Enam mata saling bertatapan ringan. Kemudian hilang sepasang mata yang tidak lagi muda, mengalah untuk kedua pasang mata. Aku dan kakak kandungku sendiri. Mbak Mina berkirai dengan gesit dari ruang tengah, sedangkan kami pun segera menghampiri sofa panjang di ruang tamu.
Duduk di kursi berbeda, saling berhadapan dengan tangan menggamit nyaris serupa. Tindakanku dengan dokter Sefana, ah, maksudku kakak kandung—keluarga baru.
"Kok bisa masuk ke dalam halaman, K-Kak?" Nadaku masih terlalu kikuk, sehingga aku harus menekan sapaan yang terakhir dari pertanyaan.
"Ada dua cowok di depan gerbang. Satunya berdiri, dan satunya duduk di kursi lipat," ungkap kak Sefana.
'Mungkin itu Yoanto dan Agam, mereka punya hak buat ngejagain gue.' Aku menebaknya dalam hati.
"Oh …."
Hanya mulut berbentuk bulat dan nada yang panjang, sehingga tercipta dari kehangatan di pertemuan ini.
Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!
Creation is hard, cheer me up!
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.