Selama beberapa hari Anita tinggal di sana, dia belum pernah bertemu dengan Haikal lagi. Haikal bilang jika rumahnya disekitar sini. Tapi Anita sama sekali belum menemukan keberadaannya. Bahkan Anita setiap hari pergi ke lapangan luas tempatnya bertemu dengan Haikal pertama kali. Anita selalu berada di hamparan itu dari pagi sampai sore. Tapi dia tidak bertemu juga dengan Haikal.
Seperti sekarang, Anita sedang berada di lapangan yang luas dan ini sudah jam lima sore. Anita menghembuskan nafasnya, mungkin Haikal tidak ada hari ini. Begitulah pikiran Anita. Tapi baru saja Anita mau pergi, dia melihat Haikal yang baru datang. Anita tersenyum melihat kedatangan Haikal.
"Hai." Sapa Anita
"Hai." Sahut Haikal acuh
Dia berjalan melewati Anita dan duduk di dekat pohon sambil melakukan sesuatu. Anita yang tadinya berniat pergi, tidak jadi dan melihat apa yang dilakukan Haikal.
"What are you doing?" Tanya Anita
"Drawing." Sahut Haikal singkat
Anita diam dan hanya memperhatikan Haikal menggambar. Dia tidak tahu siapa yang dia gambar, tapi sepertinya seorang perempuan. Perempuan muda. Apakah itu adiknya?
"She is beautiful." Ucap Anita memperhatikan seseorang yang digambar oleh Haikal
"Of Course." Sahut Haikal
"Who's she? your little sister?" Tanya Anita
"My fiance." Sahut Haikal
Mendengar itu Anita sontak terkejut. Dia tidak menyangka jika orang yang dia cintai sudah memiliki tunangan.
"Oh, I see." Sahut Anita pelan
Anita terdiam dan hanya memperhatikan Haikal yang terus menggambar sosok perempuan yang dia cintai. Bahkan Anita baru sadar jika dijari manis pemuda itu tersemat sebuah cincin yang sangat indah. Hati Anita seketika langsung sakit.
"Then I'll go home first." Ucap Anita
"Hm." Sahut Haikal
Anita langsung berdiri dan pergi meninggalkan Haikal sendirian di lapangan yang luas itu.
Sepanjang perjalanan dia terus teringat apa yang dikatakan oleh Haikal.
"Sayang sekali ya." Ucap Anita pelan sambil tertawa pelan
Dia merasa kasihan dengan dirinya sendiri. Sejak dulu dia tidak pernah jatuh cinta. Tapi sekali jatuh cinta, malah punya tunangan.
*****
Sementara ditempat lain...
"Aku ingin kita mengakhiri hubungan kita." Ucapnya
Nana yang terkejut mendengar ucapan Dimas langsung meoleh dan menatap pemuda di sampingnya tidak percaya.
"Apa ini karena kak Nata?" Tanya Nana
Pemuda yang bernama Dimas itu hanya diam sambil menundukkan kepalanya.
Saat ini Dimas dan Nana sedang berada di taman. Dimas yang mengajak Nana keluar, katanya ada yang ingin dia bicarakan.
"Aku tidak bisa membohongi perasaanku lagi. Aku juga tidak mau menyakitimu semakin jauh. Aku tahu aku salah, aku menjadikanmu pelarian dari rasa sakit hatiku pada Nata. Harusnya aku tidak seperti itu." Ucap seseorang yang bernama Dimas itu
"Bukankah sejak dulu aku sudah bilang? Kau boleh menjadikanku pelampiasanmu, pelarianmu, atau apapun itu. Saat aku bilang ingin menjadi penyembuhmu, maka saat itu juga aku siap kamu sakiti." Sahut Nana
Dimas menoleh pada Nana dan menatapnya dalam. Dia mengambil tangan Nana untuk di genggam.
"Kamu pantas untuk bahagia. Carilah laki-laki lain yang bisa membuatmu bahagia dan mencintaimu dengan tulus. Jika kamu masih bertahan disisiku, kamu tidak akan pernah mendapatkan itu." Ucapnya
Airmata Nana langsung turun membasahi pipinya.
"Sejak dulu aku tidak mengerti. Apa yang membuatmu begitu mencintai kak Nata? Kamu yang lebih dulu menyakitinya tapi sekarang kamu juga yang tidak bisa melupakannya. Kamu juga menolakku sebagai penyembuh lukamu. Aku benar-benar tidak mengerti." Sahutnya dengan airmata yang mengalir deras
"Penyesalan terbesarku adalah menyakiti Nata. Aku sadar harusnya Nata adalah yang terbaik. Tapi dengan bodohnya aku menyakitinya. Aku benar-benar menyesal." Sahut Dimas sedih
"Lalu kenapa kamu menolakku?" Tanya Nana
"Aku hanya ingin berjuang sekali lagi. Jika aku masih tidak bisa merebutnya dari kekasihnya, maka aku akan pergi jauh." Sahut Dimas
"Kau tidak menginginkanku?" Tanya Nana
"Maafkan aku." Sahut Dimas
Tangis Nana terdengar semakin jelas. Hatinya benar-benar sakit ketika laki-laki yang kau cintai tidak menginginkanmu.
