"Kakek menikahkan kita karena perjanjian gilanya dengan kakekmu, di tambah lagi kakek ingin aku kembali waras. Mereka merasa kita cocok, tidak ada perjanjian bisnis di dalamnya."
"Aku yang hampir gila karena pernikahan ini. Aku nggak bisa bayangin gimana akhirnya kita bertahan dengan pernikahan ini kalo nggak saling cinta meski udah berusaha."
"Perjanjiannya aku akan membebaskanmu dari pernikahan ini tapi, pada kenyataannya Tuhan memberikan rasa pada kita."
"Kalo ngomong sweetnya minta ampun." Goda Cia dengan senyuman manisnya.
"Aku bicara apa adanya. Aku ingin jujur tentang sesuatu."
"Apa?" tanya Cia curiga.
"Janji dulu jangan marah," ucap Dhika dengan menatap intens mata indah istrinya.
"Nggak! Sikap aku tergantung kejujuranmu, udah cepetan jangan buat aku ifeel." Tuntut Cia nggak sabar.
Dhika ngangguk, "lagipula kamu mau tidak mau akan menerima dan memaafkannya."
"Udah cepet, apa?" Makin curiga Cia kalo di giniin.