Sekilas mungkin masalah telah selesai bagi nasib ke depan peternakan Awan. Tapi tidak semudah itu. Marie saat ini (bahkan ini telah terjadi pada saat Marie disengat gerombolan tomcat) telah memperoleh 'keabadiannya'.
Bagi seorang anak berusia 10 tahun ini, kematian bukanlah pilihan. Ia bisa mencurangi malaikat maut. Seseorang yang bersama Marie, yang selalu mendengarkan pengucapan buku harian Marie, yang selalu bersama anak itu dari awal Marie keluar rumah 2 tahun lalu sampai sekarang, itu bisa membuat mata malaikat maut bergeser dan membuat orang lain yang mati.
Harusnya Marie telah mati saat diserang tomcat. Karena saat itu salah satu tomcat masuk melalui hidung Marie saat anak itu terjatuh di sawah. Marie jatuh karena dia kaget kakinya merasakan rasa perih karena terlebih dulu karena tomcat.
Hewan itu masuk hingga kerongkongan dan tergencet oleh gerakan peristaltik. Racun langsung masuk ke tubuh. Marie mati. Namun tidak begitu, tapi Loli yang mati.
Tidak hanya itu. Tempat penyekapan Marie kedua, di tempat mutilasi Loli juga begitu. Asupan ASI yang sangat sedikit, serta ditambah kenyataan jika Marie selama 8 tahun terus makan makanan yang sama, harusnya juga telah membunuh Marie.
Namun tidak. Selama Marie terkurung di tempat barunya itu, Kang sayur yang biasanya lewat tak henti-hentinya menggembor-gemborkan kabar duka saat Tari atau Ratu sedang belanja sayur kepadanya. Meski disebut tetangga, tapi jarak antar rumah tidak berdekatan karena kontur tanah yang berupa perbukitan.
Sekarang pertanyaannya adalah bagaimana Marie bisa hidup meski telah dipotong tangannya dan kehilangan banyak darah?
Bagaimana Marie bisa hidup selama 3 jam di kerangkeng saat darah segar sesekali masih merembes keluar dari perban yang membalut siku kanannya?
Jawaban untuk kedua pertanyaan itu adalah sesuatu yang bersama Marie itu terus mengelabui malaikat maut.
Menuruti Sunandar untuk memotong tangan dan kaki Marie adalah sebuah kesalahan besar. Awan baru menyadari hal ini saat pulang.
Marie sampai di tempat barunya. Di penjara barunya. Dimana semua serba merah dan hitam. Pengap. Ruangan ini berbentuk kubus, berbalut gabus, dan baunya seperti ban yang aus.
.....
Setelah Marie tiba di ruangan Sunandar, ditaruhlah kerangkeng itu tepat di depan mata Sunandar. Pria 32 tahun itu langsung membuka kain hitam yang menutupi kurungan itu. Untuk pertama kali Sunandar bertemu dengan Marie. Pria itu tanpa sadar menjatuhkan pulpen yang tadi dipegangnya. Para pegawai wanita kaget saat Sunandar membuka kain hitam itu, dan ternyata isinya adalah anak kecil. Awan meresponsnya dengan cepat-cepat menutup pintu.
"Hei setidaknya intip saja jangan langsung membukanya bodoh!" kata Awan.
"Awan, dari mana kau dapatkan anak ini?" Kata Sunandar sambil melotot melihat Marie.
"Itulah yang namanya Marie." Jawab Awan.
"Tapi, kenapa baru satu tangan yang dipotong?" Kata Pak Sunandar sambil melihat ke dalam kurungan.
"Anak itu berteriak sangat keras, aku takut itu akan membuat penduduk curiga." Kata Pak Awan.
"Anaknya cantik, aku suka." Kata Sunandar.
"hahaha... produk pabrikku memang juara!" Kata Pak Awan.
"Tidak, tidak... ini bukan dari pabrikmu, kalau misalnya dari pabrikmu, aku pasti harus mencurinya dari panti asuhan." Kata Sunandar
"Cukup basa-basinya... sesuai kesepakatan awal?" Kata Awan meluruskan pembicaraan agar tidak terlalu bergeser kemana-mana.
