"Mba Latifah kenapa ya? Ya Allah, semoga mba Latifah hanya tertidur saja jadi tidak menjawab panggilanku." Gumam Aisyah mulai khawatir.
Aisyah masih ragu untuk pergi, tapi ia juga tidak bisa memaksa masuk ke dalam kamar Latifah. Tidak akan sopan jika ia berbuat seperti itu, tapi rasanya Aisyah benar-benar khawatir dengan keadaan Latifah saat ini.
Karna memang, sejak Rafka berangkat kerja tadi, wajah Latifah langsung berubah sendu dan kulitnya pucat. Aisyah takut jika Latifah sedang sakit, tapi dia tidak mengatakannya pada siapapun.
'bagaimana ini, aku merasa khawatir pada mba Latifah. Ya Allah, sebenarnya ada apa dengan mba Latifah? Beri dia kekuatan untuk melewati masalahnya ya Allah, aku tidak tega melihatnya seperti ini.' batin Kisha berdoa.
Aisyah pun kembali ke ruang makan, dan menutup semua menu makan siang dengan tudung saji. Lalu ia melangkah mengambil sapu dan kain pel, Aisyah lebih memilih mengerjakan pekerjaan yang lainnya agar cepat selesai.
Setelah selesai menyapu semua lantai, Aisyah mengisi air di ember dari keran di depan rumah, lalu ia membasahi kain pel dan memerasnya. Aisyah membersihkan seluruh lantai dengan kain pel itu, hingga akhirnya lantai terlihat berkilap dan bersih.
Cukup lama waktu yang di butuhkan untuk Aisyah menyelesaikan pekerjaannya, karna lantai di rumah itu cukup luas. Tapi Aisyah mengerjakannya dengan senyum dan ikhlas, sehingga pekerjaannya itu tidak terasa melelahkan sedikitpun.
Sampai akhirnya ia sampai di teras depan, dengan lantai yang sudah berkilau dan wangi. Aisyah bersyukur akhirnya pekerjaannya selesai, hanya tersisa menyiapkan makan malam saja untuk Rafka dan Latifah. Tapi hal itu akan ia lakukan nanti, setelah solat Ashar.
"Alhamdulillah, pekerjaan siang ini sudah selesai. Hanya tersisa beberapa pekerjaan lagi, tapi setidaknya aku bisa beristirahat sekarang." Gumam Aisyah dengan tenang.
Aisyah membersihkan kain pel dan membuang air yang sudah kotor itu dari ember, lalu ia membersihkan lagi kain pelnya dengan air yang baru dan bersih. Setelah itu ia menggantung kain pel di salah satu paku, dan membiarkan air itu turun dari kain pel.
Tapi Aisyah sadari seseorang sejak tadi sudah berdiri berjarak 1 meter darinya, orang itu menatap Aisyah dengan senyumnya. Apalagi saat aisyah memeras kain pel itu dan senyumnya mengembang, ia merasa Aisyah begitu menikmati pekerjaannya itu.
"Assalamualaikum" ucap orang itu pada Aisyah.
Aisyah menoleh dan menjawab salam itu, lalu ia segera mencuci tangannya dan menghampiri tamu yang baru saja datang.
"Waalaikum sallam, bu Rahima. Apa kabar?" Jawab Aisyah dengan senyumnya.
Rahima tersenyum lebar, ia merasa senang jika berbicara dengan gadis itu. lalu ia pun menjawab pertanyaannya, dan kembali bertanya.
"Alhamdulillah baik, sepertinya kamu senang sekali mengerjakan pekerjaan rumah seperti itu. Padahal biasanya anak muda itu sangat malas untuk membereskan rumah sendiri, kenapa kamu malah senang membereskan rumah orang lain?" Balas Rahima merasa heran.
Aisyah tertawa kecil, tawa yang halus dan tanpa suara. Benar-benar seorang gadis yang tau betul akan sunah, Rahima benar-benar merasa kagum pada Aisyah.
"Aku memang suka membersihkan rumah bu, lagipula kebersihan itu sebagian dari pada iman." Jawab Aisyah apa adanya.
Rahima semakin takjub saja dengan kealiman anak gadis itu, ia berharap jika Aisyah yang akan menjadi istri kedua Rafka nanti. Karna Rahima bisa memastikan jika keturunannya akan baik jika Aisyah yang mengandung, tapi ia hanya bisa berharap karna keputusan sepenuhnya ada di tangan Latifah.
