"Sekarang katakan. Siapa perempuan yang kamu temui semalam di café dan kamu temui pagi ini di taman? Dan kenapa kamu bohong sama aku?" Tanya Renata
"Bagaimana kamu bisa tahu?" Tanya Haikal balik
"Tidak penting aku tahu darimana. Sekarang kamu jawab saja pertanyaanku." Sahut Renata
"Dia adalah Vannia Callisa. Kekasihku empat tahun lalu. Kami menjalin hubungan selama dua tahun, lalu dia pindah dan kami memutuskan untuk menjalin hubungan jarak jauh. Tapi setelah dua tahun kami menjalankan hubungan jarak jauh, Vannia tiba-tiba saja tidak bisa dihubungi. Kami lost contact selama empat tahun. Aku pikir hubungan kami sudah berakhir sejak kami lost contact, tapi ternyata tidak. Vannia juga tidak pernah mengatakan kalau dia akan kembali ke Swiss. Jadi aku berpikiran hubungan kami benar-benar berakhir.
Tapi saat tadi dia mengatakan orangtuanya meminta kami melanjutkan hubungan menjadi lebih serius lagi, aku akhirnya jujur sama dia kalau aku sudah memiliki tunangan. Dia langsung memutuskan hubungan kami dan meninggalkanku." Jelas Haikal
Renata terdiam. Dia jadi teringat beberapa foto yang dia dapatkan tadi siang. Ternyata saat itu Haikal sedang memutuskan hubungannya dengan perempuan yang bernama Vannia itu.
"Apa kau menyesal sudah putus dengannya?" Tanya Renata
"Kenapa memangnya aku harus menyesal?" Tanya Haikal balik
"Kalian sudah cukup lama menjalin hubungan, apa kamu tidak merasa kecewa atau sedih?" Tanya Renata lagi
"Tidak. Untuk apa aku sedih? Aku sudah memilikimu. Tidak ada alasan untukku bersedih." Sahut Haikal
Renata tersenyum mendengarnya. Dia senang Haikal lebih memilihnya ketimbang mantan kekasihnya itu.
*****
Hari ini adalah hari terakhir turun kuliah. Mereka akan turun sekitar lima bulan lagi untuk pergantian semester. Beberapa hari yang lalu mereka sudah melakukan ujian dan hari ini adalah hari terakhir ujian. Seperti biasa, hari ini juga pulang siang. Anita sudah dijemput oleh supirnya dan Renata sedang bersama Haikal. Mereka ingin jalan-jalan sebentar sebelum pulang.
Saat hari sudah menunjukkan pukul lima sore, Haikal mengantar Renata untuk pulang.
"Mau mampir dulu?" Tawar Renata
"Nanti aja. Aku mau langsung pulang. Mama pengen aku cepet pulang soalnya." Sahut Haikal
"Ya sudah. Hati-hati ya." Ucap Renata
Setelah kepergian Haikal, barulah Renata memasuki rumahnya.
"Nata, nanti jam tujuh malam kamu ikut kami ya." Ucap Ibunya dari tangga hendak turun
"Ikut kemana, Ma?" Tanya Renata bingung
"Ke pesta perusahaan milik rekan kerja Papamu. Jadi kita sekeluarga diundang." Sahut Ibunya
"Oke, sekarang Nata mau membersihkan diri dulu." Sahut Renata
Lalu dia pergi menuju kamarnya.
*****
At 07.00 pm
Sekarang jam sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Renata dan kedua orangtuanya sudah tiba di hotel tempat pesta itu berlangsung.
"Kamu ambil makan atau minum gih sana. Mama sama Papa mau ngobrol dulu sebentar dengan rekan kerja Papamu." Ucap Mamanya
"Oke, Ma." Sahut Renata lalu berlalu menuju meja panjang penuh dengan makanan
Renata mengambil sepiring kue red velvet dan membawanya ketempat dimana kedua orangtuanya ngobrol. Dia menikmati kue itu dengan nikmat. Setelah kue itu habis, Renata berniat untuk mengambil minum. Tapi saat dia berada di meja khusus minuman, dia bingung karena minumannya memiliki beberapa warna. Ada yang putih bening seperti air putih, ada yang warna merah, ada yang warna biru, ada yang warna kuning, ada yang warnanya ungu, dan ada juga yang warnanya campur.
Renata yang bingung mau minum air yang mana, akhirnya dia memilih air yang warnanya ungu seperti anggur. Renata pikir, mungkin ini adalah air dengan perisa anggur.
Tepat saat Renata mau meminum air itu, tiba-tiba saja ada tangan yang mencegah Renata untuk minum.
"Om Marcell." Ucap Renata saat tahu siapa yang menghentikannya untuk minum
"Kamu tahu air apa yang kamu minum sekarang?" Tanya orang yang dipanggil Marcell itu
Renata menggelengkan kepalanya, "tidak." Sahutnya
"Ini adalah wine. Kamu bisa mabuk jika meminum ini." Sahut Marcell
Renata yang mendengar itu terkejut. Untung saja dia tidak jadi minum. Kalau tidak, habis sudah dia ditangan kedua orangtuanya.
