Selamat Membaca bolo💖
"Amanda!" Seruan dari bosku menyentakku dari lamunanku.
Modar aku!!!
"I-iya Pak?" sahutku terbata karena ketahuan sedang melamun.
"Dia yang akan membantu kamu," ucapnya tanpa malu karena bermesraan dengan salah satu karyawannya. Apa itu hal biasa baginya? Ya, Allah ... kuatkanlah hamba karena harus bekerja dengan bos semesum dia. Jangan biarkan hamba sama gilanya dengannya.
"Baik, Pak," sahutku berusaha bersikap profesional.
"Kamu tidak tanya dia siapa?" tanyanya lagi. Memang kenapa aku harus bertanya siapa wanita itu? Sudah jelas wanita itu selingkuhan pak bos. Apa lagi yang harus aku tahu?
"Apa harus?" tanyaku akhirnya karena bingung dengan motif pertanyaannya.
"Biasanya para wanita kan sukanya kepo," jawabnya dengan sebelas alis kembali terangkat. Kenapa kalau dia yang melakukannya jadi begitu memukau ya?
Ya Allah ... sadar Manda ... sadar ... berusahalah tetap waras.
"Maaf pak, tapi saya tidak suka ikut campur dengan urusan orang lain."
"Tuh beb, dia aja biasa aja. Kita ke kamar yuk. Aku sudah nggak sabar nih. kangen sama junior kamu," goda wanita yang masih setia duduk di pangkuan pak bos dan dengan tak tahu malunya membelai mesra dada bidang Pak Ryo yang entah sejak kapan beberapa kancingnya terbuka hingga memamerkan dada bidangnya. Uhhh ... jadi pengin khilaf.
"Hentikan Marylin, aku memanggilmu ke sini karena ingin kamu mengajari apa saja yang harus dikerjakan oleh Amanda," sentak pak Ryo terlihat tak menanggapi rayuan dari wanita cantik tadi yang ternyata bernama Marylin. Apa wanita itu yang akan menjadi mentorku?
"Ck, istrimu itu memang selalu semaunya. Kenapa harus merekrut sekretaris yang tidak berpengalaman seperti dia. Biar aku saja yang menjadi sekretarismu," sahut Marylin dengan wajah tak sukanya.
"Dia kan sudah tahu siapa kamu. Lagipula harusnya kamu sadar diri siapa dirimu." Nada datar terdengar di telingaku. Aku menatap ke arah bosku itu. Ternyata dia juga tengah memperhatikanku. Apa sedari tadi dia memperhatikanku? Aneh.
"Maksud kamu apa beb?" tanya Marylin dengan ekspresi terluka.
"Bangun!" titah pak Ryo dingin. Entah kemana bos mesum tadi? Dengan wajah seputih kertas, Marylin bangkit dari pangkuan pak Ryo dengan raut wajah kecewa. Berbeda sekali dengan wajahnya kala memasuki ruangan ini.
Poor Marylin.
"Lakukan tugasmu dengan baik. Ajari dia hingga dia mengerti. Aku mau dia sudah bisa bekerja dengan maksimal besok." Setelah mengatakan hal itu lelaki mesum yang berubah sedatar papan penggilasan berlalu meninggalkan ruangannya. Entah dia mau kemana?
Apa aku harus bertanya, ke mana dia akan pergi?
"Bapak mau pergi ke mana?" tanyaku akhirnya karena kurasa itu salah satu tugas seorang sekretaris yang baik. Dia berbalik dan menatapku dengan raut wajah tak terbaca. Dia ini seperti bunglon, berubah tanpa aku tahu isi hatinya.
"Kenapa kamu kepo? Tadi katanya kamu tak suka ikut campur urusan orang lain?" tanyanya dengan kening berkerut. Kenapa dengan keningnya yang seperti itu membuatnya tampak kian tampan sih?
"Maaf kalau bapak tidak berkenan. Tapi karena saya sedang bekerja jadi saya perlu tau bapak pergi ke mana. Takutnya nanti ada orang yang mencari bapak dan saya akan terlihat tidak profesional jika tidak mengetahui ke mana bapak pergi," sahutku berusaha setenang mungkin, apalagi melihatnya melangkah kian mendekatiku. Jantungku berdetak kian kencang. Aroma parfum mahal mulai mengenai indra penciumanku membuat syarafku berdesir aneh.
Dia mendekatkan bibirnya di telingaku hingga bisa kurasakan helaan nafasnya yang beraroma mint. Tanpa sadar aku menahan nafas.