"Ibu sangat bangga padamu nak, kau masih muda, cantik, sholehah, tapi kau tidak malu untuk bekerja seperti ini." Ungkap Rahima sambil membelai pipi Aisyah.
Aisyah tersenyum malu mendengar pujian dari bu Rahima, baginya pujian itu terlalu berlebihan.
"Alhamdulillah, karna aku memang suka dengan pekerjaan ini bu. Apalagi mendengar kisah seorang Siti Mashitoh, yang merupakan pelayan fir'aun tapi ia bisa di pastikan masuk syurga. Bahkan makamnya saja berbau harum, Subhanallah." Jelas Aisyah dengan senyumnya.
Rahima benar-benar kagum kali ini, Aisyah yang merupakan anak muda jaman sekarang masih bisa meyakini kisah-kisah islami jaman rasul itu. Bahkan sepertinya Aisyah begitu menjungjung tinggi agamanya, benar-benar gadis yang sulit dan langka untuk di temukan.
"Ibu benar-benar tidak menyangka, kau begitu mengerti tentang agamamu nak." Puji bu Rahima dengan wajah harunya.
"Masya Allah, tidak juga bu. Saya masih belajar, belum sehebat itu untuk mendapat pujian." Jawab Aisyah dengan malu.
Bu Rahima ikut tersenyum, entah kenapa ia merasa nyaman berada di dekat gadis itu. Auranya yang positif dan kata-katanya yang manis membuat Rahima begitu senang di dekatnya, sangat jarang sekali Rahima bisa merasakan ketenangan yang senang seperti ini.
"Ah ya Aisyah, apa Latifah ada di rumah?" Tanya Rahima kembali ke tujuan awalnya.
Aisyah menatap bu Rahima sesaat, lalu ia kembali menunduk dan menyesal. Ia lupa jika bu Rahima ke sana pasti ingin bertemu Latifah, tapi ia malah mengajaknya berbicara terus.
"Astagfirullah, maaf bu. Ada, mba Latifah ada di kamarnya. Ayo, ibu masuk dulu." Jawab Aisyah merasa bersalah.
Rahima yang tau Aisyah merasa bersalah pun menepuk pundak Aisyah, dan menenangkannya.
"Tidak apa, kan ibu yang mengajak Aisyah bicara. Sekarang tolong panggilkan Latifah ya, ibu mau bicara dengannya." Jelas Rahima pada Aisyah.
Aisyah mengangguk paham, lalu ia mengantar bu Rahima dulu ke ruang keluarga. Setelahnya Aisyah melangkah ke kamar Latifah, dan mengetuk pintu.
Tok.. tok.. tok..
"Assalamualaikum mba, ada ibu di depan." Ucap Aisyah dengan suara halusnya.
Beberapa saat menunggu akhirnya ada jawaban dari dalam, lalu pintu itu pun terbuka.
"Waalaikum sallam, ya sudah kita ke sana." Jawab Latifah dengan wajah pucatnya.
Aisyah sempat terdiam sesaat, melihat wajah Latifah yang berbeda dari biasanya. Ia tidak tau ada masalah apa di antara Latifah dan ibu Rahima, tapi sepertinya masalah itu cukup berat untuk mereka.
'cukup Aisyah, jangan ikut campur masalah mereka. Kau hanya orang asing, jadi sadarilah posisimu.' batin Kisha mengingatkan.
Aisyah mengangguk pelan, lalu ia memilih untuk ke dapur dan membuatkan minum untum kedua orang itu. Setelah selesai, Aisyah langsung membawa minum itu dan memberikannya pada bu Rahima dan Latifah.
"Aisyah, makan siangnya tolong di hangatkan ya? Kita akan makan siang bersama dengan ibu." Pinta Latifah dengan senyum tipisnya.
Aisyah mengangguk lalu ia kembali menunduk dan melangkah menuju dapur, ia menghangatkan kembali masakannya yang sudah mulai dingin. Lalu menyusunnya kembali di atas meja, tidak lupa Aisyah menyiapkan alat makan untuk mereka.
Setelah semuanya selesai, Aisyah merapikan dan membersihkan dulu alat dapur yang tadi di pakainya. Lalu setelah itu ia memberitahu Latifah, jika makan siangnya sudah siap.