"Maaf, om. Rena nggak tahu kalau minuman itu ada alkoholnya." Sahut Renata
"Tidak apa. Lain kali hati-hati ya dalam memilih minuman." Sahutnya
Laki-laki itu lalu mengambilkan satu minuman yang aman untuk Renata.
"Kamu minum ini aja. Ini adalah soda." Ucapnya sambil menyerahkan minuman berwarna putih
Renata menerimanya, "terimakasih, om." Sahut Renata
"Iya, sama-sama." Sahutnya
"Oh iya, Nita mana, om?" Tanya Renata yang tidak melihat keberadaan Anita
"Dia tidak mau ikut. Katanya acara ini membosankan." Sahutnya
"Begitu." Sahut Renata pelan
"Marcell." Panggil seseorang dari belakang
"Samuel." Sahutnya sambil tersenyum
Mereka berdua berpelukan.
"Kenalin ini Renata anakku." Ucap Ayahnya
Ya, orang yang menghampiri mereka itu adalah orangtuanya.
"Udah tahu kok. Dia adalah sahabat masa kecil putriku." Sahut Marcell
"Baguslah kalau sudah tahu. Jadi, bagaimana? Kamu masih butuh sekretaris pengganti?" Tanya Ayahnya
"Iya. Hanya sampai sekretarisku yang sekarang bisa masuk kerja lagi." Sahut Marcell
"Bagaimana kalau Renata saja?" Tanya Samuel
"Emangnya dia mau kerja?" Tanya Marcell
"Mau! Renata mau kerja. Renata mau cari pengalaman kerja." Sahut Renata cepat
"Tuh kamu dengar sendiri anaknya ngomong apa." Sahut Samuel
"Kenapa kamu tidak cari pengalaman kerja di perusahaan Ayahmu saja?" Tanya Marcell
"Renata mau cari pengalaman kerja ditempat lain dulu, om. Setelah ada pengalaman dari tempat kerja lain, baru Renata boleh kerja di perusahaan Ayah." Sahut Renata
"Iya, itu tantangan dari saya. Saya ingin dia kerja ditempat lain dulu baru di tempat Ayahnya." Sahut Ibunya
"Baiklah. Kamu boleh datang hari Senin ke perusahaan saya. Sekretaris saya akan mengajarkanmu beberapa hal sebelum dia ambil cuti." Sahut Marcell
"Baik. Terimakasih banyak, om Marcell." Sahut Renata senang
*****
Pagi-pagi sekali Renata sudah siap dengan pakaian trainingnya. Hari ini Anita mengajaknya lari pagi disekitar taman kota. Renata sendiri juga bingung kenapa Anita tiba-tiba mengajaknya untuk lari pagi, padahal sebelumnya dia tidak pernah mengajaknya untuk lari pagi.
Anita yang sudah tiba di depan rumah Renata, langsung menghubungi Renata untuk segera keluar. Setelah Renata keluar, barulah mereka lari kecil menuju taman kota yang tidak jauh dari rumah Renata.
"Tumben sekali kamu mengajakku lari pagi." Ucap Renata
"Sekali-sekali apa salahnya? Lagian aku bosan mendengar Ibuku terus mengeluh berat badanku bertambah." Sahut Anita menggerutu
Renata tertawa mendengarnya. "Kalau dipikir-pikir Ibumu ada benarnya juga." Sahut Renata bercanda
"Jadi menurutmu aku gendut?!" Kesal Anita
"Iya." Sahut Renata santai
"Sialan. Sini kamu aku jadikan perkedel biar tahu rasa!" Kesal Anita karena dikatain gendut
Renata langsung berlari menghindari amukan Anita.
Tapi tiba-tiba saja langkahnya terhenti ketika melihat seorang pemuda yang sangat dia kenal bersama dengan seorang perempuan cantik.
"Kamu kenapa?" Tanya Anita mengerutkan keningnya
"Haikal." Ucap Renata
"Haikal? Mana Haikal?" Tanya Anita berputar untuk mencari keberadaan pemuda itu
Tangan Renata menunjuk kearah depan. Mata Anita melotot ketika melihat Haikal tengah berciuman dengan seorang perempuan dibawah pohon.
Anita reflek menoleh kearah Renata, "Re-Rena." Ucapnya terbata
Airmata Renata turun begitu saja. Hatinya benar-benar sakit saat melihat langsung kekasihnya tengah berciuman dengan mantan kekasihnya.
Renata yang tidak tahan berlama-lama menyaksikan adegan ciuman kekasihnya dengan mantannya langsung pergi dari sana. Renata berlari meninggalkan taman itu tanpa menyadari ada seseorang yang menatap kepergiannya dengan senyuman puas, karena berhasil membuat Renata melihat adegan ciuman itu.
"Kena juga kamu." Ucapnya pelan sambil menyunggingkan smirknya