"Oghey." Dia menunjukkan jarinya tanda ok, dengan muka ngeselin banget tapi tetap cantik.
"Oh, kita belum sepakat tata cara saling memberi kabar, jangan sampe mengganggu satu sama lain. How?" Ucapnya lagi.
"Kamu akan tetap jadi prioritas saya, kapanpun saya mau menghubungimu, kamu harus siap dan punya waktu."
"Jangan dua puluh empat jam nonstop ya? Nanti saya muak. Kalau bisa seminggu dua kali biar rindunya berasa."
Dhika meletakkan garpu dan pisau, dia menyeka mulutnya lalu menatap lamat Cia, "dua kali seminggu? Kalau makan hanya seminggu dua kali kamu tahan?" tanya tenang.
Cia menggeleng, "ya nggak lah, bisa almarhumah dini saya, kenapa em--"
Dhika langsung memotong, "begitipun saya, bisa mati kalau di beri waktu seminggu dua sekali."
Pipi Cia merona, dia tersipu tubuhnya uget-uget kayak ulet, tepatnya kayak orang kesurupan. Jijik banget liatnya, untung orang nggak meratiin.