Sektor Utara, Jalan Aulka.
Kapusky Reid sedang duduk di kursi malas di ruang kegiatannya, tenggelam dalam pikirannya. Di hadapannya terdapat sebuah perapian yang menyala dengan menggunakan arang.
Sebagai seorang pengajar senior di sekolah umum, dia menerima gaji lebih dari empat pound per minggu, yang cukup bagi seorang bujangan seperti dirinya untuk hidup dengan cukup baik, namun pada pakaian yang dikenakannya di rumah terdapat tambalan, dan cangkir-cangkir teh di atas mejanya tampak sangat sederhana.
Tanpa melepas wignya, hal yang paling mencolok dari Kapusky adalah tulang pipinya yang tinggi dan dadanya yang menonjol — sebuah cacat di mana tulang dadanya menonjol keluar.
Di atas lututnya terdapat sebuah buku puisi dalam Bahasa Feysac kuno, namun dia belum membalik satu halaman pun setelah beberapa waktu berlalu.
Mata Kapusky tidak fokus, dia menatap dengan kosong ketika dia tiba-tiba mendengar sebuah suara pelan di telinganya.