下載應用程式
3.72% Teman Satu Kantor / Chapter 11: part 11

章節 11: part 11

Dewan bergerak mendekati Figo. Tidak ada welas asih lagi, Dewan langsung menghajar Figo dengan tenaga sisa yang dimilikinya bekas menggendong Zalfa tadi.

Kali ini, Delvis membiarkan Figo diberi pelajaran oleh Dewan, dia tau dewan tidak akan bertindak lebih jauh. Delvis lebih memilih untuk masuk ke dalam ruangan bersama dokternya. Zalfa masih belum siuman.

"Zalfa bagaimana Dok?" tanya Delvis tetap tenang. padahal dia sama khawatirnya.

"Tenang. Tidak apa-apa, hanya imunnya saja turun," penjelasan dari dokter, cukup membuat Delvis lega. tapi, dia juga masih kepikiran Zalfa. Sekalipun Zalfa termasuk anak yang berisik, tapi melihatnya sakit, tidak membuat Delvis menjadi bahagia.

"Baik, terima kasih Dok." Delvis membungkukkan seperempat badannya.

"Ya sudah, tunggu siuman aja, nanti setelah itu, bisa bawa nona Zalfa pulang," ujar dokter tersebut seraya tersenyum, mungkin dokter itu berpikir bawa pemuda yang ada di hadapannya ini adalah pacar pasien yang sedang terbaring tak berdaya.

"Baik Dok, apa ada pantangan?" tanya Delvis, sebelum dokter itu benar-benar pergi meninggalkan ruangan.

"Jangan terlalu banyak berpikir keras, banyak istirahat, makan-makanan asupan yang bergizi dan sesekali ajak refreshing." penjelasan yang cukup jelas, dan semua yang diucapkan dokter adalah yang tidak dilakukan Zalfa. padahal anak itu tau dirinya tidak punya Imun yang cukup kuat, tapi bandel sekali. Delvis memijit keningnya.

"Baik kalau begitu, sekali lagi terima kasih Dok," ujar Delvis, menghantar kepergian dokter dari ruangan.

Dokter itu mengangguk, lalu pamit keluar dari ruangan. Delvis tidak melihat ada tanda-tanda kedua orang itu akan masuk ke dalam. Dia lebih memilih untuk mengelus kepala Zalfa menciptakan kenyamanan, membuat Zalfa semakin tenang tidurnya. Beruntungnya Zalfa memiliki banyak orang yang sangat amat menyanyanginya, sekalipun dia tidak bersyukur dengan terus menyakiti diri sendiri untuk bisa disenangi seorang Figo yang tidak ada bagus-bagusnya itu.

Masih di rumah sakit yang sama, hanya beda bagiannya saja. Dua orang itu seperti akan saling menjatuhkan satu sama lain, dari atas gedung rumah sakit ini. Dewan menyeret Figo sejauh itu, untuk memberikan lelaki itu pelajaran. Ada lebam yang mulai kentara di kedua wajah laki-laki yang seharusnya sudah dikatakan dewasa. sudut bibir mereka juga mengeluarkan darah, dengan kemeja yang sudah kusut karena tarikan, mereka tetap melanjutkan aksi pukul memukul, tendang menendang dan cengkram mencengkeram.

"Puas? Mau sehancur apa lagi Figo!" Dewan mulai mengeluarkan suaranya, sudah cukup mereka beradu otot.

"Lo gak tau apa-apa! Jangan banyak ngomongin hal-hal sampah!" emosi Figo sebenarnya adalah ketakutan dia akan kehilangan Zalfa. dengan Dewan mengajaknya berkelahi, ini adalah kesempatan untuk ya bisa mengeluarkan semua hal yang sangat mengganjal pikirannya. dia senang bisa dipukuli. gila memang, setidaknya ada orang yang membalaskan sakit hati Zalfa padanya, karena dia tau Zalfa tidak mungkin bisa melakukan itu, dan seterusnya dia akan selalu merasa bersalah.

"Apa yang gak gue tau? Gue adalah saksi, gimana Zalfa selalu Lo sakitin!" teriakan Dewan menggema di atas gedung pencakar langit ini, di bawah terik matahari yang mampu membuatnya semakin terbakar, emosinya pun tidak bisa dikendalikan dengan baik.

"Dia yang nyakitin dirinya sendiri! Bukan gue! Bahkan gue minta dia untuk berhenti!" Figo tidak terima jika orang lain menyalahkannya, yang boleh menyalahkannya adalah Zalfa sendiri.

Figo berteriak di depan wajah Dewan.

"Dia? Oh gue tau, dia emang yang selau ngejar-ngejar lo, tapi dia akan berhenti kalau lu gak kasih harapan. Lo pengecut." tepat di telinga Figo Dewan menekankan setiap kata demi kata. tanpa Dewan mengatakannya Figo sudah sadar lebih dulu.

