30
…
Mencekal lengannya untuk
menghentikan langkahnya, membuat Erja
menatap gue bingung.
Oh, gue tentu harus melakukan ini kan? Sumpah,
gue nggak pernah menduga bahwa Chilla udah
sebesar ini. Benar-benar mengejutkan.
"Kenapa? Kita temenin Chilla makan dulu,
sebelum kita nyari makan ya."
Gue berdecak. Maksud gue bukan itu! Gue nggak
peduli kami mau makan di mana pun. Karena yang
ada di pikiran gue saat ini bukan makanan, tapi
Chilla! Ya, anaknya Erja!
Demi Tuhan, nasib gue harus begini banget, ya?
"Lo!" Gue berdeham, baru ingat bahwa kini gue
harus membiasakan diri untuk merubah itu.
"Kamu, kenapa kamu nggak cerita kalau Chilla
udah segede itu?!" bisik gue penuh penakanan.
Dan Erja, lo tahu dia ngapain? Dia cuma senyum,
lalu merangkul bahu gue. Oke, gue yang lagi kaget
ini semakin kaget karenanya. Dan sumpah,
emangnya Erja harus banget main rangkul-
rangkulan gini?
Gue mendelik sebal kepadanya, tetapi Erja sama