"Kau tidak berhak menghina temanku!" Raut muka Shin terlihat marah.
Garu menyeringai. "Sebaiknya kau berhati-hati padanya."
"Aku tahu Uru orang baik. Aku tidak akan pernah terperdaya olehmu."
"Okey, yang penting aku telah memperingatkanmu. Oh, atau sebenarnya kau terpincut oleh wajahnya yang tampak manis, itu bisa jadi," Garu mengoceh sembari memegang dagu.
"Tenang, Shin. Dia cuman ingin memancing emosimu," Shin bergumam. Lalu mengambil napas panjang. "Kau tak akan bisa memperdayaku dengan gaya bicaramu yang seperti wanita."
"Apa kau bilang?!"
"Bicaramu seperti wanita!" Shin nyengir.
"Kau tahu." Garu naik pitam. "Jika aku paling benci dengan orang yang mengomentari gaya bicaraku."
"Iya, sekarang aku tahu, jika bicaramu seperti ibu-ibu!"
"Ku lenyapkan kau!" Emosi Garu meledak, dia langsung menembakkan batu-batu kecil dari jarinya layaknya peluru.
Tameng milik Shin segera menahannya. Tapi peluru-peluru itu hampir dapat menembusnya.
"Sebuah es tidak akan kuat melawan batu."