"Wah, ini indah sekali, ini seperti sebuah taman yang terkenal di Dubai, Dubai Miracle Garden tapi ini terlihat jauh lebih indah lagi" gumam seorang pria menatap hamparan bunga-bunga indah warna warni di bawah Kakinya.
Ia tampak tersenyum sumringah melihat pemandangan menakjubkan di hadapannya ia bahkan menarik napas berkali-kali untuk menikmati wangi semerbak dari ribuan bunga di hadapannya. Wangi yang jauh lebih harum dari parfum termahal milik salah satu brand terkenal dunia yang di populerkan oleh Lisa Blackpink
Saat mengedarkan pandangannya kesekeliling taman tampa sadar ia pandangannya terkunci pada seorang gadis yang berdiri tepat di sebrang hamparan bunga yang luas ada seorang wanita yang berdiri dengan anggun gaunnya berkibar mengikuti arah angin, posisi mereka saling berhadapan satu sama dengan yang lain.
"Siapa wanita itu dia sangat cantik dari jarak sejauh ini saja ia terlihat cantik apalagi jika dekat?" Tanya pria itu sembari menyipitkan matanya untuk memperjelas pandanganya sembari memegang dadanya yang mulai bergemuruh tak karuan kala ia menatap mata indah wanita itu.
"Aku seperti merasa Dejavu saat melihatnya tapi dimana ?" Tanya Pria itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal
"Bukan hanya Dejavu tapi aku merasa sangat mengenalnya namun kenapa namanya bahkan tidak ada dalam ingatan ku, aku sama sekali tidak bisa mengingat nya, apa aku amnesia ?" ucap pria itu memukul kepalanya berharap ingatannya tentang wanita itu muncul namun nihil berkali-kali ia memukul kepalanya sampai kepalanya terasa sakit ingatan tentang wanita itu tak kunjung datang.
Sang pria menatap ke arah wanita di depannya dengan tatapan bingung seolah meminta sebuah penjelasan, dia tampak tidak mengerti apa yang tengah terjadi pada mereka berbeda dengan wanita di hadapannya yang terlihat tenang dan menatap dalam tepat ke manik mata sang pria dengan tatapan hangat serta senyuman lembut menghiasi wajahnya terlihat bahwa ia mengenali pria di hadapannya.
Mereka hanya diam tanpa berbicara sepatah katapun hanya saling memandang. Tanpa ada satupun yang berniat memulai percakapan terlebih dahulu. Hingga tubuh sang wanita tiba-tiba bergetar hebat terlihat sangat kesakitan dan tubuhnya pun perlahan-lahan mulai berubah transparan.
"Tolong aku!.."
"Ku mohon tolong aku!" Rintih wanita tersebut kesakitan wajah cantiknya berlinang air mata.
Sang pria yang menatap wanita itu dari kejauhan juga merasakan sesak di dadanya seperti tubuh keduanya saling berbagi rasa sakit dengan langkah tertatih ia menuruni bukit tempatnya berdiri untuk menolong wanita itu
"Hey, apa yang terjadi pada mu ?" Tanya pria itu setengah berteriak agar suaranya sampai ke wanita di seberangnya.
"Kamu kenapa ?" Ulangnya saat melihat wanita itu bukannya menjawab pertanyaan nya malah terlihat semakin kesakitan, tubuhnya bergetar hebat dan darah bahkan mulai mengalir dari kedua matanya yang membuat pria itu semakin panik.
"Ahh..." Pekik wanita itu semakin kesakitan kala darah mengucur semakin deras dari kedua matanya.
"Bertahanlah.. aku akan datang menolong" teriaknya saat melihat wanita itu terus menerus kesakitan dan tubuhnya samar-samar sudah mulai tak terlihat lagi.
"Aku akan datang menolong mu, jadi kumohon bertahanlah" ucapnya sembari berusaha berjalan dengan sekuat tenaga melawan sesuatu tak kasat mata yang menahan pergerakan kakinya.
