Setelah bergelut lama dengan pikirannya sendiri ,akhirnya gadis itu memutuskan untuk berbalik dan berjalan memasuki hutan terlarang. Memilih menjauh sejauh mungkin dari tempatnya berdiri sekarang. Satu satunya hal yang terpikirkan olehnya adalah ia harus membersihkan noda darah diseluruh tubuhnya terlebih dahulu sebelum memikirkan hal yang akan dilakukan selanjutnya.
Iris hitamnya perlahan berubah violet, berusaha mencari sumber mata air yang bisa ia gunakan untuk membersihkan diri. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, terdapat sebuah sungai dengan berbagai macam hewan yang berada dikedua sisi sungai melepaskan rasa dahaga, yang menandakan bahwa air disungai itu tidak berbahaya.
Berjalan menyisir dikedalaman hutan, itu sangat sejuk dengan hembusan angin yang bertiup lembut membelai surai hitamya yang panjang. Mengambil langkah demi langkah mendekati sungai itu.
.
.
.
"Yang hilang telah kembali"
"Dunia akan kembali terguncang"
"Cinta membawa kematian"
"Cinta membawa kematian"
Suara nyanyian lembut menyapa indra gadis itu, membuat tiba tiba berhenti. Refleks tangannya menyentuh dadanya, entah mengapa merasakan rasa sakit hati yang begitu dalam.
"Hey... Siapa disana? Apakah ada orang?" Memutar tubuhnya mengamati sekeliling.
"Yang hilang telah kembali"
"Cinta membawa kematian"
"Kematian yang mengerikan"
Nyanyian misterius itu kembali terdengar, bulir bulir air berdesakan keluar dari pupilnya tanpa seizin empunya. Entah mengapa ia merasakan sebuah kerinduan dan pada saat yang sama juga rasa sakit hati yang begitu dalam.
"Heyy.. siapa disana, berhenti bermain main denganku" sambil mengusap air matanya, ia mencari asal usul suara itu. Lama mencari namun tak menemukan apapun seolah suara nyanyian itu menghilang begitu saja.
Gagal menemukan sumber suara, ia memilih untuk melangkahkan kakinya menuju sungai yang sudah berjarak beberapa meter darinya dengan perasaan yang sulit dimengerti oleh dirinya sendiri.
Sampai di tepi sungai, suara gemericik dari aliran yang terdengar begitu syahdu mencapai pendengarannya, mengamati sejenak, itu memperlihatkan keindahan aliran sungai itu sendiri. Aliran begitu tenang dengan air yang sangat jernih. Sebuah pemandangan yang menjadi bukti bahwa simfoni suara keindahan alam itu ada dan nyata bisa diperdengarkan, seketika membangkitkan hasratnya untuk mencicipi jernihnua air sungai yang ada di depannya.
Tak pernah merasa semasa hidupnya ia merasakan perasaan bebas seperti ini, karena selama ini ia hanya bergelut dari satu misi ke misi yang lainnya tanpa pernah memberi waktu untuk dirinya sendiri.
Berjalan lebih dekat untuk membasuh wajahnya, namun bahkan sebelum ia menyentuh air, tubuhnya terhuyung kebelakang.
"Siapa.. siapa disana?" Ia benar benar yakin bahwa bayangan yang dilihatnya bukan dirinya. Tak mendapat respon apapun, ia kembali melihat kedalam air dan kembali melihat bayangan itu, tangannya bergerak pelan namun bayangan itu mengikuti.
"Apakah .. apakah bayangan itu adalah diriku?"
"Tapi kenapa pada saat yang sama aku merasakan bahwa bayangan itu bukan diriku."
Meskipun tak dapat melihat dengan jelas bentuk wajahnya, namun ia merasakan bahwa wajah pada bayangan itu sama sekali berbeda.
"Apa yang terjadi?"
"Menga....aarrggghhh"
Bahkan belum menyelesaikan kalimatnya ia kembali berteriak kesakitan. Memegang Kepalanya yang tiba tiba berdenyut sakit. Ingatan demi ingatan dari pemilik tubuh sebelumnya berdesakan memenuhi kepalanya.
Tak lagi mampu menopang tubuhnya, ia jatuh teduduk ditanah, keringat dingin memenuhi seluruh tubuhnya.
Beberapa saat berlalu, ingatan ingatan itu berakhir tepat ketika sebelum ia berada didalam tubuh itu.
Semua pertanyaan pertanyaan yang menggerogoti kepalanya sebelumnya terjawab seketika.
Menyadari beberapa hal, gadis itu tertegun.
"Jadi.. aku bukan lagi 'aku'?"
"Dan sekarang berada di dunia yang berbeda dari kehidupanku sebelumya? Terlebih menempati tubuh putri seorang pengkhianat?"
"Hhaahh... Apakah dewa sedang bermain main denganku?" Gumamnya, merasa belum bisa menerima semua yang terjadi begitu tiba tiba .
Ya, gadis itu adalah Clara namun pada saat yang sama juga bukan. Jiwa Clara namun dengan tubuh seorang Fu Xie Lan.
"Aku adalah kamu, dan kamu adalah aku. Kita adalah jiwa yang sama" tiba tiba sebuah suara bergema dikepalanya