"Bisa masuk kandang lawan jangan bangga dulu, bapak nggak tau aja kekuatan apa yang lawan bapak punya." Dengan yakin Cia mengucapkan itu padahal hatinya gugup karena tatapan intens Dhika yang dalam banget, bisa kehabisan oksigen kalau gini terus.
"Dan saya akan tetap keluar sebagai pemenang." Sahut Dhika yakin. Dia tidak akan mau melepas Cia buat laki-laki lain.
"Ngeri juga ya?" Cicit Cia.
Dhika mengangkat dagu Cia lalu berkata, "seorang pejuang pantang pergi tanpa membawa kemenangan. Ingat itu." Jantung Cia berdebar, rasanya lebih takut dari jumpa psiko atau nonton horor dan thiller.
"Kok merinding saya dengarnya?"
"Karena ucapan saya yakin tanpa keraguan." Setelah itu mereka ciuman kembali.
Ah, Cia nggak mampu ngitung lagi udah berapa kali dia ciuman sama Dhika. Selama di Amerika aja dia lebih dari lima kali kayaknya, pantang ngomong cipoan, pantang ada moment cipoan, mana nggak bisa nolak, kayak gini serba salah.