Setelah puas jalan-jalan dan mengelilingi surga, Rail mengantarnya pulang. Mereka berdiri saling berhadapan. Namun kini mereka sudah berani saling bertatapan, bahkan di mata mereka tersirat sebuah tanda cinta dari sorot mata Rail dan Ardina. Senyuman indah dari bibir dua insan yang berbeda alam itu terus mengembang dan seolah tak akan pernah berhenti mengembang.
"Aku masuk dulu, besok aku harus bersiap-siap pagi-pagi sekali," kata Ardina. Walau sudah terbiasa dengan tatapan Rail, namun ia tetap saja canggung di tatap mesra seperti itu oleh Rail.
Rail mengangguk tanpa menghentikan senyumannya. Ardina masuk dan sesekali menoleh ke belakang, Rail masih bersikap sama dengan gaya kalemnya. Gadis itu melambai saat ingin menutup pintunya. Lalu akhirnya, pintu itu benar-benar tertutup.