi benci sehingga ia berharap ia bisa menghancurkannya.
"Nak Hao, keluarga Nona Zi mengundang Anda untuk berkunjung." Lelaki tua itu berkata pada Hao Ren dengan bangga.