"Harapan apa? Gue bahkan minta dia untuk berhenti sejak lama. Sekarang gue yang salah?" Figo mengeluarkan senyum evil.

"Terus Pengen anterin pulang, jemput buat sarapan dan datang ke kantor bareng-bareng itu apa? Cuma iseng? Haha." kali ini, Dewan tertawa keras nan hambar.

Dewan hanya berpura-pura tidak tau, apa yang Zalfa kirimkan padanya, dia padahal sudah tau isinya sebelum Zalfa menarik pesannya.

"Karena gue ngerasa bersalah," ujar Figo sedikit melembut.

"Terus lu kasih apa di makanan Zalfa, sampe dia pingsan begitu?" tuduhan tidak berbukti membuat Figo kembali emosi.

"Lo jangan asal tuduh! Gue gak sebejat itu!"

"Iya, lebih dari itu."

"Banyak omong!" Kali ini, Figo yang terpancing emosinya oleh Dewan. Lelaki itu menarik kerah baju Dewan, kencangnya angin, tidak membuat mereka menjadi berkepala dingin. Malah suasana menjadi panas. Kala Dewan selalu berbicara dengan terus menyudutkan Figo.

"Lepas!" perintah Dewan, yang merasa tercekik.

Figo yang sudah sangat emosi, merobek baju kemeja Dewan. Kancing kemeja itu terlepas dan berjatuhan ke lantai, membuat suara yang masih bisa didengar.

"Kurang ajar!"

Dewan melepaskan diri dari Figo dan bersiap untuk menyerang Figo. Dia mendorong perut Figo menggunakan kakinya sampai lelaki itu terlempar cukup jauh dari tempat awalnya dia berdiri. Sebenarnya Dewan hanya ingin memberikan pelajaran, tapi karena Figo yang terlalu keras kepala padahal dia salah membuat Dewan naik pitam.

"Lo gak pantas dicintai Zalfa!" Teriak, amukan, amarah dibakar dibawah terik matahari yang berada tepat di atas mereka berdua.

"Terus Lo pantas? Atau Lo yang gak pernah bisa dapetin perhatian dia? Kasian banget jadi pengemis cinta, sadar woy! Dia gak suka sama Lo."

"Persetan, dengan dia suka atau enggak. Sekalipun dia gak cinta sama gue, bukan berarti dia boleh disakiti oleh orang yang dia cinta." Dewan benci ada di posisi ini, dia ingin bisa dicintai Zalfa, tapi wanita itu selalu memberikan Jarak dan seperti tidak ada ruang untuk orang lain.

"Haha uwu banget," ujar Figo meledek. Zaman sekarang, mencintai orang sampai membuatnya kehilangan akal, sangat amat bodoh.

"Ingat! Lo mungkin hari ini bisa puas nyakitin Zalfa, suatu saat Lo punya anak perempuan. Jangan sampai, Lo nyesel nanti." ceramah ini, sering sekli Figo baca di status orang lain, tapi mendengar Dewan yang mengatakannya Figo sungguh geli, berasa manusia paling suci kali Dewan, pikir Figo.

"Gue gak butuh berandai-andai. Kalau Zalfa sekarang tersakiti itu karena ulahnya sendiri bukan gue."

"Cuma banci yang gak berani ngaku kesalahannya."

Trang

satu buah benda jatuh, menghentikan adu mulut keduanya. mereka menengok ke tempat yang sama.

Diam. hanya itu yang mereka lakukan, setelah tau siapa gerangan yang melemparkan benda tajam tersebut.

Mereka bertiga saling tatap. belum ada seorangpun yang mengambil barang tersebut, bahkan mereka sama sekali tidak beranjak dari tempatnya berdiri, keringat yang mulai membasahi badan Delvis dan Figo nampak sangat terlihat bahwa otot mereka sedari tadi bekerja sangat keras.

"Kalian bisa pilih, siapa yang akan duluan."


next chapter
Load failed, please RETRY

禮物

禮品 -- 收到的禮物

    每周推薦票狀態

    Rank -- 推薦票 榜單
    Stone -- 推薦票

    批量訂閱

    目錄

    顯示選項

    背景

    EoMt的

    大小

    章評

    寫檢討 閱讀狀態: C11
    無法發佈。請再試一次
    • 寫作品質
    • 更新的穩定性
    • 故事發展
    • 人物形象設計
    • 世界背景

    總分 0.0

    評論發佈成功! 閱讀更多評論
    用推薦票投票
    Rank NO.-- 推薦票榜
    Stone -- 推薦票
    舉報不當內容
    錯誤提示

    舉報暴力內容

    段落註釋

    登錄