"Pa--papa ingin pergi kemana? Jangan tinggalkan Aku!"
Ia langsung berlari dan memeluk kaki Teo. Keinginannya tidak dapat terkabul, semuanya. Melihat Lavi yang mulai menangis, ia tidak memiliki pilihan lain. Namun mau bagaimana pun ia harus melapor kepada Jenderal Wirawan, kembali ke markas dan melaporkan sekaligus bertanya tentang misi itu. Melangkah kedalam gedung pusat, ia langsung menjadi pusat perhatian. Bukan Karena sosoknya lagi, tapi karena seorang gadis yang menempel diatas kepalanya.
"Oh? Halo, Lavi."
"Lavi, selamat siang."