Budayakan Vote & Comment
Sorry For Typo
07/08/20
Dua minggu lamanya keluarga kecil Jeon hidup di sebuah apartement sederhana di kawasan kota Seoul. Mereka merelakan rumah mewah bak istana yg mereka tinggali selama ini demi membayar denda dan hutang Jeon Jungkook kepada agency nya.
Jungkook benar-benar memulai kehidupannya dari awal, di titik terendah bahkan tak ada kata ampun baginya, ia dengan segala pemikirannya bagaimana harus menghidupi kedua istrinya.
Pertengkaran kecil bahkan terhebat sekaligus saling menyapa di dalam kediaman baru mereka, saling menyalahkan dan tak ingin mengalah menjadi penyebab utama keluarga tersebut semakin tidak rukun
"Aku sudah bilang berkali-kali Jungkook!!! Aku tidak bisa hidup susaah!!!"
"Maaf Yoongi.. aku---"
"Kau pikir maafmu bisa menghidupkan aku dan Jeoni? Kau menggali lubang kubur mu sendiri!"
BRAAAK!!!
Yoongi membanting pintu kamar barunya dengan keras, perdebatan seperti ini sudah di mulai sejak mereka meninggalkan kediaman yg sebelumnya. Memang kata-kata Yongi tidak ada salahnya.
Jungkook juga berfikir ia harus membiayai obat-obatan Yoongi dan jimin serta keperluan buah hati mereka. Jungkook sudah memulai mencari peran di setiap drama, mengikuti seleksi untuk mendapatkan peran sekedar peran penggantipun ia rela.
Jimin dengan sabar selalu menyemangati suaminya yg merasa tertekan batin dan jasmani itu. Ingin sekali jimin membantunya untuk bekerja sebagai pelayan atau apapun yg penting pekerjaan itu baik dan ridhoi suaminya.
Jungkook tidak akan pernah mau melihat istri-istrinya susah maka dari itu sang dominan terus berupaya mencari pekerjaan, ingin rasanya ia meminta bantuan orangtua tapi harus bagaimana lagi bahkan perusahaan orang tuanya anjlok di dasar terbawah karena berita yg menyebar keseluruh penjuru. Eommanya sedang berjuang sendiri juga untuk menaikan kembali saham perusahaan.
Suara tangis Yoongi pecah menyesali nasib dirinya, ia memeluk Jeoni dan meminta maaf berkali-kali seharusnya bayi mungil itu terlahir dengan segala kecukupan tapi sekarang bahkan untuk membeli hal-hal kecilpun mereka kekurangan.
Jungkook semakin panik ketika istri mudanya itu menangis atau mengeluh. Ia semakin tertekan karena Yoongi selalu mengancam dengan membawa nama Jeoni.
"Jungkook-ah... aku butuh izinmu"
"Izin untuk apa jim?"
"Aku akan membantumu kook, dulu aku sudah biasa mandiri dan bekerja untuk menghidupi diriku. Jadi izinkan aku membantumu kook"
"Sayang" jungkook menggenggam tangan jimin dan kedua bola matanya sudah berkaca-kaca
"Maafkan aku jiminah... aku sudah berjanji untuk membahagiakan mu tapi sekarang aku membuatmu melarat sayang"
"Stt... sayang aku sudah bilang bahwa aku akan selalu di sampingmu. Jangan menangis jungkook-ah, kau bukanlah lelaki yg lemah"
"Jim--, aku.. aku merasa gagal sebagai suamimu"
"Jangan katakan itu kook-ah. Kita bisa melewati masa sekarang kook, percayalah. Aku akan membantumu"
"Terima kasih jiminaahh"
Jungkook memeluk tubuh jimin dengan badan gemetar apa yg harus ia lakukan jika tak ada jimin di sampingnya, dengan keadaan mereka seperti sekarang hanya jimin tumpuan hidupnya.
"Kook aku minta izinmu"
"Aku... aku, aku tidak mau kau tersiksa sayang"
"Jungkook dengar, aku melakukan ini untuk keluarga kita. Kau berusahlah dan aku juga akan berusaha"
Jungkook mengangguk dengan berat hati, apa benar ia akan membiarkan sang istri bekerja untuk membantu kehidupan mereka? Jungkook memantapkan hatinya agar kembali mencapai titik puncak walau harus memulai lagi dari awal.
