"Morning." Sapa Dhika begitu melihat kedua anaknya tiba di meja makan. Dia tampak tampan dengan apron yang di kenakannya.
"Eh, udah sembuh? Kok cepet?" tanya Kay dengan wajah terkejut. Dialaog kolosalnya udah ilang. Semalam aja gesreknya.
"Papa hanya pusing sedikit," jawab Dhika tenang. Dia menyajikan dua piring omelet untuk anak-anaknya.
"Morning, aku telat jawab, keduluanan Kay," ucap Kandra. Kay hanya cengir kuda mendengar itu.
Dhika mengangguk, "it's ok baby."
"I'm not a baby." protes Kand.
"Sorry, papa lupa." Dhika duduk bersama mereka dan mulai sarapan.
"Mama mana?" tanya Kand. Matanya melihat kursi yang biasanya ibunya tempati kosong.
"Masih tidur, semalam mama kerja keras hampir menjelang pagi."
"Kerja apa? kan yang kerja papa, jangan jadi pengangguran," ucap Kay. Dia nggak mau punya papa nggak kerja.
"Papa bukan pengangguran, sekali tarik napas papa bisa menghasilkan uang yang banyak."
Mata Kay berbinar, "benarkah? kalau gitu aku boleh minta di beli …."