1stb18
13April2020
Jungkook menggendong tubuh Yoongi menuju ruang makan, pipi putih yoongi kian merona setiap kali suaminya melalukan segala sesuatu yg tak terduga. Sikap jungkook kepada Yoongi semakin hangat tidak seperti dulu bahkan jungkook hampir 3 hari ini tidur bersama yoongi di kamarnya.
Jika diingat kembali mungkin yoongi bisa-bisa mati konyol karena kegirangan. Memeluk jungkook saat tidur sangat menyenangkan. Akhirnya buah kesabarannya selama ini tidak sia-sia.
"Ini sarapanmu sayang silahkan kau habiskan"
"Lalu kau sendiri?? Itu mau di bawa kemana?"
Yoongi menunjuk nampan berisi makanan yg di tenteng oleh jungkook, sang dominan ingin memberikan makanan itu untuk istri pertamanya.
"Ini untuk jimin. Maaf yoongi kau makan sendiri dulu yah, nanti aku akan menyusulmu"
Jungkook berlalu meninggalkan Yoongi yg terlihat cemberut, kenapa jungkook repot-repot mengurus jimin kalau hasilnya tetap sama yaitu makanan berakhir dengan berserak di lantai.
PRANK!!!
Jimin menepis makanan yg di bawa jungkook, sudah 3 hari jimin tidak mengisi perutnya dengan makanan. Jungkook sudah melakukan berbagai macam cara agar istrinya itu bisa bangkit kembali.
"Baiklah sayang aku akan membawakan makanan yg baru"
Jungkook membersihkan semua makanan yg berserakan di lantai kamar, ia masih cekatan untuk membuatkan kembali roti bakar serta buah-buah untuk jimin.
Hingga kali ke-empat jungkook hanya akan tetap mendapatkan penolakan dari jimin. Meski begitu ia sangat sabar dan kembali naik ke lantai 2 dengan membawa nampang ke-5 semoga jimin kali ini mau memakan sedikit saja makanan jungkook berikan.
"Aaahhh!" Jungkook meringis saat jimin menggigit jari telunjuknya
"Aku tidak lapar brengsek!" Jimin kembali menyelimuti tubuhnya yg terasa lemas.
"Meskipun begitu kau tetap harus makan sayang"
"Perutku sakit asal kau tahu! Aku tak ingin makan lebih baik aku mati dan bertemu dengan jungmin"
"Sayang, jaga ucapanmu"
"Pergi kook, aku tidak ingin melihatmu"
Jungkook mengangguk lalu menghilang dari hadapan jimin sebelum pergi dia meninggalkan makanan yg terakhir ia bawakan untuk istrinya itu.
Jimin menatap keluar jendela kamarnya hujan turun menyapa bumi, perasaannya ikut terhanyut dengan suasana dingin dan kilatan halus yg melintasi langit siang kala itu.
Jimin memikirkan bagaiman ia akan bertahan hidup? Bagaimana ia akan melanjutkan hidupnya? Kemana ia bisa pergi? Kembali ke Busan? Tapi tak memiliki satu keluargapun.
Kim taehyung? Ia tak ingin menyusahkan hakim muda tersebut. Jimin menghirup nafas panjang lalu membiarkan semua pikirannya saling bertengkar di dalam otaknya.
Jimin bangkit dari rasa lelahnya dan mencoba untuk membersihkan diri, sudah 3 hari ia tidak mandi, keringat bercampur airmata sudah melengket di kaos yg ia gunakan. Jimin melepaskan semua pakaian yg ada di tubuhnya.
Jimin menatap badan polosnya di depan kaca. Tak ada yg bagus dari dirinya bahkan sekarang luka bekas jahitan sudah menghiasi tubuh mulusnya. Jika sekalipun jimin memikirkan untuk melarikan diri dan bekerja sebagai pemuas nafsu mungkin orang-orang tak akan memilihnya. Kenapa? Semua orang akan merasa geli melihat luka tersebut.
Jimin beranjak dari kaca menuju kamar mandi, ia merendam diri cukup lama dan sesekali suara tangisnya akan pecah begitu saja. Jimin mengusap semua bagian tubuhnya, ia juga memijit sedikit persendian yg terasa kaku.
Jimin memikirkan berbagai macam cara agar ia bisa keluar dari lingkup rumah keluarga Jeon tersebut. Ia mengingat-ingat semua orang yg di kenalnya namun tak ada satupun nama kecuali taehyung. Apakah bener pilihan terakhirnya memang hanyalah kim taehyung.
★★★★★★
Jimin menuruni anak tangga untuk mengambil beberapa makanan, perutnya sekarang mulai mengajak perang. Jimin melihat yoongi tengah asik memandangi buah hatinya di ruang tengah. Matanya tak menemukan keberadaan jungkook.