★★★★★★
Sudah satu bulan lamanya mereka hidup di apartemen sederhana itu, dan sudah 2 minggu jimin bekerja sebagai karyawan di sebuah restauran. Di sisi lain jungkook juga masih berusaha untuk masuk kembali ke dunia hiburan.
"Yoongi? Kau mau kemana?" Jimin terkejut ketika Yoongi menggendong Jeoni dan membawa tas perlengakapan bayinya.
"Aku ingin pulang ke rumah orang tuaku jim. Aku tidak sanggup hidup melarat! Hyungku akan sampai sebentar lagi"
"Astaga Yoongi... apa keputusanmu sudah benar?"
"Aku tidak setara dengan mu Jim, aku harus hidup dalam kecukupan"
Yoongi mengacuhkan jimin yg sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Jimin tidak tahu harus bagaiman menyikapi Yoongi saat ini, ia hanya memandangi yoongi melajukan kursi rodanya menuju pintu apartemen
"Sampaikan kepada jungkook jika kau tidak ingin hidup miskin. Aku tidak meminta perceraian padanya karena Jeoni adalah anak jungkook. Aku hanya tidak ingin tinggal di sini"
Beberapa orang lelaki sudah berdiri di depan pintu, 2 orang lelaki memasuki apartemen menuju kamar Yoongi lalu membawa 3 buah koper, lelaki lainnya berjongkok di hadapan yoongi, ia membelai wajah pucat Yoongi
"Apa kau sehat adikku?"
"Hyung... aku merindukanmu"
"Iya kita akan pulang, hai Jeoni ternyata kau cantik sekali"
Jimin sayup-sayup mendengar percakapan Yoongi dengan seseorang yg panggilnya hyung. Dengan ragu ia mendekat kearah pintu sekedar untuk menyapa
"Anyeonghaseo, aku jimin"
"Anyeong jimin, kau istri pertama jungkook? Senang bertemu dengan mu, aku jin"
"Iya tuan jin"
"Jimin-ssi aku akan membawa Yoongi pulang, dia butuh ketengan untuk beberapa saat. Terima kasih karena sudah menjaga adikku yg sangat manja ini"
"Jungkook sedang di luar tuan, apa tidak sebaiknya meninggu ia kembali terlebih dahulu?"
"Sampaikan saja salamku kepada jungkook, kami permisi"
"Jimin, aku pulang. Anyeong" yoongi berpamitan bahkan tak memandang kearah jimin sama sekali
Jin mendorong kursi roda Yoongi menuju kearah mobil semua barang-barang Yoongi sudah tertata rapi, jin menggendong tubuh sang adik menaiki mobil dan setelahnya mereka beranjak pergi.
Jimin segera menghubungi jungkook untuk memberitahukan keadaan yg terjadi pagi ini, mendengar jawaban jungkook meyakinkan bahwa saat ini ia benar-benar kaget.
Jungkook mengusak surainya kasar, saat ini ia berada di rumah rekan sesama artisnya. Jungkook berkali-kali menggigit jari-jari tangannya menahan kesal. Gagal adalah sebuah ungkapan sempurna untuk dirinya saat ini.
"Kook kau kenapa?"
"Hyung, Yoongi meninggalkan ku"
"Mwo??"
"Aku benar-benar sudah gagal hyung"
"Tenanglah kook, keadaan Yoongi sekarang sedang tidak stabil biarkan saja ia melepaskan beban fikirannya sejenak. Yg harus kau pikirkan sekarang adalah untuk mengembalikan segala yg punya dulunya"
"Terima kasih hoseok hyung, aku pamit pulang. Jika ada ada peran apapun yg bisa ku kerjakan tolong kabarkan aku hyung"
"Iya kook, aku akan terus menghubungimu"
Jungkook pergi meninggalkan kediaman teman artisnya, beban berat yg membuncah di pikirannya benar-benar membuat jungkook semakin pusing. Jimin bekerja Sebagai pelayan dan sekarang Yoongi pergi membawa Jeoni meninggalkannya. Apa ini hukuman yg di beri Tuhan untuknya?
Bersambung
Sampaikan pendapat kalian
Gw minta maaf guys
Terima kasih yg masih menunggu FF ini
QaraMizuki