Zalfa menatap Dewan. Dia mendengar nada suara Dewan yang aneh, seperti orang yang sedang merasa sedih, Zalfa jadi tidak enak hati. Karena sebenarnya, maksud Zalfa bukan begitu.
"Enggak gitu maksudnya," ujar Zalfa mencoba untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi, Dewan itu orangnya terkadang mudah sekali untuk emosi.
"Gitu juga gak apa-apa kok, kita kan cuma teman satu kantor. Lagian, ini adalah doa Gue dari dulu, supaya Lo cepet bahagia, Gue ikut seneng. Selamat ya," ujar Dewan. Kemudian lelaki itu berdiri. Zalfa langsung memegang tangan Dewan. Mencoba menagan lelaki itu, dia memegang tangan kekar Dewan, dengan kedua tangannya, karena Zalfa tidak bisa menahannya hanya dengan satu tangan, jika begitu, dia akan cepat kalah.
"Jangan alay. Duduk dulu!" Kali ini, Zalfa harus tegas. Agar Dewan tidak terus salah paham. Dia berubah menjadi Zalfa yang galak, padahal dirinya yang salah.