Dua malaikat maut yang membawa Choi Lee Jian tidak dapat melakukan pembelaan apapun. Dan akhirnya Choi Lee Jian pun harus menerima hukuman abadi.
Malaikat maut 888 menggelengkan kepalanya.
"Hanya karena cinta, kau membunuh begitu saja. Haaah...." keluh malaikat maut 888.
Choi Lee Jian hanya mampu menundukkan kepalanya. Ia menarik napas panjang dengan berat.
"Hari itu, aku benar-benar gelap mata. Aku merasa begitu frustasi dan sedih. Aku tidak dapat menerima kenyataan bahwa kekasih yang katanya sangat mencintaiku ternyata tega mengkhianati aku begitu saja. Bahkan, ia membuatku di fitnah dan di usir oleh keluargaku. Tapi, apalah dayaku pada waktu itu. Aku hanya bisa menggerakkan kedua tanganku dan memberi isyarat bahwa bukan aku yang membawanya lari. Tapi, tidak ada satupun yang percaya kepadaku. Ayahku hanya dapat menanggung malu. Padahal, beliau selalu bangga kepadaku. Aku merasa benar-benar frustasi," ujar Choi Lee Jian.
Ye Jin menghampiri Choi Lee Jin dan Malaikat maut 888. "Apa kita tidak sebaiknya melihat di mana kekasih Choi dulu itu? Kita lihat apa yang sebenarnya terjadi. Bagaimana pembelaannya. Jika Song Hye Jin mengakui bahwa ia bersalah, kita bisa membawanya ke tempat dewi Xin Qian dan meminta keadilannya sebagai dewi cinta," ujar Ye Jin.
Kim Young Jo mengeluarkan perkamennya. Ia menghela napas panjang saat melihat apa yang tertera di dalam perkamen itu.
"Saat ia lahir dengan nama Song Hye Jin. Itu adalah fase kehidupan pertamanya. Dan, saat ini dia masih menjalani kehidupan nya yang ke-6. Saat ini dia berusia 16 tahun. Dan masih bersekolah," ujar Kim Young Jo.
"Siapa namanya?" tanya Daek Wo.
"Kim Na Ri," ujar malaikat maut 888.
"Apakah kita tidak bisa datang kepadanya?" tanya Ye Jin.
"Satu-satunya cara adalah dengan meminta pertolongan dewa mimpi Lu Fei Tong. Tapi..."
Ye Jin dan Daek Wo menggaruk kepala mereka yang tidak gatal. Mereka tau betul bagaimana dewa Lu. Dewa Lu adalah dewa yang sangat nyentrik. Terkadang, dia bisa bersikap seenaknya. Lawan debatnya adalah dewa Jug Eun. Lu Fei Tong sebenarnya adalah dewa yang bijaksana. Tapi, sifatnya yang nyentrik itu membuat ia di juluki dewa gila.
Malaikat maut 888 tampak berpikir sejenak, "Bagaimana, jika kita datang lebih dulu ke istananya. Kalau tidak salah, istana dewa Lu tidak jauh dari Jeongwol di bukit penantian," kata 888.
"Baiklah, mari kita kesana saja," jawab Ye Jin dengan semangat.
Malaikat maut 888 menoleh kepada ke-3 jiwa yang lain. Mereka sedari tadi hanya duduk diam tanpa suara.
"Kalian bertiga tidak boleh kemanapun. Kalian boleh menikmati taman di luar ruangan ini. Tapi, tidak boleh keluar melalui gerbang itu. Aku akan meminta malaikat maut yang lain untuk menjaga kalian. Ingat, jika kalian ingin dapat anugrah reikarnasi kembali, turuti segala ucapanku. Aku tidak menjamin kalian bisa reikarnasi, kalau kalian berani melanggar perkataanku. Kalian boleh pergi tapi, resikonya kalian akan kembali di bawa ke istana raja neraka, kalian mau?!"
Ketiganya serempak menggeleng. "Kami tidak akan berani, kami akan patuh dan menunggu disini," jawab Lee Jung Hun mewakili.
Malaikat maut 888 pun langsung memberi isyarat untuk mereka berempat segera berangkat. Di luar, ternyata ada dua orang malaikat maut yang sedang berjaga
"Kya, kalian berdua. Bukankah kalian adalah Chin Jung dan Kim Si Na? 777 dan 454?" tanya 888. Keduanya mengangguk. "Ya, kau betul 888. Kalian sudah mau pergi? Dewa Jug Eun memerintahkan kami untuk menjaga ketiga jiwa itu selagi kalian mengurus yang satu ini," sahut malaikat maut 777 Chin Jung.
