"Saya ingin memberi kamu hunian ternyaman, saya jamin tidak ada hal seperti yang kamu pikirkan. Kita akan menetap di sini mulai semester depan."
"Saya belum siap jauh dari orangtua dan teman-teman saya. Bapak bilang akan kasi waktu buat saya mikir kan? Dan jawaban saya tidak." Cia menggigit bibir bawahnya sambil menunduk lesu.
Tubuh Dhika diam terpaku dan itu membuat Cia jadi serba salah, dia melanjutkan untuk meluruskan pernyaataannya, "bukan karena bapak kok, saya aja yang emang belum siap, selama ini saya nggak bisa jauh dari mama papa, begitupun sama Aneth dan Cecil, mustahil saya bisa langsung pindah."
"Lalu kapan kamu siap? Saat kamu selesai sekolah maka dua tahun pun berakhir dan hubungan ini mungkin selesai. Kapan saya punya kesempatan untuk menjalin hubungan yang sehat denganmu tanpa sembunyi-sembunyi? Syilla, mungkin bagimu hubungan ini tidak penting dan akan berlalu seiringnya waktu. Tapi bagi saya sebaliknya, bisakah kamu mempertimbangkan perasaan saya?"