Lalu mereka meneruskannya dengan tenang. Tentang uang yang harus dikeluarkan Sunandar untuk menebus Marie. Mereka menyepakati uang sebesar 150 juta dan satu kondisi lain saat berhubungan intim mereka. Sunandar menjanjikan uang 150 juta dan memberikan Awan posisi kesukaannya saat berhubungan badan. Mereka setuju. Marie dibawa ke tempat itu. Sunandar mendorong kursinya ke belakang dengan badannya, bermaksud untuk berdiri. Lalu Dia segera membungkuk seperti ingin mengambil sesuatu dari bawah mejanya. Awan pun ikut menunduk, Dia penasaran apa yang akan dilakukan Sunandar.
Kemudian Sunandar mengambil pulpen yang tergeletak di bawah meja. Dia mengambilnya, Awan hanya melihatnya. Dia melihat ada tali yang terhubung dengan lantai. Tali itu berwarna sama dengan lantai dan sangat tipis, namun, Ia berada di dalam sedotan bening 7 mm yang direkatkan di lantai dengan selotip. Ketika Pulpen itu ditarik, maka Ia juga akan menarik tali yang terhubung dan pada gilirannya tali itu membuka bagian kecil dari ubin lantai itu. Pantaslah Sunandar selalu tak mengizinkan siapa pun untuk membersihkan ruangan ini, melainkan Dia yang membersihkannya sendiri selama ini.
Ketika ubin itu terangkat, terlihat seolah tombol merah berada disana. Sontak Awan tak bisa menahan rasa keingintahuan itu, lalu bertanya apa itu. Sunandar hanya tertawa lalu menekan tombol itu. Sesaat setelah itu, lemari pakaian samping di ruang kerja bergeser dan terdapat lorong tangga menuju ke bawah. Mereka berdua masuk ke dalam dengan membawa Marie yang masih didalam kurungan.
Di ujung tangga itu hanya ada sebuah pintu dan satu lampu merah redup yang masih menyala. Lalu Sunandar mulai membuka pintu itu, Awan kaget ternyata orang itu telah mempunyai banyak anak kecil yang ada disana.
"Jadi ini hobi barumu?" Kata Awan.
Sunandar hanya melirik Awan. Lalu Dia menaruh kurungan Marie disana, kemudian menutup pintunya, sedang mereka berada di luar. Awan tidak ikut masuk ke dalam ruangan itu. Mereka keluar, berada di ruangan Sunandar lagi, dan menuju ke bilik prostitusi yang ada di ruangan belakang toko itu. Lalu mereka berdua masuk ke salah satu bilik. Kebetulan saja bilik itu sedang digunakan Mino dan pria berperut buncit, celananya menonjol di salah satu pantat karena terdesak oleh lemak dan dompet tebalnya.
Mereka berdua diusir dari dalam oleh Nanda. Sang pria mengoceh, langsung dijejal uang oleh Nanda. Maka sekarang, Mino keluar, Awan masuk. Sedangkan Marie, dia masih terjebak di dalam kurungan di dalam ruangan yang terdapat banyak sekali anak kecil berumur 3 sampai 8 tahun. Marie yang tertua disana. Segera mata mereka memandang satu orang yang baru masuk. Tiap anak itu tak terlihat ada tanda-tanda penyakit, mereka sehat. Mungkin tidak lama lagi mereka akan sakit karena terus-terusan menghirup udara yang sangat kotor. Rata-rata mereka baru berada di rumah ini beberapa bulan yang lalu, yang terlama adalah setahun.
Marie takut, ketika mereka semua yang tadinya bersembunyi karena Sunandar datang, kini berjalan menghampirinya. Tapi tidak begitu. Senyuman Marie membuat mereka tahu jika Marie bukan orang jahat. Lalu Joe, salah satu yang terlama tempat ini (selain Riri), mencoba membuka kurungan yang mengurung Marie. Namun, Tenaga dan pikiran anak 8 tahun tak cukup untuk membuka kerangkeng itu. Hingga satu jam kemudian Sunandar datang untuk membuka kerangkeng Marie.
Disisi yang lain, Awan sedang pergi kembali ke rumah dengan memacu mobilnya dengan kencang. Awan sudah tidak punya lagi beban yang harus ditanggung, dia lega.
Alih-alih merasa seperti di surga, keputusan Awan untuk memindah Marie dan memotong tangan Marie adalah langkah yang buruk. Dua ternaknya mati.