Satu tetes kristal bening jatuh dari sudut mata Andine, tanpa bisa ia cegah, tanpa bisa ia hentikan. Sejak tadi gadis itu berusaha untuk menahannya, segala kesakitan yang ia pendam dalam-dalam, yang sebenarnya sudah tercipta semenjak malam pernikahan dia dan Andra.
Andra ingin meraih wanitanya dan merengkuh ke dalam pelukan, hanya sekedar untuk menunjukkan betapa semua dugaan itu tidaklah benar. Namun, Andra merasa tak berdaya, tubuhnya masih lemas dengan kepala yang berdenyut hebat.
"Andine ...." Akhirnya hanya kata itu yang tercetus dari bibir Andra, ia tak mampu berkata lebih banyak, dan memilih diam di tempat dengan suara lirih memanggil nama sang istri.
Andine terisak dengan suara lirih, sedangkan Andra tak tahu harus berbuat apa. Lidah pria itu terasa kelu, suara yang hendak ia keluarkan rasanya tercekat di tenggorokan.