"Lakukan!" balas Sang Penguasa itu tegas. Ia tidak akan mengampuni siapapun yang mengacaukan hari membahagiakan putrinya. Mereka semua yang terlibat, harus di hukum mati tanpa terkecuali.
Panglima kerajaan hanya mengangguk dan kembali membalikkan tubuhnya. Nampak ke empat orang yang bersimpuh di hadapannya menunduk dengan mata terpejam, pasrah menanti pedang Sang Panglima menebas nadi leher mereka.
Tak menunggu lebih lama lagi, kedua tangan pria itu terangkat dengan pedang panjangnya yang digenggam erat-erat.
Semua orang menahan napas dengan mata yang sedikit disipitkan.
Panglima mengayunkan pedangnya, Dan....
"Tunggu!" sebuah suara yang rupanya berasal dari putri Fu Xie Lan menghentikan pedangnya di udara.
Segera semua orang membuka mata lebar-lebar, begitu pula dengan ke empat orang yang nyaris kehilangan nyawanya.
"Apa putri memiliki sesuatu untuk dikatakan?" tanya Panglima sesopan mungkin.
"Turunkan pedangmu!"