"Ternyata sesakit ini ya tidak diinginkan." Ucap Nana
"Sekali lagi maafkan aku. Semoga kamu bisa menemukan seseorang yang mencintaimu." Sahut Dimas
Lalu dia beranjak dari duduknya dan meninggalkan Nana sendirian ditaman itu.
Tangisan Nana semakin menjadi ketika Dimas meninggalkannya. Baru semalam Dimas berjanji untuk menikahinya, tapi sekarang Dimas pergi meninggalkannya.
Dia tidak tahu harus menyalahkan siapa. Kakaknya atau dirinya yang terlalu bodoh.
Sementara itu...
Renata saat ini berada dikamar adiknya. Dia terus melihat kearah luar jendela dengan perasaan cemas dan khawatir. Ini sudah mau hujan, tapi adiknya belum juga kembali.
"Nana... kamu dimana?" Tanyanya pelan entah pada siapa
Melihat rintik-rintik hujan turun membuat Renata semakin cemas. Dia langsung mengambil payung dan berlari keluar rumahnya. Dia pergi ke taman yang tidak jauh dari rumahnya. Taman itu sudah sepi. Renata berkeliling taman itu untuk mencari adiknya. Setelah berkeliling, akhirnya dia menemukan adiknya yang berdiri di atas jembatan kecil dan menatap kearah kolam yang berisikan ikan-ikan kecil.
Renata berjalan menghampiri adiknya dan memayunginya.
"Ini sudah hujan. Kenapa kamu belum kembali?" Tanya Renata
Nana hanya diam. Dia tidak menjawab pertanyaan kakaknya.
"Nana." Panggil Renata
"Kenapa kakak harus bertunangan dengan kak Haikal? Kenapa kakak tidak kembali saja pada kak Dimas? Dia sepertinya sangat mencintaimu." Ucap Nana setelah keterdiamannya
"Apakah dia menyakitimu?" Tanya Renata
"Dia tidak pernah menyakitiku. Tapi akulah yang menyakiti diriku sendiri. Harusnya aku sadar, tidak diinginkan akan terasa lebih sakit dibandingkan mendapat penolakan darinya." Sahutnya
"Menyerahlah kalau begitu." Ucap Renata
"Aku tidak bisa. Aku begitu mencintainya." Sahutnya
"Tapi dia sudah menyakitimu." Sahut Renata
"Aku tahu." Sahutnya
Renata terdiam. Dia menatap sendu adiknya.
"Ayo kita pulang." Ajak Renata
"Aku masih mau di sini." Sahutnya
"Baiklah. Pegang payung ini. Aku pulang duluan." Sahut Renata memberikan payung yang dia bawa pada adiknya
Sebelum benar-benar pergi, Renata berhenti dan mengatakan sesuatu.
"Ingat pesanku padam malam ini, jangan pernah memberikan hatimu pada laki-laki yang tidak menginginkanmu. Itu hanya akan menyakiti dirimu sendiri. Dia bukan hanya menolakmu dari hidupnya, tapi juga tidak mencintaimu. Akan lebih baik kamu mencari seseorang yang tulus mencintaimu. Buka matamu, maka kamu akan menemukan orang itu." Ucap Renata lalu dia benar-benar pergi meninggalkan adiknya sendirian di taman itu
Nana terdiam. Apa maksud kakaknya?
*****
"Bunda."
"Hm."
"Bunda ingat dengan pemuda yang aku ceritakan waktu itu?"
"Iya. Kenapa?"
"Dia sudah punya tunangan."
"Lalu?"
"Bagaimana pendapat Bunda? Apakah aku harus menyerah?"
"Jika kamu benar-benar mencintainya, maka kejar dia dan berjuanglah untuknya. Hati manusia itu tidak ada yang tahu. Siapa tahu dengan kau berjuang untuknya, hatinya jadi terbuka dan berubah menjadi mencintaimu."
"Tapi bukankah itu akan terlihat jahat?"
"Tidak sama sekali. Selagi mereka belum menikah, maka kau bisa merebutnya kapanpun."
Mendengar ucapan Ibunya membuat membuat Anita sedikit ragu. Apakah dia harus mengikuti saran Ibunya? Ataukah dia mundur dari perasaannya?