Namara berusaha melompat berdiri untuk menghindari Castor. Namun, tubuhnya benar-benar kaku. Tubuhnya menjadi sangat berat bahkan ketika hanya digerakkan satu inchi.
Sudut matanya bergetar. Ujung pedang yang lancip menjadi semakin dekat dan tanpa bisa terhindarkan benda yang tajam itu menembus perutnya begitu saja.
Darah merah kembali mengalir dari mulutnya. Dia menunduk melihat ujung pedang yang menancap di perutnya. Bibirnya bergetar. Udara menjadi dingin dan seakan membekukan.
Perlahan dia mendongak menatap wajah Castor yang gelap. Pria itu adalah orang yang sudah membunuh Finn dan Vinia. Pria itu adalah orang yang sudah berbahagia di atas penderitaan orang lain.
Apakah malam ini dia akan berakhir di tangannya orang itu juga? Apakah dia benar-benar akan mati dengan cara yang menyedihkan seperti ini?
Rasa sakit yang seharusnya Namara rasakan tiba-tiba lenyap. Semuanya seakan membeku. Tubuhnya menjadi mati rasa seiring dengan amarah besar yang mendobrak hatinya.