下載應用程式
65.51% YangTerpilih (YTP) / Chapter 38: Nasehat Umi

章節 38: Nasehat Umi

Aku tak percaya dengan penglihatanku, aku hanya diam tak menanggapi pertanyaannya. Aku berhambur ke pelukannya, aku memeluknya dengan erat.

"Tata rindu, mas" aku memeluknya erat sambil berusaha mengusap air mataku yang sudah mengalir.

🔹🔹🔹

Lelaki itu mengusap air mataku, sudah sejak lama aku merindukan tangan itu.

"Sudah ya, jangan menangis lagi. Sudah aku bilang, jangan pernah menangis jika aku tidak ada. Hah?" ucap lelaki itu seraya mengusap air mataku.

"Mas Dicky, ini beneran kamu?" lelaki itu hanya mengangguk

"Tata rindu"

"Mas juga rindu sama kamu, makasih ya sayang kamu tidak pernah melupakan aku. Terima kasih sudah menemani umi selama aku tidak ada, kamu wanita hebat. Jangan menangis lagi ya sayang, berbahagialah. Mas harus pergi, kamu jagain umi ya. Suatu saat kita pasti akan bertemu lagi." titah lelaki itu kemudian beranjak pergi, aku berusaha memegang tangannya namun dia tetap berlalu dari pandanganku.

"Mas Dicky !!!" teriakku

"Alhamdulillah kamu sudah sadar sayang?" tanya umi, sedangkan aku berusaha mencari sekeliling tapi tidak ada siapapun di sini selain aku dan umi.

"Kamu pasti mimpi Dicky ya?" aku hanya mengangguk

"Sudah sudah lebih baik baca istighfar, kamu wudhu dan doakan dia ya. Kamu tidur di sini saja, umi sudah minta izin sama bunda tadi saat kamu pingsan"

"Iya umi" jawabku pelan.

"Umi"

"Boleh Tata tidur di kamar ini?"

"Tentu saja sayang"

Kemudian aku memeluk umi dan menuruti perintah beliau. Berjalan menuju kamar mandi dan mengambil air wudhu, kemudian bersimpuh di hadapanNya. Aku mengenakan mukena yang sudah di persiapkan sebagai mas kawin beberapa tahun lalu. Sebenarnya ada perasaan sedih, tapi bagaimana lagi waktu sudah berlalu dan tak akan pernah kembali lagi.

Setelah mengadu padaNya, aku kembali ke ranjang kamar mas Dicky. Bunda juga tahu aku tidur di rumah umi, umi sudah mengabari bunda dan ayah jadi aku lega. Mereka pasri paham jika aku ke sini pasti butuh ketenangan. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, umi berjalan menuju aku yang sedang duduk sambil memegangi foto mas Dicky.

"Sayang"

"Eh umi"

"Kamu kenapa? ada apa?" aku hanya menggeleng

"Umi tahu ada yang kamu sembunyikan"

Aku masih terus terdiam, sedangkan umi tidakk semudah itu percaya dengan ucapanku.

"Ya sudah kalau kamu belum mau cerita sama umi" aku mulai berfikir dan menceritakan sama umi. Aku bersandar di bahunya, umi mengelus kepalaku.

"Sebenarnya Tata sedih mi, sebentar lagi Tata menikah. Tapi tadi Tata melihat mas Arsya memeluk perempuan lain, perempuan itu mantannya"

"Kamu yakin? sudah meminta penjelasan sama Arsya?" aku hanya menggelengkan kepala.

"Tata terlanjur sakit mi, lagian ya katanya yang namanya Putri udah meninggal tapi dia tiba-tiba muncul. Tata jadi kangen mas Dicky, Tata juga pengen mas Dicky kembali" ucapku pada umi.

"Kadang Tata merasa Allah tidak menyayangi Tata, kenapa harus menerima takdir seperti ini mi?" aku mengungkapkan perasaanku kepada umi, beliau sudah seperti orang tuaku sendiri.

"Kamu harus dengarkan dulu penjelasannya, jangan dulu su'udzon" begitu umi menasehatiku

"Kematian adalah sesuatu yang pasti, kita semua akan merasakan itu hanya tinggal menunggu waktunya sayang. Semua MilikNya dan akan kembali padaNya. Harta, jabatan, bahkan diri kita juga adalah milikNya dan akan kembali padaNya. Kita tidak bisa menolak dan menahan sesuatu yanh bukan milik kita. Kamu mengerti maksud umi?" ucapan umi membuatku malu. Beliau saja bisa setegar dan ikhlas seperti itu, kenapa aku masih belum mengikhlaskannya?.

