Sekarang pukul setengah 7 pagi, dan Alex sudah sampai di rumah sakit tempat dimana Mike di rawat. Sudah membawakan bubur juga untuk Nada sarapan, kini ia sedang berada di toilet karena kebelat buang air kecil.
Sebenarnya jika dipikir pikir, Alex bukanlah orang yang tepat untuk menangani kasus seperti ini. Hei, ia hanyalah remaja biasa tanpa adanya kekuatan yang dapat melihat makhluk halus, benar bukan? Seharusnya ia menjadi mahasiswa yang sibuk dengan tugas kuliahnya, dan bukannya malah sibuk memikirkan bagaimana jalan keluar agar Nada bisa segera lepas dari semua hal yang mengerikan ini.
Alex sudah selesai dengan kegiatan kecilnya di toilet, namun ia lebih memilih untuk berjalan ke arah wastafel dan mencuci tangannya terlebih dahulu dengan bersih menggunakan sabun chair yang tersedia.
Ia menatap cermin dihadapannya sedalam mungkin, seolah olah ia sedang berusaha untuk melihat apa yang terjadi di dunia dalam cermin yang sering dilihat oleh teman perempuan nya itu. Teman? Bahkan sebelumnya, ia sangat enggan menganggap Nada sebagai seorang teman. Tapi, hati nurani nya bergerak untuk menjadikan nada teman walaupun secara tidak langsung.
"Arghhh.. kenapa setiap tahun hanya ada satu target? Kenapa juga makhluk tidak jelas itu selalu menargetkan pada seseorang yang sama sekali tidak memiliki kesalahan?"
Betul, bukan? Untuk ukuran perempuan seperti nada, tidak mungkin memiliki sifat yang kasar atau pembuat masalah. Yang ia lihat, hidup Nada saja sudah berada di dalam masalah, lantas untuk apa perempuan tersebut menambah nambahi masalah yang semakin membebankan hidupnya? Dari kesimpulan pemikiran ini, tentu saja Alex menganggap jika Nada adalah perempuan polos yang patut untuk dikasihani dengan kondisi hidupnya.
"Keluarlah iblis bodoh, aku ingin melihat mu." Alex masih menatap cermin di hadapannya dengan tatapan tajam, ia menantang agar sosok yang ia maksud menampakkan wajah, ya sekiranya seperti itu(?)
Semakin Alex mengerutkan kening seolah-olah bisa menembus dimensi lain, semakin itu juga ia merasa kepalanya pening.
"Lupakan saja, sialan." Dan akhirnya, Alex menyerah dan mulai mengelap tangannya yang basah dengan tisu, lalu membuang tisu kotor itu pada tempat yang seharusnya.
"Ini ajalah kejadian konyol, seram, dan juga penuh dengan misteri di saat yang bersamaan." ia bergumam, setelah itu kembali merekatkan jaket yang melekat di tubuhnya.
Baru saja ingin melangkahkan kaki untuk keluar dari toilet, tiba-tiba saja…
Wush
Alex membeku di tempat, ia tidak meneruskan langkah kakinya. Kedua matanya membelalak, belum berkedip sama sekali. Ia menarik napas panjang, saking syok dengan apa yang terjadi.
Menggerakkan kepala, melihat ke arah sesuatu yang mampu membuatnya sampai sangat terkejut.
Panah.
"A-apa-apaan ini?" Bahkan, dengan gugup pun ia dapat mengeluarkan suara walaupun terdengar sangat parau.
Sebuah anak panah, mendarat tepat di dinding, benar-benar di hadapannya. Ia melihat ke arah pintu toilet, dan sialnya ini masih pagi dan jarang orang berlalu lalang atau bahkan pergi ke toilet. "Shit." gumamnya.
"I'm here."
Tidak, itu bukan suaranya. Suara itu terdengar serak dan terdengar bas layaknya laki-laki.
Alex meneguk saliva. Ia mengutuk bodoh dirinya karena sudah menantang makhluk tersebut.
"Look at me, don't turn your back on me."
Lagi, suaranya sangat dalam, hampir masuk ke dalam telinga Alex secara keseluruhan.
