Reflek, Maya memegangi rambutnya. Cecil mengangguk, "bonus giginya juga." Tawa pun pecah. Sedangkan Maya merinding takut dengan ucapan Cecil.
Cia menatap tajam Maya, "bukan berarti gue pergi lo, bisa seenak udel lo yang bau itu." Muka Maya merah padam di hina Cia. Dia marah dan malu, ngelirik sahabatnya satupun nggak ada yang niat bantu. Sial.
"Sudah ..., sudah ..., sekarang kembali ke tempat duduk masing-masing, kita harus belajar." Pak Ramlan memperingatkan. Semua murid mengangguk patuh.
Kabar Cia bakal pindah sudah pasti menjadi topik di kalangan siswa dan guru. Mereka menilai ini satu keberuntungan buat Cia. Di antara seluruh siswa yang berprestasi, gadis itu yang terpilih.
Kalo gini wajar nggak sih iri sama Cia? Gadis itu selalu aja dapat apa yang cewek-cewek impikan. Wajah cantik, body bagus, sifat menarik, finansial mendukung, anak tunggal dari orang no dua terkaya di Indo, dan otak yang sangat cerdas, lengkap sudah kan? Nggak ada yang minus satupun.