Jessca memberanikan diri mengetuk pintu kayu sebuah rumah besar di samping rumah Cia. Pintu kayu dengan cat putih dan handle dari stenlist. Jessca berdiri dengan kaku di depan pintu. Hampir seperempat jam ia berdiri di depan pintu karena ragu apakah harus mengetuk pintu itu atau tidak.
Dan setelah Jesaca mengetuknya, tak lama, pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya dengan wajah yang mirip dengannya keluar. Wanita itu sama tertegunnya dengan Jessca. Sama terperangahnya sampai tak bisa berkata-kata apa pun. Wanita itu menatap Jessca dengan mata penuh kaca, begitu pula Jessca. Keduanya saling tatap dengan perasaan yang gundah gulana, antara tidak percaya dengan perasaan bahagia. Antara perasaan sedih namun juga senang. Beragam perasaan bercampur baur menjadi satu dan tersirat dalam tatapan mata yang begitu dalam.