Jimin menghentikan langkah kecilnya, senyum indah yoongi terus terpampang di wajah putihnya, ia teringat ketika jungmin dalam pelukannya. Air kata itu kembali lolos dari kelopak mata sayu jimin.
Jimin mengusap air matanya cepat, sampai kapan ia terus berlarut, jimin berlarian menuruni anak tangga untuk segera tiba di dapur. Jimin membuka kulkas untuk mengambil beberapa buah dan susu segar.
"Ji.. jimin?"
"Apa yg kau lakukan kook?"
"Aku?? Aku akan merombak sedikit dapur kita untuk menyesuaikannya dengan keadaan yoongi"
Baiklah mungkin satu-persatu bagian dari rumah mereka cepat atau lambat akan berubah, jimin tersenyum sinis apa yg di lakukan jungkook merupakan sindiran untuknya agar segera angkat kaki dari rumah tersebut.
"Baguslah, lanjutkan kegiatanmu kook"
"Kau tidak jadi makan sayang? Tadi kau sudah mengupas buah-buahan"
"Tiba-tiba lidahku terasa pahit. Aku ingin keluar sebentar"
"Mau kemana?"
"Mencari sesuatu yg tak pahit"
Jimin meninggalkan jungkook yg melihat kepergian jimin dengan berat hati, apa istrinya itu terluka lagi karenanya? Apa jungkook melakukan kesalahan lagi? Ingin sekali jungkook menarik lengan kecil jimin agar tak pergi dari pintu rumah mereka.
Jimin sudah menggunakan sweter hitam dan mengambil dompet, ia tak berniat untuk mengendarai mobil. Mungkin menaiki angkutan umum lebih menyenangkan. Dengan langkah cepat jimin melewati Yoongi yg masih betah berada di ruang tengah.
"Jimin mau kemana?"
"Membiasakan diri untuk hilang secara perlahan"
Yoongi mengerutkan keningnya mencoba memahami maksud yg di sampaikan istri pertama suaminya itu. Jungkook juga mendengar jelas perkataan jimin tapi jungkook sangat mengerti maksud yg di sampaikan jimin.
Tubuh jimin menghilang di balik pintu rumah besar tersebut, langkah kecilnya menyusur jalanan yg terlihat luas di hadapannya. Tubuh jimin benar-benar terlihat sangat kurus bahkan pipinya yg biasa tembem kini sudah mencekung dan lingkaran hitam di bawah mata membuat penampilan jimin semakin memprihatinkan.
Jimin menunggu bus di depan halte, ia tak tahu akan kemana mungkin berkeliling melihat ibukota akan membuat pikiran kacaunya sedikit berkurang. Bus yg di yg di nanti akhirnya datang tapi tujuannya tidak di ketahui berakhir dimana.
Jimin menaiki bus tersebut dan memilih duduk di bagian paling belakang, hanya kesunyian yg menemani dirinya dengan iringan lagu melow yg sedang bersandung di dalam bus tersebut.
"Aahhh... kenapa selalu sakit" jimin meringis memegang perutnya
"Apa karena aku belum mengkonsumsi makanan apapun?"
Tubuh kecil jimin mencoba melawan rasa sakit yg datang secara tiba-tiba. Apa ada sesuatu yg tidak baik setelah operasi yg ia jalani? Jimin ingin memastikan keadaannya.
Langkah jimin berhenti di depan Rumah sakit, ia benar-benar trauma dengan tempat yg miliki ciri khas bau obat-obatan becampur darah serta tangisan dari orang-orang yg menemani kerabat yg sakit.
Jimin menghembuskan nafas berat dengan langkah ragu ia tetap memasuki tempat tersebut. Jimin mengambil nomor antrean untuk menjalani pemeriksaan. Hilir mudik orang-orang yg berlalu lalang membuat pikirannya semakin kacau hingga akhirnya tubuh jimin lunglai dan terjatuh menghantam bumi. Ia kehilangan kesadaran.
Jimin mencoba menemukan kesadaran. Di ruangan berwarna putih tersebut jimin mendapatkan kenyataan bahwa dirinya tidak lagi sempurna seperti sebelumnya.
"Maaf tuan mungkin anda tidak akan bisa melahirkan keturunan lagi"
Hal yg paling menyakitkan adalah mengetahui sesuatu yg akan membuat diri sendiri terluka dan harus menerima kenyataan bahwa itu merupakan takdir yg harus di terima dan dijalani dengan baik.
Air mata itu lolos dari bulan sabit nan cantik kepunyaan jimin, ia masih optimis jika sebuah keajaiban akan datang untuknya. Pasti!! Di tengah kesengsaraan pasti tuhan memberikan satu kebahagian untuk dirinya.
Jimin udah tahu belum nih?? Siapa yg mau kasih tahu kalau di mandul??
Bersambung
QaraTanjung