"Baiklah kalau begitu, tolong jaga mereka baik- baik. Kami berangkat dulu," ujar Kim Young Joo.
Mereka berempat langsung menuju ke bukit penantian. Istana dewa mimpi Lu Fei Tong memang berada tak jauh dari Jeongwol. Berembus kabar angin, bahwa dewa Ku sangat mengagumi kecantikan dewi Xiang. Namun, sang dewi selalu menampakkan sikap dingin kepada dewa Lu. Dan, tak jarang mereka adu debat yang di akhiri dengan kemarahan sang dewi.
Untuk sampai ke istana dewa Lu, mereka harus melewati Jeongwol terlebih dahulu. Dan, saat mereka tiba disana, kebetulan sekali dewi Xiang nampak berada di halaman Jeongwol. Dan, entah apakah itu kebetulan atau bukan, dewa Lu tengah berada pula di sana.
"Kau ini memang tua bangka tidak tau diri! Menyebalkan sekali ulahmu itu, dasar dewa gila!" terdengar suara dewi Xiang memaki dengan keras. Sementara, yang di maki sama sekali tidak menunjukkan wajah menyesal ia malah dengan sengaja mengedip- ngedip kan matanya.
"Ayolah, Xiang kau ini jangan selalu jual mahal kepadaku. Kau bilang aku tua bangka, bukan aku yang tua. Tapi, aku memang memilih wajah seperti ini supaya aku tetap terlihat berwibawa. Kau itu yang selalu sok perawatan. Kau ingin menggaet dewa- dewa muda kan? Dasar, daun muda," Dewa Lu balas memaki. Sang Dewi sontak merasa geram. Ia langsung melotot dan bersiap untuk melepaskan pukulannya.
Malaikat maut 888 dan 442 langsung berlari mendekat melihat hal itu. 442 langsung memegang tangan dewi Xiang. Sementara 888 langsung menghadang dewa Lu.
"Kyaa, kalian ini datang mengganggu. Biar kuhabisi dulu tua bangka mata keranjang itu!" seru dewi Xiang kesal. Sementara dewa Lu tertawa- tawa meledek sambil menggoyangkan pinggulnya meledek dewi Xiang.
"Tua bangkaaa...!!! Minggir kalian, minggir cepat. Biar kuhabisi dulu dewa gila kurang ajar itu!" seru dewi Xiang.
Malaikat maut 888 langsung buru- buru memberikan hormat .
"Ampun yang mulia dewi Xiang. Kami datang kemari untuk meminta sedikit bantuan dari dewa Lu sebenarnya. Jadi... "
Dewi Xiang menghela napas panjang dan mengembuskannya dengan kasar. "Haaah..!! Baik! Kau selamat kali ini tua bangka! Beruntung mereka datang dan menyelamatkanmu. Lain kali kau akan ku cingcang menjadi dendeng untuk makan malamku!"
Dewi Xiang pun menghentakkan kaki dan bergegas masuk ke dalam hotel. Melihat dewi Xiang telah masuk kembali ke dalam dewa Lu pun menghentikan gerakannya dan tertawa terbahak-bahak. 888 hanya bisa menghela napas panjang melihat tingkah laku dewa yang satu ini. Sementara Ye Jin dan Daek Wo pun sibuk membekap mulut mereka supaya tawa mereka tidak meledak keluar.
Puas tertawa, dewa Lu baru menatap mereka berempat sambil mengerutkan dahinya.
"Kau pasti malaikat maut 888? Kau mau meminta bantuanku untuk menarik jiwa seseorang melalui mimpi bukan? Betul begitu?"
Kim Young Jo langsung membungkuk memberi hormat. "Betul paduka yang mulia,"jawabnya.
"Siapa yang menyuruhmu memanggilku yang mulia? Panggil aku kapten Ri. Kau tidak melihat wajahku hari ini mirip kapten Ri dalam film 'Crash Landing On You'? Seenaknya saja kau memanggil yang mulia. Kalian panggil aku Kapten Ri, khusus untukmu panggil aku Oppa Ri, mengerti?"