"Umi sayang sama Dicky, dia anak baik dan penurut sangat menyayangi umi dan abi. Umi juga yakin Tata sangat menyayangi dia, tapi Tata tahu kan jika Allah lebih sayang pada dia. Allah memberi kebahagiaan sebenarnya di sisiNya, dan umi juga yakin Allah juga mengirim kebahagiaan untuk kamu. Setelah ada yang pergi pasti ada yang datang, terbukti sekarang ada nak Arsya" lanjut umi masih dengan mengusap kepalaku, sedangkan air mataku sudah mengalir lagi.

"Tapi Tata belum bisa lupain mas Dicky, bagaimanapun kadang Tata rindu mas Dicky. Lagian mas Arsya, entahlah mi"

"Jika kamu merindukan dia, kamu doakan insha allah akan sampai padanya. Kamu boleh mengunjunginya ke makam, atau mengunjungi rumah. Rumah ini selalu terbuka untuk kamu, sayang. Soal Arsya nanti kamu hubungi dia, dan dengarkan penjelasannya"

"Iya umi, maafkan Tata. Tata janji akan berusaha, semoga Allah kasih tempat terbaik di sana. Terima kasih atas sarannya, terima kasih sudah mendengar keluh kesah Tata mi" ucapku tulus

"Ya sudah kamu tidur ya, umi ke kamar. Assalamu'alaikum"

"Makasih ya umi, waalaikumsalam" di ikuti anggukan umi dan melangkah keluar.

Aku mengunci pintu kamar dan masih asyik melihat barang-barangnya. Setidaknya itu membuatku melepas rindu padanya.

Ku buka hp dan sebuah musik menyayat hatiku, lagu ini saat sesuai dengan apa yang ku rasa.

Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih

Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini

Kau telah pergi dari hidupku

Oh, mengapakah kau tinggalkan aku seperti ini?

Saat aku masih berharap

Cinta ini masih bertahan untuk kita

Oh, mengapakah kau membawa semua kenangan indah bersama kita dulu?

Kini berakhir untuk selamanya

Oh, begini rasanya kehilangan dirimu, kekasih

Tak pernah 'ku bayangkan sakitnya akan seperti ini

Kau telah pergi dari sisiku

Hu-whoa... uh...

Mungkin bersama

(Kenyataan ini telah memisahkan kita) Uh, telah memisahkan kita

Biarkan cinta ini jadi kenangan indah untukku,…

Tanpa sadar aku sudah memejamkan mata dan berada di alam mimpi, entah sejak kapan.Baru kali ini aku tidurku sangat nyenyak, aku bahkan bisa merasakan senyum saat perlahan mataku terbuka.

Waktu menunjukan pukul 03.00, tubuhku selalu terbangun seperti sudah di setting setiap sepertiga malam. Aku segera bergegas mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat tahajud, lembar demi lembar alqur'an ku baca. Aku meminta untuk bahagianya, kekuatan untukku, kelancaran hari pernikahanku, dan tak tehitung lagi berapa banyak yang ku pinta.

Tak berapa lama, adzan subuh berkumandang. Aku melanjutkan sholatku, setelah selesai aku mandi dan bergegas ke bawah. Aku melihat umi sudah di dapur, dengan cepat aku menemui beliau serta membantunya.

"Assalamualaikum umi"

"Kamu sudah bangun sayang? tidur nyenyak?"

"Alhamdulillah, Tata nyenyak sekali mi. Kapan-kapan boleh Tata ke sini lagi?"

"Tentu sayang"

Aku membantu umi, dan tidak lama masakan selesai. Aku menyiapkan piring di meja untuk 3 orang.

"Jika saja kamu ada di sini mas, aku siapkan ini untukmu" batinku

"Ambil satu lagi ya sayang" pinta umi, aku masih terdiam dalam lamunanku.

"Kok melamun?"

"Eh maaf mi, piring? buat siapa mi?" belum sempat umi menjawab, suara salam mengagetkan interaksi kami.

"Assalamu'alaikum" ucap kedua orang lelaki dari luar.


創作者的想法
Lail88 Lail88

Ahh ternyata hanya mimpi ya. hehe. Ej Siapa dua orang lelaki itu ya? Bagaimana kelanjutan kisah Yumna dan Arsya? Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

next chapter
Load failed, please RETRY

每周推薦票狀態

Rank -- 推薦票 榜單
Stone -- 推薦票

批量訂閱

目錄

顯示選項

背景

EoMt的

大小

章評

寫檢討 閱讀狀態: C38
無法發佈。請再試一次
  • 寫作品質
  • 更新的穩定性
  • 故事發展
  • 人物形象設計
  • 世界背景

總分 0.0

評論發佈成功! 閱讀更多評論
用推薦票投票
Rank NO.-- 推薦票榜
Stone -- 推薦票
舉報不當內容
錯誤提示

舉報暴力內容

段落註釋

登錄