"Mau menuntaskan hasratku, mau membantuku?" bisiknya tepat di telingaku dan dengan nakalnya dia menjilati cuping telingaku. Membuatku terpaku. Mataku membola dan gelenyar aneh kian merayapi setiap sel dalam tubuhku. Reaksi tubuhku kenapa seperti ini?
Aku hanya bisa menunduk salah tingkah hingga dia kembali memutar tubuh dan berlalu dari ruangannya. Entah dia mau menuntaskan hasratnya di mana dan dengan siapa. Apa perduliku?
Tak seharusnya aku ikut campur, bukan?
"Jangan pernah berani menggodanya! Dia milikku!" geram Marylin setelah sosok pak Ryo tak nampak lagi.
Ish bisa-bisanya dia mengancamku, dia pikir dia istrinya pak Ryo, batinku geram.
"Maaf Bu Marylin, saya datang ke kantor ini dengan tujuan bekerja. Tak ada niat saya untuk menggoda bos saya," sahutku berusahya menahan diri dari memakinya balik.
"Halah, dasar munafik. Dulu sekretaris Pak Ryo sebelum kamu juga berkata seperti itu. Tapi ketahuan oleh istri Pak Ryo sendiri sedang menggodanya. Makanya langsung dipecat detik itu juga." Suatu fakta yang memang sudah aku dengar dari Wulan.
"Maaf, Bu. Apa bisa kita langsung memperlajari apa yang harus saya kerjakan? Karena saya tidak suka mendengar gosip yang beredar di kantor ini." Marylin menatapku tak percaya. Namun, tak lama dia langsung mengajariku tanpa menyinggung lagi hal yang berhubungan dengan Pak Ryo ataupun wanita yang ada di sekelilingnya.
***
Waktu sudah menunjukkan jam kerja telah usai. Aku bergegas untuk membereskan beberapa dokumen yang sudah aku kerjakan. Aku bersyukur, meskipun Marylin adalah sosok wanita penggoda. Akan tetapi, dia juga sangat cekatan dalam mengajariku beberapa pekerjaan. Dia juga memberitahuku apa saja kesukaan dan ketidaksukaan pak Ryo. Dan aku berusaha mengingat dan mencatat segala sesuatu yang aku rasa penting.
Ngomong-ngomong soal Pak Ryo, sejak dia pergi tadi pagi dia tak juga kunjung kembali. Entah kenapa? Apa karena dia merasa aku masih harus belajar dan tidak memungkinkan untuk memulai pekerjaan hari ini jadi dia memutuskan untuk bersenang-senang. Dengan menyewa banyak wanita penghibur barangkali. Entahlah ... aku juga tak perduli apa yang dikerjakannya di luar sana.
Bagiku, dia sama saja dengan suamiku. Tukang selingkuh. Dan aku tidak berharap bisa dekat dengan orang semacam itu. Bagaimana sebuah pernikahan laksana permainan? Apa yang orang-orang seperti suami dan bosku itu cari sebenarnya? Kenapa mereka memilih menikahi wanita yang sama sekali tidak dicintai? Benarkah bosku tidak mencintai istrinya seperti suamiku yang tak mencintaiku dan menjadikanku sebagai pelarian dan pengganti saja? Berarti aku dan istrinya bosku itu senasib.
Wanita-wanita yang tersakiti. Itulah kami. Entah kenapa wanita itu masih bertahan? Padahal dia mengetahui suaminya bermain di belakangnya? Aku saja kalau bukan karena ancaman dari suamiku aku bertekad akan menggugat cerai suami laknatku itu.
Sedangkan istri bosku itu seringkali mendapati suaminya berselingkuh. Entah apa yang dirasakannya lagi? Dia itu bodoh atau terlalu cinta? Hingga dia menutup mata akan perselingkuhan suaminya. Atau wanita itu memiliki alasan khusus? Ah, kenapa juga aku se-kepo ini?
"Apa yang kamu pikirkan?"
Aku berjenggit kaget, tersadar dari lamunan yang berkelana entah kemana saja. Aku menoleh ke sumber suara. Di ambang pintu lelaki itu berdiri dengan pakaian yang tak serapih tadi pagi, bahkan jasnya hanya dilipat di lengannya.
Apa benar dia habis menuntaskan libidonya? Dengan siapa?
Eh ... kenapa mendadak aku kepo?
Bersambung
Kepo sama lanjutannya? Dukung penulis dengan kasih review yang positif ya. makasih banyak sudah membaca ceritaku ini.
— 新章節待更 — 寫檢討