Dengan terburu-buru pria paruh baya yang berpenampilan acak-acakan itu berusaha mendahului para korban selamat lainnya. Sambil terus menghalau dan menyela di tengah kerumunan yang berjalan perlahan di lorong gua sempit, di bawah tanah. Dan meskipun jalannya terus tertutup oleh langkah para korban selamat lainya, ia terus berusaha selangkah lebih dekat dengan para pemimpin barisan di ujung depan.
Udara sangat pengap, dan berkat obor yang mereka gunakan sebagai satu-satunya alat penerangan dalam lorong itu, keringat deras mengalir di wajah Pelsaert selagi matanya terguncang.
"Tuan!! Tuan!! ... Tuan Watanabe!!"
Drep!! Drepp!! Dreppp!!
"Hmm, Tuan Pelsaert? Ada apa?"
Pelsaert tak mampu terus berkata akibat napasnya yang habis untuk berlari. Namun setelah beberapa detik ia menghela napas ia kembali menggenggam lengan sang samurai dan mengatakannya dengan wajah menyesal.
"Mereka ... mereka, keluarga Dekker masih ada diluar sana!"
§
"Ayah...! apa ini?��
"Ayah juga tak tahu nak..."