"Tolong aku, sakit" rintih wanita itu tanpa henti yang membuat pria itu semakin panik
"Ugghhh,,, aku mohon jangan,"
"Jangan...Jangan tinggalkan aku, Sakiiitt"
"Jangan pergi ku mohon, " racau seorang pria dalam tidurnya.
"Tidak...tidak... jangan pergi," teriak pria itu tersentak terbangun dari tidurnya, ia terduduk dengan napas ngos-ngosan dan tubuhnya di banjiri peluh serta wajah yang pucat pasi
Seorang pria terduduk seketika terbangun dari tidurnya, keringat membanjiri seluruh tubuhnya dengan nafas tak beraturan dan matanya menatap nanar kesekeliling kamar miliknya.
Ia perlahan-lahan menggeser tubuhnya bersender pada sandaran kasur, menutup kedua matanya sembari mengatur deru nafasnya yang memburu tampak beberapa kali ia menarik nafas dan menghembuskan nafas secara perlahan sampai ia merasa sedikit rileks.
"Mimpi itu datang lagi.. lagi ... Dan lagi, kenapa mimpi itu terus berulang, ini sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu namun tahun ini mimpi itu datang lebih intens. Aku tidak mengerti apa yang terjadi dengan wanita itu sehingga ia berulang kali muncul di mimpi ku memohon pertolongan, aku bahkan tidak mengenalnya. Oh.. Tuhan apa maksud dari mimpi ini tolong beritahu aku, kenapa setiap kali ia datang terlihat semakin kesakitan, dulu ia hanya menatap ku tanpa kata lalu tak lama ia datang lagi dengan senyuman, dua tahun lalu ia datang sembari melambaikan tangannya tampak begitu bahagia namun kenapa tahun ini dia datang semakin intens dengan wajah terluka terlihat jelas kalau ia tengah menderita, apa yang sebenarnya terjadi" gumam Sean dengan wajah lelah.
"Apa dia gadis yang di ceritakan kakek ?, bukan kah 1 tahun lagi perburuan itu di mulai, kenapa sekarang malah datang bahkan hampir setiap kali aku tidur, kamu selalu datang di mimpiku, apa yang sebenarnya tengah terjadi pada mu ?, Penderitaan apa yang tengah kau alami?" Rentetan pertanyaan berputar di benak Sean, ia terlihat bingung sembari mengacak-acak rambutnya frustasi dengan mimpi yang kerap kali menghampiri kala ia terlelap.
Tanpa Sean sadari, di samping gorden jendela kamarnya berdiri seorang kakek tua dengan jubah berwarna keperakan dengan rambut putih panjang bergerak tidak karuan seperti terkena hembusan angin kencang sehingga sebagian wajahnya tertutup oleh rambut ia tampak menggunakan sebuah tongkat yang memiliki ukiran yang rumit untuk menopang tubuhnya yang terlihat begitu lemah agar tidak ikut tertiup angin, ia menatap Sean yang terlihat begitu frustasi dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Maafkan aku, Aku tau apa yang aku lakukan menyakiti mu Nak, kamu bahkan hampir tidak bisa tidur setiap malam karena ku namun tak ada yang bisa ku lakukan selain menggunakan cara ini untuk memberitahu mu, aku harap kamu segera memahami petunjuk yang ku berikan Nak, aku tidak ingin kamu hidup dan bahkan mati dengan penuh penyesalan seperti ku" gumam Pria tua itu lirih berharap Sean bisa mendengar ucapannya namun nihil sebelum suaranya sampai di telinga Sean, suaranya lebih dulu di bawa pergi oleh angin. Lalu tubuh kakek tua itu perlahan-lahan mulai pudar terbawa oleh kabut putih yang datang bersama dengan angin malam.
Drrrrrrr...drrrr.... Bunyi Handphone yang membuat Sean seketika tersadar dari lamunannya.
Sean menoleh ke arah handphone yang berada diatas nakas samping tempat tidur, Ia mencoba meraihnya dengan setengah hati, tidak sedikitpun berniat untuk mengubah posisi berbaringnya,
Setelah berhasil meraih Handphonenya, Sean melihat ke arah layar Hp untuk melihat siapa yang berani menelponnya tengah malam begini dan menganggu waktu istirahatnya.