Guru Liu melangkah cepat seiring dengan mendekatnya ia ke kereta kuda.
Ketika jaraknya hanya tersisa beberapa langkah, hembusan napas lega terdengar lolos dari bibirnya.
Langkahnya perlahan melambat sembari memegang dada dan memukul-mukulnya pelan untuk meredakan napasnya yang memburu.
Dari posisinya berada, ia bisa melihat dua sosok yang masih berada di dalam kereta, tak beranjak sedikitpun.
Mereka adalah sang kusir dan half grip itu, Fu Xie Lan.
Guru Liu kembali melanjutkan langkahnya, keningnya berkerut tatkala mendapati kedua sosok itu bersandar dengan mata tertutup, nampak seperti seorang yang terlelap.
Dengan gerakan pelan, pria paruh baya itu membuka pintu kereta untuk kembali ke tempat duduknya semula.
Namun apa yang terjadi, tubuhnya kembali menegang, sebuah kain putih yang berlumuran darah nampak tergeletak di kursi tempat ia berada sebelumnya.
Tidak...
Itu bukan noda darah, melainkan sebuah pesan untuknya.