Alex berusaha tegar, ia tidak tau kalau makhluk yang selama ini selalu menghantui Nada memiliki sifat yang sangat kasar. HEI, BAGAIMANA KALAU TADI IA TERKENA ANAK PANAH TERSEBUT? Bisa-bisa, tamat riwayatnya.
Mencoba untuk membalikkan tubuh ke arah dimana tadi ia menantang sosok penghuni dunia cermin, dan di saat yang bersamaan, tatapan matanya langsung melihat makhluk yang benar-benar sangat menyeramkan.
"Aku menyesal, sungguh." Alex lagi-lagi bergumam dengan nada bicara yang persis dengan bisikan.
Namun di satu sisi, ia kini sedang berpikir. Jadi… ini adalah sosok yang dilihat Nada setiap kali menatap cermin, sungguh? Pantas saja perempuan itu terkadang tidak kuat menatap cermin terlalu lama, ternyata ada alasan yang baru ia mengerti pada detik ini juga.
Ini menjadi tambahan alasan baginya untuk menjaga Nada lebih ketat lagi, bukan?
Bagaimana bisa anak panah dari dunia lain menembus ke dunia nya yang dominan adalah manusia dengan jiwa dan raga yang masih hidup?
Oke Alex, ini bukan waktunya untuk berpikir.
"Yes, I'm here too and have been staring at you." balas Alex dengan nada bicara yang tercekat, ia berusaha untuk mengendalikan detak jantung yang seolah-olah ingin lepas dari tempatnya.
Tidak bisa di deskripsikan apa pengungkapan yang kini harus dikatakan oleh Alex.
"What's your business, strange boy?"
"Who told you to do like this? I mean come on, Nada has no faults."
"Stupid question."
Alex malah dikatai oleh makhluk tersebut karena ia mengatakan pertanyaan yang bodoh. Ia hanya ingin tau, bukan mengibarkan bendera peperangan di antara mereka.
Iblis tidak suka perdamaian, seharusnya Alex tau akan hal itu. Jadi, tidak mungkin ada ketenangan di antara situasi saat ini.
"Jelaskan masalah mu, apa yang kamu lakukan? Kenapa setiap tahun selalu ada korban yang kamu renggut jiwanya."
Makhluk itu tidak menjawab, tongkat berbentuk garpu ada di tangan kirinya. Jangan lupakan tanduk dan buntut yang diujungnya terdapat api. Wajahnya seram, senyumannya terlihat sangat lebar sehingga robekan senyuman itu menyentuh ujung telinganya.
"Pay attention to your surroundings."
Setelah itu, pantulan cermin tidak menampilkan makhluk menyeramkan yang tadi berhadapan dengannya. Sosok itu menghilang dengan sekejap, tentu saja membuat Alex kebingungan dengan kata-kata terakhir itu.
"Apa yang harus aku perhatikan di sekitar ku?"
Memutar isi kepala dengan segala kemampuan, pada akhirnya ia kembali tak menemukan jawaban yang di cari.
"B-bagaimana bisa aku melihat mereka? Apa jangan-jangan… aku sudah termasuk target mereka?"
Alex segera mengambil ponsel dari saku celana dan melangkahkan kaki keluar dari toilet karena ia merasa waspada dengan kejadian beberapa menit yang lalu. Ia yang menantangi makhluk itu untuk muncul di hadapannya, dan saat muncul, nyalinya seperti menciut.
| ruang pesan |
Alex
Hei, aku baru saja bertemu makhluk yang selalu kau maksud di dalam cermin. Ku rasa, kita akan menghadapi ini berdua setelah beberapa menit kemudian. Tidak hanya kamu yang di hantui mereka, namun sepertinya aku juga termasuk target baru seperti mu.
Nada
Apa? Bagaimana bisa? Benarkah yang kamu katakan atau itu hanyalah imajinasi mu, hm?
Alex
Nanti akan ku ceritakan jika memiliki waktu luang, sekalian memberitahu ibu ku
Nada
Baik, cepatlah kembali ke ruang rawat ayahku.
| ruang pesan berakhir |
Dan kini yang harus di lakukan Alex adalah memberikan kabar kepada ibunya karena hal ini, ia yakin sang ibu bisa membantu dengan baik.
…
Next chapter